Assalamulaikum

Ikan Koi BDP (jangan lupa kasih pakan klik kolamnya, ikan laper belum makan 2 hari)

Jumat, 11 April 2014

Budidaya Teripang




BUDIDAYA TERIPANG

(Hulothuria Scabra) 

 

 

I  PENDAHULUAN



Indonesia terdiri dari sekitar 17.000 pulau dan mempunyai panjang pantai sekitar 81.000 km.  Dengan kondisi alam dan ikilm yang hampir tidak banyak mengalami perubahan sepanjang tahun, maka memungkinkan banyaknya jenis biota ekonomis penting yang hidup di perairan pantai. Salah satu di antaranya adalah teripang. Komoditi perikanan ini mempunyai prospek cukup baik dan bernilai ekonomis tinggi, baik di pasar lokal maupun intemasional. Jenis biota ini  dikenal  pula  dengan  nama  ketimun  laut,  suala,  sea  cucumber (Inggris),  beche  de-mer  (Perancis),  atau  dalam  istilah  pasaran internasional dikenal dengan nama teat fish.
Komoditi ini mempunyai nilai ekonomis penting karena kandungan atau kadar nutrisinya yang tinggi. Dari hasil penelitian, kandungan nutrisi teripang dalam kondisi kering terdiri dari protein 82 %, lemak 1,7 %, kadar air 8,9 %, kadar abu 8,6 %, dan karbohidrat 4,8 %.
Teripang dipasarkan dalam beberapa bentuk produk di antaranya adalah Teripang kering (beche de-mer), usus asin (konowata), gonad kering (konoko), otot kering, teripang kaleng, kerupuk teripang, dan lain-lain.  Pasaran utama dari teripang tersebut di antaranya beberapa negara Eropa, Jepang, Singapura, Malaysia, dan Amerika. Sedangkan negara pemasok utama teripang di pasaran internasional antara lain Singapura, Hongkong, Filipina, Kaledonia Baru, Maldives, India, Srilanka, dan Indonesia.
Perkembangan ekspor teripang Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Berdasarkan data ekspor dari Direktorat Jenderal Perikanan tahun 1990, ekspor teripang pada tahun 1984 berjumlah 1.318,1 ton dan  pada tahun 1988 meningkat hampir tiga kali lipatnya, yaitu menjadi 3.408,1 ton. Sedangkan nilainya naik hampir delapan kali lipat,  yaitu dari US$  1.547.945  pada tahun  1984 menjadi US$ 8.266.262 pada tahun 1988. Sampai saat ini, ekspor teripang yang terus meningkat dari tahun ke tahun tersebut sebagian besar masih berasal atau diambil dari alam. Jika mengandalkan stok alami yang jumlahnya terbatas dan tergantung dari musim, maka ekspor teripang tersebut, belum dapat dijamin kontinuitasnya. Untuk mengatasi kendala tersebut maka budi daya teripang cukup prospektif di masa mendatang. Sampai saat ini, hasil budi daya teripang belum banyak memberi kontribusi devisa negara walaupun budi daya teripang ini telah mulai banyak dilakukan oleh masyarakat di daerah Sulawesi Tenggara, Riau, Lampung, dan lain-lain.
Pasaran teripang di dalam negeri cukup potensial pula. Akan tetapi, tampaknya konsumen komoditas-ini masih terbatas di kalangan menengah ke atas. Teripang kering banyak dijumpai di pasar swalayan di kota-kota besar dan dalam bentuk masakan banyak dijumpai di restoran yang menyajikan hidangan laut.
Salah satu faktor yang dapat menjamin kelangsungan usaha budi daya teripang adalah tersedianya benih yang tepat waktu dengan ukuran seragam, dan dengan kualitas serta kuantitas yang baik. Teknologi budi daya teripang relatif sederhana dan tidak memerlukan modal yang besar sehingga dapat dilakukan oleh nelayan atau petani ikan. Di samping itu, teknologi pascapanennya sudah lama dikenal oleh masyarakat yang berdiam di sekitar pantai. Usaha budi daya teripang akan lebih baik hasilnya kalau dilakukan secara terpadu, yaitu mulai pembenihan, pembesaran, dan pengolahan pascapanennya.
Potensi perairan Indonesia yang cukup besar untuk pengembangan budi daya teripang harus dimanfaatkan dalam upaya memperluas lapangan kerja, meningkatkan pendapatan, meningkatkan devisa, dan menjaga kelestarian sumber daya hayati.  Suatu hal yang perlu dipahami bahwa budi daya teripang tidak akan merusak lingkungan atau sumber daya itu sendiri. Lain halnya jika dilakukan penangkapan teripang dari alam.   Dengan demikian, melalui usaha budi daya teripang, pelestarian sumber daya hayati khususnya sumber daya ikan ikut pula terjaga.






















II  MENGENAL TERIPANG


Teripang adalah salah satu anggota hewan berkulit duri (Echinodermata). Namun demikian, tidak semua jenis teripang mempunyai duri pada kulitnya. Ada beberapa jenis teripang yang tidak berduri. Duri-duri pada teripang tersebut sebenamya merupakan rangka atau skelet yang tersusun dari zat kapur dan terdapat di dalam kulitnya.   Rangka dari zat kapur itu tidak dapat dilihat dengan mata biasa karena sangat kecil, sehingga perlu menggunakan mikroskop.
Di dalam filum Echinodermata ini, termasuk pula bangsa bintang laut (Asterioidea) dan bulu babi (Echinoidea).   Di antara empat famili teripang, hanya famili Holothurildae yang dapat dimakan dan bernilai ekonomis.
Tubuh teripang lunak, berdaging, dan bentuknya silindris memanjang seperti buah ketimun. Itulah sebabnya hewan ini dinamakan ketimun laut. Gerakannya sangat lamban sehingga hampir seluruh hidupnya berada di dasar laut. Wamanya bermacam-macam dari hitam, abu-abu, kecokelat-cokelatan, kemerah-merahan, kekuning-kuningan, sampai. putih.
Ukuran tubuh teripang berbeda-beda untuk setiap jenisnya. Misalnya jenis Holothuria atra dapat mencapai panjang 60 cm dan berat 2 kg, jenis Actinopyga mauritidna mencapai panjang 30 cm dengan berat 2,8 kg, jenis Thelenota ananas mencapai panjang 100 cm dan berat 6 kg, sedangkan teripang putih atau teripang pasir (Holothuria scabra) panjangnya antara 25 - 35 cm dengan berat antara 0,250 - 0,350 kg.
Teripang termasuk jenis hewan dioecious. Artinya hewan yang berkelamin jantan terpisah dengan yang berkelamin betina. Untuk membedakan jenis kelamin tersebut secara morfologis sulit sekali dan harus dilakukan pembedahan gonad untuk diambil organ kelaminnya.
Bagian-bagian tubuh teripang
Perbedaannya akan tampak jelas bila dilihat di mikroskop dengan menyayat bagian organ kelamin jantan dan betina. Organ kelamin betina berwama kekuning-kuningan dan berubah menjadi kecokelat-cokelatan bila sudah matang kelaminnya. Sedangkan organ kelamin jantan berwama bening keputihan (lihat hal. 7).
Di alam biasanya gerombolan teripang terdiri dari teripang jantan dan betina sehingga tidak menyulitkan apabila induk-induk diambil untuk dipijahkan di hatchery.
Perkawinan teripang biasanya berlangsung secara eksternal atau di luar tubuh. Sel telur dan sperma masing-masing dihasilkan oleh individu jantan dan betina dengan cara disemprotkan. Telur yang sudah dibuahi akan menetas beberapa hari kemudian. Setelah menjadi larva akan turun dan berada di dasar perairan sampai menjadi juvenill (teripang muda).
Bagian-bagian tubuh teripang termasuk organ dalamnya tidak begitu rumit. Secara garis besar, organ teripang dibagi menjadi sebelas bagian, yaitu :
-          tentakel (rumbai-rumbai) sebagai alat peraba dan pengambil makanan yang berjumlah sekitar 10 buah,
-          kulit luar,
-          kerongkongan yang ukurannya pendek dan menggelembung,
-          perut atau lambung,
-          usus kecil,
-          usus halus yang panjang dan berpangkal di ujung saluran pengeluaran,
-          gonad (organ kelamin),
-          sistem sirkulasi air,
-          cabang-cabang saluran pernapasan,
-          rumbai-rumbai pada pangkal lubang pengeluaran, dan
-          kloaka (lubang pengeluaran).

A.  Jenis-jenis Teripang Ekonomis Penting dan Ciri-ciri Morfologinya

Tidak semua jenis teripang yang ditemukan di perairan Indonesia mempunyai nilai ekonomis penting.  Jenis teripang yang dapat dimakan dan mempunyai nilai ekonomis penting terbatas pada famili Aspidochiratae dan hanya dari genus Holothuriidae, Muelleria, dan Stichopus.   Secara garis besar klasifikasi dari beberapa jenis teripang bernilai ekonomis tersebut adalah sebagai berikut :

Filum                : Echinodermata
Sub-filum          : Echinozoa
Kelas                : Holothurotacea
Sub-kelas         : Aspidochirotacea
Ordo                 : Aspidochirotda
Famili               : Holothurlidae
Sayatan organ kelamin teripang jantan (kiri) dan betina (kanan)
Tanpa pembelahan sulit dibedakan

Jenis-jenis teripang ekonomis

Marga   : 1.  Holothuria
                    Species
a.     Holothuria args
b.    Holothuria uacabunda
c.     Holothuria  impatiens
d.    Holothuria scabra
e.     Holothuria marmorata
f.     Holothuria  edulis
               2.  Muelleria
                    Species
                    Muelleria lecanora
                3.  Stichopus
                     Species
                     a.  Stichopus ananas
                     b.  Stichopus chloromatus
                     c.  Stichopus  uariegatus
Dari beberapa jenis teripang tersebut, hanya tiga genus yang ditemukan di perairan pantai Indonesia. Ketiga genus tersebut adalah Holothuria, Muelleria, dan Stichopus.   Dari ketiga genus tersebut ditemukan sebanyak 23 spesies dan baru lima species (dari genus Holothuria) yang sudah diekploitasi dan dimanfaatkan serta mempunyai nilai  ekonomis  penting.  Teripang-teripang  ekonomis  tersebut adalah teripang putih atau teripang pasir (Holothuria scabra), teripang hitam (Hofothuria edulis), teripang getah atau kering (Holothuria uacabunda), teripang merah (Holothuria uatiensis), dan teripang cokelat (Holothuria marmorata).  Dari kelima spesies tersebut yang paling banyak diperdagangkan dan dibudidayakan di Indonesia adalah jenis teripang putih.
Daerah penghasil teripang alam antara lain perairan pantai di Jawa Timur, Maluku, Irian, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Pantai Barat Sumatera, Sumatera Utara, Aceh, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Masing-masing daerah mempunyai nama lokal atau nama daerah yang berbeda-beda untuk masing-masing jenis. Misalnya teripang Hohthuria scabra di daerah Kepulauan Seribu dikenal dengan teripang pasir, sedangkan di daerah Manado dikenal dengan teripang susuan. Nama ilmiah dan nama daerah untuk beberapa jenis teripang Indonesia yang bernilai ekonomis dapat dilihat pada Tabel 2.

TABEL 2.  NAMA ILMIAH DAN NAMA DAERAH BEBERAPA JENIS TERIPANG EKONOMIS PENTING DI INDONESIA.
NO

Nama Ilmiah

Nama daerah
Lokasi
1




2






3

4







5


6
Holothuria argus




Holothuria vacabunda






Holothuria impatiens

Holothuria scabra







Stichopus ananas


Muelleria lecanora







Teripang raja
Teripang batu klin
Teripang timba kolog
Teripang darah

Teripang talengku
Teripang hideung/hitam
Teripang babuta
Teripang baru klin
Teripang kunting/getah
Teripang getah

Teripang uler-uler

Teripang kapur/putih
Teripang pasir
Teripang gamat betul
Teripang tai kucing
Teripang buang kulit
Teripang kaos
Teripang susunan

Teripang nanas
Teripang ebnas

Teripang batu
Teripang belong bulu
Teripang betul
Teripang beureum
Teripang kasur, bilulu
Teripang kalong
Teripang koro
Teripang jepung
Manado
Kep. Seribu
Padang
p. baru, tual

p. laut
banten
madura
bangka
lampung
kep. Seribu

kep. Seribu

p. roti
kep. Seribu
riau
bangka
lampung
seram
manado

manado
manado, aru, timor, banda, ternate

kuati, tual
p. laut
bali
banten
kep. Seribu
belitung, bangka
lombok
seram
Sumber: Anonim, 1992
Semua jenis teripang tersebut di pasaran internasional dikenal dengan nama teat fish. Nama-nama teripang  di tiap-tiap negara juga berbeda-beda seperti tertera dalam Tabel 3.

TABEL 3.  NAMA-NAMA TERIPANG MENURUT NEGARA DI DUNIA
NO
Negara
Nama lokal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Indonesia
Malaysia
Hongkong
Myanmar
Thailand
Maldives
India
Jerman
Belanda
Perancis
Inggris
Denmark
Yunani
Italia
Israel
Jepang
Norwegia
Poetugis
Swedia
Turki
yugoslavia
Teripang (ketimun laut)
Trepang
Hoy sum
Pan-le-pet-kye (Pin-lehmyaw)
Pling khao
Huifi (enda)
Attai
Seegurke (trepang)
Zeekomkammer
Beche-de-mer
Teatfish (Sea cucumber)
Soplse, soagurk
Holothuria-agouria, tisthalasis
Olothuria
Saebjugu
Namako
Sjopolser
Holothuria
Sjorguika
Denizhiyari
Morski krastavac-trap
Sumber: James, RB. et al., 1988

Ciri-ciri morfologi teripang ekonomis  penting adalah sebagai berikut :

1.  Teripang putih atau teripang pasir (Holothuria scabra)
Bentuk badannya bulat panjang. Di bagian perut umumnya berwarna kuning keputih-putihan. Punggungnya berwarna abu-abu sampai kehitaman, dengan garis-garis melintang berwarna hitam. Seluruh bagian tubuh bila diraba terasa kasar.  Teripang ini banyak ditemukan di sela-sela karang yang masih hidup ataupun mati, dan di perairan yang dasamya mengandung pasir halus.

2.  Teripang hitam (Holothuria edulis)
Badan teripang hitam berbentuk bulat panjang. Apabila diangkat dari permukaan air, badannya akan segera mengerut. Di seluruh badannya terdapat bintil-bintil halus. Jenis teripang ini mudah dikenal karena wamanya indah. Bagian punggungnya berwarna hitam keungu-unguan atau kebiru-biruan. Sedangkan pada bagian perut, sisi sekitar mulut, dan dubur berwarna kemerah-merahan. Hidup di daerah perairan yang berkarang atau berpasir yang ditumbuhi ilalang laut.

3.  Teripang getah atau teripang keling (Holothuria  uacabunda)         
Bentuk badannya bulat panjang dan langsing. Ranjang badannya antara 20 - 30 cm. Wama badan cokelat pekat dengan wama merah darah atau cokelat hitam. Di bagian mulutnya terdapat rumbai-rumbai pendek menyerupai kembang kol. Apabila diangkat dari permukaan air, jenis teripang ini akan mengeluarkan cairan putih seperti getah karet yang berfungsi sebagai alat untuk membela diri. Jenis teripang ini belum banyak diperdagangkan.

4.  Teripang cokelat (Holothuria marmorata)
Bentuk badannya bulat panjang dan kedl. Di beberapa daerah, warna teripang ini cukup variatif. Ada yang berwama cokelat kuning dan ada pula yang berwarna cokelat pekat. Namun, pada umumnya warna teripang ini abu-abu kecokelatan. Badannya ditutupi oleh tonjolan-tonjolan menyempai duri yang berbentuk kerucut dan berwarna kuning muda. Di bagian atas dan sisi badan terdapat bercak-bercak tidak teratur yang berwama cokelat. Ciri lain dari teripang ini adalah adanya sekat yang terputus-putus di bagian atas dan bawah badannya. Sekat ini tampak semakin berkurang di bagian bawah mulut dan dubur. Dari bagian mulut sampai bagian belakang badan terdapat semacam sekat memanjang yang seolah-olah membagi badan menjadi dua bagian sama besar.

5.  Teripang batu (Holothuria  lecanora)
Badan teripang ini memanjang dan lunak. Apabila diraba, terasa adanya bintil-bintil bulat, terutama di bagian atas dan sisi badan. Sedangkan di bagian bawah, bintil-bintil tersebut terasa lebih halus dan membentuk tiga jalur. Warna badan cokelat tua agak kekuning-kuningan dan di bagian bawah warnanya tampak lebih jelas. Bagian duburnya berwarna kekuning-kuningan atau putih.


6.  Teripang duri atau teripang kasar (Stichopus  uariegatus)
Bentuk badan bulat panjang seperti ketimun dengan panjang. berkisar antara 25 - 35 cm. Warnanya cokelat mulus dengan bercak-bercak yang tidak teratur. Terdapat duri yang sebagian berwarna cokelat tua dan sebagian lagi berwama cokelat muda. Sewaktu masih muda hidup di daerah p'antai yang dangkal, sedangkan pada stadia dewasa berada di perairan yang lebih dalam. Jenis teripang ini belum banyak diperdagangkan.

B.  Kandungan Gizi dan Manfaat

Teripang telah dikenal dan dimanfaatkan sejak lama oleh bangsa Cina. Sejak Dinasti Ming, teripang telah dijadikan hidangan istimewa pada perayaan, pesta, dan hari-hari besar serta disebut-sebut pula mempunyai khasiat pengobatan untuk beberapa penyakit. Di negara tersebut, dilaporkan bahwa secara medis tubuh dan kulit teripang jenis Stichopus japomcus berkhasiat menyembuhkan penyakit ginjal, paru-paru basah, anemia, anti-inflamasi, dan mencegah arteriosklerosis serta penuaan jaringan tubuh. Di samping itu, ekstrak mumi dari teripang mempunyai kecenderungan menghasilkan holotoksin yang efeknya sama dengan antimicyn dengan kadar 6,25 - 25 mikrogram/mililiter. Di Indonesia sendiri, teripang telah dimanfaatkan cukup lama terutama oleh masyarakat di sekitar pantai sebagai bahan makanan. Untuk konsumsi pasaran internasional, biasanya teripang  diperdagangkan dalam bentuk daging dan kulit kering.

Sebagai bahan pangan, teripang mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi dan rasanya sangat lezat.   Teripang kering mempunyai kadar protein tinggi, yaitu 82 %, dengan kandungan asam amino yang lengkap.  Sedangkan lemak  yang dikandung teripang mempunyai asam lemak tidak jenuh jenis W-3 yang penting untuk kesehatan jantung.   Kandungan gizi teripang ini secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.

                                          TABEL 1.  KOMPOSISI KANDUNGAN GIZI TERIPANG

Komposisi

Persentase (%)
Air
Protein
Lemak
Abu
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Zat besi
Natrium
Kalium
Vitamin A
Vitamin B
Tiamin
Riboflavin
Niasin
8,90
82,00
1,70
8,60
4,80
308,00  mg %
23,00    mg %
41,70    mg %
770,00  mg %
91,00    mg %
455,00  mg %
0,04      mg %
0,07      mg %
0,40      mg %
-
Total kalori
385,00 cal/100 g
Sumber : Anonim, 1992

C.  Habitat dan Penyebaran

Teripang dapat  ditemukan hampir  di selumh perairan pantai, mulai daerah pasang surut yang dangkal sampai perairan yang lebih dalam. Untuk hidupnya, teripang lebih menyukai perairan yang jernih dan airnya relatif tenang. Pada umumnya, masing-masing jenis memiliki habitat yang spesifik.  Misalnya, teripang putih banyak ditemukan di daerah yang berpasir atau pasir campur lumpur di kedalaman 1 - 40 m. Sering pula ditemukan di perairan yang dangkal dan banyak ditumbuhi ilalang laut (lamun). Sedangkan teripang koro dan teripang pandan banyak ditemukan di perairan yang lebih dalam.
Di habitatnya, ada jenis teripang yang hidup berkelompok dan ada pula yang hidup soliter (sendiri). Misalnya, teripang putih membentuk kelompok antara 3 - 10 ekor dan Holothuria nobilis hidup berkelompok antara 10 - 30 ekor.
Makanan utama teripang adalah organisme-organisme kecil, detritus (sisa-sisa pembusukan bahan organik), diatomae,  protozoa, nematoda, algafilamen, kopepoda, ostrakoda, dan rumput laut. Jenis makanan lainnya adalah radiolaria, foraminifera, partikel-partikel pasir ataupun hancuran-hancuran karang, dan cangkang-cangkang hewan lainnya.
Penyebaran teripang di Indonesia sangat luas. Beberapa daerah penyebarannya antara lain meliputi perairan pantai Madura, Bali, Lombok, Aceh, Bengkulu, Bangka,  Riau dan sekitamya, Belitung, Kalimantan (bagian barat, timur dan selatan), Sulawesi, Maluku, Timor, dan Kepulauan Seribu.

















III TEKNIK BUDI DAYA TERIPANG


A.  Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi merupakan langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan budi daya.   Selain itu, beberapa pertimbangan bioekologi, sosial ekonomi, dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku juga harus dipenuhi agar kemungkinan timbulnya beberapa hambatan/masalah di kemudian hari bisa diantisipasi sedini mungkin.

Pada umumnya budi daya teripang dilakukan di perairan pantai pada kawasan pasang surut. Ini disebabkan karena potensi lahan pantai masih cukup luas. Namun demikian, teripang mempunyai kemungkinan pula untuk dibudidayakan di kolam air laut (tambak) dengan syarat tertentu.

Secara umum, perairan pantai yang memiliki benih teripang alami cocok untuk tempat budi daya. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan suatu lokasi yang tidak memiliki benih alami juga cocok untuk tempat budi daya.

Jenis teripang yang sudah dan banyak dibudidayakan di negara kita ialah teripang putih (Holothuria scabra).  Hal ini dikarenakan harga teripang ini mahal, pertumbuhannya cepat, lebih toleran terhadap perubahan lingkungan, dan dapat dibudidayakan dengan padat penebaran tinggi. Oleh karena itu, pertimbangan-pertimbangan dalam pemilihan lokasi ini diutamakan untuk jenis teripang putih walaupun tidak menutup kemungkinan untuk diterapkan pada jenis-jenis teripang lain. Hal  ini  mengingat  setiap jenis  teripang  mempunyai  sifat  biologi spesifik yang berbeda, tetapi secara umum habitatnya relatif sama.

Pertimbangan dalam pemilihan lokasi tersebut adalah sebagai berikut.


1)  Lokasi  terlindung
Lokasi budi daya harus terlindung dari pengaruh ams, gelombang, maupun angin yang besar.  Arus, gelombang, atau angin yang besar akan memsak sarana budi daya serta menyulitkan dalam pengelolaan budi daya. Lokasi yang terlindung dari pengaruh seperti ini biasa diketemukan di perairan teluk, laguna, atau perairan terbuka yang terlindung oleh gugusan pulau atau karang penghalang.

2)  Kedalaman air   
Kedalaman air di lokasi budi daya sebaiknya berkisar antara 0,5 - 1 m dihitung pada waktu surut terendah, sedangkan pada pasang tertinggi kedalaman perairan sebaiknya tidak lebih dari 2  m.  Hal ini untuk menghindarkan teripang dari kekeringan atau kenaikan suhu air yang dapat mengganggu kehidupannya.


3)  Dasar perairan
Dasar perairan sebaiknya landai, terdiri dari pasir dan pecahan-pecahan karang, berlumpur, dan banyak ditumbuhi ilalang laut/lamun serta rumput laut.   Karang,  ilalang laut,  serta rumput laut ini selain berfungsi sebagai pelindung, juga berfungsi sebagai perangkap makanan untuk teripang.

4)  Perairan jernih
Perairan harus jemih, bebas pencemaran dengan nilai kecerahan 50 - 150 cm yang diukur dengan piring seicchi.

5)  Kualitas air
Lokasi budi daya yang dipilih sebaiknya mempunyai kisaran suhu air 24 - 30°C, kadar garam 28 - 32 ppt,  pH air 6,5 - 8,5,  oksigen terlarut 4 - 8 ppm, dan mempunyai gerakan air cukup (kecepatan arus 0,3 - 0,5 m/detik).

6)  Ketersediaan benih
Benih merupakan salah satu faktor produksi yang cukup penting. Oleh karena itu, untuk menjamin kelangsungan budi daya teripang, harus tersedia benih yang cukup baik kualitas, kuantitas, maupun kontinuitas.
Lokasi budi daya sebaiknya dekat dengan sumber benih atau lokasi itu memiliki benih alami.   Terdapatnya benih alami di lokasi itu merupakan petunjuk bahwa  lokasi itu cocok untuk tempat budi daya. Di samping itu, kualitas benih akan terjaga tidak mengalami stress karena penanganan dan pengangkutan dan tidak perlu lagi biaya untuk pengangkutan.

7)  Kemudahan
Lokasi budi daya harus mudah dijangkau. Selain itu, sarana produksi harus mudah diperoleh  dan pemasaran harus dapat dilakukan dengan mudah di tempat itu. Pertimbangan lainnya, lokasi budi daya sebaiknya bukan merupakan. pusat kegiatan nelayan, bukan daerah penangkapan ikan, bukan wilayah pelayaran, dan bukan daerah pariwisata sehingga benturan kepentingan dapat dihindarkan.
Lokasi yang potensial untuk pengembangan budi daya teripang di negara kita sebenamya sangat luas. Akan tetapi, baru sebagian kecil saja yang diketahui, yaitu sekitar 2.500 ha, meliputi Lampung 200 ha, Jawa Timur 200 ha, Nusa Tenggara Barat 200 ha, Sulawesi Utara 500 ha, Sulawesi Tengah 300 ha, Sulawesi Tenggara 500 ha, Maluku 500 ha, dan Irian Jaya 100 ha (lihat Tabel 3). Daerah lain yang potensial antara lain Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Timor-Timor.

TABEL 3.  LOKASI YANG BARU DIKETAHUI POTENSIAL UNTUK PENGEMBANGAN BUDI DAYA TERIPANG DI INDONESIA

NO

PROPINSI
LUAS AREAL (ha)
1
2
3
4
5
6
7
8
Lampung
Jawa timur
Nusa tenggara barat
Sulawesi utara
Sulawesi tengah
Sulawesi tenggara
Maluku
Irian jaya
200
200
200
500
300
500
500
100

Total


                          Sumber: Banchong Tiensongrusmee dan Soehardi Pontjoprawiro, 1988

B.  Desain dan Konstruksi Sarana Budi Daya

Pada dasarnya metode budi daya teripang ialah membatasi areal di laut untuk  luasan tertentu  agar teripang  yang  dipelihara  terkurung  di dalamnya, tidak dapat meloloskan din dan tidak mendapat serangan hama.  Dengan demikian, tambak yang tidak produktif  asalkan kondisi air dan tanahnya memenuhi syarat untuk kehidupan teripang dapat pula digunakan sebagai tempat budi daya. Metode budi daya teripang tidak jauh berbeda dengan metode budi daya kerang-kerangan, misalnya kerang darah atau kerang bulu, yang dikenal dengan metode pen culture  kurungan tancap atau kurungan pagar.
Teripang merupakan hewan yang hidup di dasar perairan dan pergerakannya relatif lambat. Meskipun gerakan teripang tergolong lambat, desain dan konstruksi kurungan pagar harus dapat menjamin teripang tidak lolos dari dasar kurungan pagar. Di samping itu, karena pergerakan teripang relatif lambat, maka binatang laut ini dapat dibudidayakan dengan padat penebaran yang cukup tinggi.
Desain dan konstruksi kurungan pagar umumnya dibedakan menjadi dua berdasarkan bahan kurungan pagar yang dipergunakan yaitu kurungan pagar dari bambu dan kurungan pagar dari jaring.
Kurungan pagar dari bambu. Bentuknya bisa bervariasi

1.  Kurungan pagar dari bambu
Bentuk dan ukuran kurungan pagar dari bambu sangat bervariasi, dalam arti tidak ada aturan yang pasti. Pada dasarnya bentuk dan ukuran ini tergantung pada kemampuan pengelolaan, modal yang dimiliki, dan lokasi budi daya yang tersedia.  Bentuk kurungan pagar umumnya empat persegi panjang atau bujur sangkar. Luasnya antara 400 m2 (20 m x 20 m) sampai 800 m2 (40 m x 20 m), sedangkan tinggi dari dasar perairan adalah 75 - 100 cm. Berikut ini adalah urutan pembuatan kurungan pagar bambu.
a)     Bilah bambu yang berukuran lebar 2 - 4 cm dan panjang  125 - 150 cm dirangkaikan satu sama lain dengan tali polietilen yang berdiameter 3 - 4 mm sehingga menyerupai kerai bambu. Ujung bilah bambu bagian bawah dibuat runcing agar mudah ditancapkan ke dasar perairan. Untuk memudahkan pemasangan, rangkaian bilah bambu dibuat pendek, 4 - 5 m.
b)    Rangkaian bilah bambu yang telah dibuat ditancapkan di dasar perairan tempat budi daya teripang. Untuk memperkuat, rangkaian ini,  setiap  1 - 2  m  diberi  tiang  penyangga  dan  bambu  atau  kayu. Pemasangan rangkaian bilah bambu ini disesuaikan dengan bentuk dan ukuran yang kita kehendaki. Kurungan pagar siap dioperasikan sebagai tempat budi daya teripang.
Kurungan pagar dari jarring, lebar mata jarring 0,5 – 1 inci.

Konstruksi kurungan pagar dari jaring
2.  Kurungan pagar dari jaring
Bentuk dan ukuran kurungan pagar dari jaring juga bervariasi. Umumnya berbentuk empat persegi panjang atau bujur sangkar dengan ukuran 400 m2 (20 m x 20 m) sampai 800 m2 (40 m x 20 m). Pembuatannya dapat dilakukan dengan urutan seperti berikut ini.
a)     Tancapkan pancang kayu/bambu ke dasar perairan sesuai bentuk dan ukuran kurungan pagar yang kita kehendaki. Jarak antar pancang berkisar antara 1 - 2 m, sedangkan tinggi pancang dari dasar perairan berkisar antara 75 - 100 cm.
b)    Jaring  dari  bahan  polietilen  dengan  lebar  mata  0,5 - 1  inci direntangkan pada pancang kayu yang telah kita pasang di lokasi budi daya. Bagian jaring yang berada di dasar perairan diikatkan pada sebilah papan yang dibenamkan di dasar perairan agar teripang tidak meloloskan diri.
c)     Jaring  bagian  atas  diberi  tali  lis  dari  bahan  polietilen  yang berdiameter 0,6 - 0,8 cm agar kuat dan terbuka mata jaringnya. Kurungan pagar dari jaring siap dioperasikan.

C.  Penyediaan Benih

Benih teripang dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu benih alami yang dikumpulkan dari alam dan benih hasil pembenihan buatan di hatchery (panti benih).


1.  Benih alami
Benih alami biasanya banyak ditemukan di kawasan pasang surut yang berdasar lumpur berpasir dan banyak ditumbuhi tumbuhan laut, seperti ilalang laut dan rumput laut. Benih alami ini mempunyai ciri sebagai berikut.
-          Bentuk badan bulat panjang dengan bagian perut merata serta bersekat-sekat melintang berwarna putih.
-          Di antara sekat-sekat  tubuh di bagian punggung terdapat garis-garis hitam.
Benih alami. Banyak ditemukan di kawasan pasang surut yang
berdasar Lumpur berpasir dan ditumbuhi tumbuhan laut
-          Kulit tubuh tebal dan kasar. Jika diraba, terasa kasar seperti ada butiran pasir.
Benih dari alam ini bisa diambil langsung dengan tangan pada saat air laut surut.   Pekerjaan ini biasa dilakukan oleh nelayan pada waktu malam hari dengan penerangan obor atau lampu petromaks. Pada malam hari terutama saat air surut, benih teripang cenderung berada di permukaan pasir sehingga mudah diambil.
Nelayan biasanya menampung benih tersebut dalam wadah yang berisi air laut.  Atau,  sering  kali  hanya  diletakkan  di  dalam  perahu yang mereka tumpangi dan diberi air laut.  Selanjutnya, benih dibawa ke tempat pembesaran.
Adakalanya pengambilan benih dilakukan pada siang hari dengan cara menyelam. Pekerjaan ini relatif lebih sulit jika dibanding pada malam hari karena pada siang hari teripang lebih suka berlindung di bawah batu karang atau membenamkan diri di bawah pasir sehingga agak sulit dilihat.   Di samping itu, untuk menghindari panas di siang hari, teripang cenderung memilih perairan yang lebih dalam dengan gelombang yang tidak terlalu besar dan lokasi cukup terlindung, misalnya di laguna dan teluk.
Benih yang diambil dari alam berukuran sekitar 10 cm. Ukuran sebesar ini pada umumnya bisa langsung dibesarkan pada kurungan pemeliharaan.

2.  Benih hasil pembenihan buatan
a.  Sarana pembenihan
Sarana yang diperlukan untuk pembenihan teripang buatan tidak begitu banyak, terdiri dari beberapa buah bak sebagai tempat penampungan induk, pemeliharaan larva, dan kultur plankton.  Bak-bak ini sebaiknya dibuat dengan beton.  Namun demikian,  dapat pula dibuat dari kayu yang dilapisi plastik. Beberapa sarana lain yang diperlukan adalah sebagai berikut.
-          Saringan pasir untuk menyaring air laut agar betul-betul bersih.
Calon induk. Harus sudah matang gonad

Skema hatchery (panti benih)

-          Bak penampungan air yang dilengkapi dengan saringan pasir. Ukuran bak ini disesuaikan dengan kebutuhan air laut untuk penggantian air pada seluruh unit pembenihan. Penempatan bak diatur supaya gaya gravitasi bisa menyalurkan air dari satu bak ke bak lainnya.
-          Pipa penyalur air yang dilengkapi dengan beberapa saringan dengan berbagai ukuran, 1,5 - 2 mikron.
-          Bak penampungan induk dengan kapasitas 1,5 - 2 ton air, kedalaman bak 0,75 - 1 m.
-          Bak pemijahan dengan kapasitas sekitar 1,5 ton air, berjumlah 2 atau 3 buah dengan kedalaman sekitar 50 cm.
-          Bak pemeliharaan larva, berjumlah 10 - 15 buah dengan ukuran (1 x 2 x 0,5) m.     
-          Bak pemeliharaan juvenil, berjumlah 8 - 10 buah dengan ukuran (2 x 4 x 0,6) m.
-          Bak plankton, berjumlah 3 - 5 buah dengan ukuran (2 x 4 x 0,75) m.

b.  Pemeliharaan dan seleksi induk
Kualitas induk merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan penyediaan benih  melalui pemijahan buatan. Waktu pengambilan induk yang tepat atau pengalaman tentang musim puncak kematangan gonad merupakan kunci keberhasilan dalam mendapatkan calon induk yang memenuhi syarat untuk dipijahkan.
Sebelum memulai kegiatan pengumpulan induk, sebaiknya dilakukan pengambilan contoh atau sampel. Sampel itu akan memberikan gambaran kepada kita apakah induk siap dipijahkan atau belum. Pengumpulan yang terlalu cepat dari waktu kematangan gonad akan menghasilkan induk yang gonadnya belum matang penuh. Sebaliknya, jika pengumpulannya terlambat, induk akan memijah di laut.
Pengumpulan calon induk teripang dari laut dapat dilakukan dengan penyelaman pada siang hari. Apabila dilakukan pada malam hari, harus dibantu dengan alat penerang berupa obor atau lampu petromaks. Dengan cara ini, induk teripang dapat diambil langsung dengan tangan. Pada perairan yang agak dalam, induk teripang dapat diambil dari atas perahu dengan bantuan alat semacam tombak bermata dua yang tumpul.
Alat penangkap induk teripang

Calon induk teripang yang diperoleh dikumpulkan dalam wadah yang berisi air laut atau ditaruh di dalam palka perahu yang telah diisi air laut.  Untuk  pengumpulan/pengangkutan  calon  induk  pada  siang hari, sebaiknya wadah  penampungan  atau  palka  ditutup  rumput  laut atau ilalang laut untuk menghindarkan calon induk dan sinar matahari secara langsung. Pengangkutan induk dari tempat pengumpulan dapat dilakukan dengan wadah, seperti ember plastik yang berisi air laut atau langsung ditempatkan pada palka perahu.
Secara umum, peryaratan calon induk teripang yang sudah siap dipijahkan adalah sebagai berikut.               
-          Tubuh atau kulit dagingnya tebal, ukuran tubuh 25 - 35 cm atau seberat 400 - 600 g.                        
-          Sehat dan tidak memiliki luka pada permukaan tubuhnya.
-          Jumlahnya mencukupi untuk kesinambungan kegiatan pembenihan.
Umumnya berat tubuh teripang  berpengaruh langsung atau berkorelasi terhadap berat gonad dan indeks kematangan gonad serta fekunditas (jumlah sel telur yang dihasilkan per satuan berat). Karena teripang merupakan organisme yang sangat sulit dibedakan jenis kelaminnya, maka pembedaan jenis kelamin umumnya dilakukan berdasarkan ukuran beraf tubuh.
Induk yang telah diseleksi dipelihara di dalam kurungan tancap di laut atau di kolam air laut atau langsung dipelihara di dalam bak induk dengan kepadatan 5 - 10 ekor/m2. Bak induk umumnya terbuat dari beton, berbentuk empat persegi panjang, dan berkapasitas 1,5 - 2 ton air.
Khusus untuk pemdiharaan induk di kolam air laut, kedalaman air diusahakan antara 75 - 100 cm. Selain itu, diusahakan selalu  ada pergantian air agar stabilitas suhu dan salinitas tetap terjaga. Persediaan pakan juga harus terjamin dan perlu adanya penambahan pakan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan induk di bak pemijahan adalah sebagai berikut.
-          Kualitas air tetap terjaga baik. Bila perlu, dilakukan penggantian air setengah atau sepertiga dari volume, sehari dua kali, pagi dan sore.
-          Kotoran yang ada di dalam bak hams segera dibersihkan.
-          Pakan tambahan diberikan secukupnya.
-          Kebiasaan atau kesukaan induk harus dipantau secara kontinu.

c.  Pemijahan
Pemijahan teripang dapat dilakukan dengan beberapa cara : secara alami, dengan pembedahan, perangsangan kejut suhu, dan perang sarigan desikasi dan penyemprotan air.

Pemijahan alami
Induk teripang yang matang gonad penuh yang  dipelihara di bak pemijahan biasanya akan memijah secara alami tanpa adanya Teripang jantan biasanya akan mengeluarkan sperma terlebih dahulu, lalu merangsang betina untuk memijah dengan selang waktu kurang lebih 30 menit.

Pemijahan dengan pembedahan
Metode ini umumnya hanya terbatas untuk penelitian, jarang digunakan karena angka fertilitasnya rendah atau di bawah 20 % dan membutuhkan banyak induk. Metode pembedahan dilakukan dengan cara membelah teripang pada bagian bawah tubuh dari anus menuju ke atas. Pembelahan dilakukan dengan gunting. Setelah dibelah, gonad dikeluarkan dan diletakkan di wadah yang kering.   Dalam pembelahan gonad ini apabila didapatkan kantong telur, berarti teripang tersebut betina.  Kantong telur kemudian ditoreh dengan gunting dan telur dimasukkan ke tempat pemijahan yang berisi air laut bersih.  Jika yang ditemukan testis, maka teripang tersebut jantan. Gonad jantan (testis) juga  dipotong  menjadi  beberapa  bagian  sehingga  sperma  keluar dan ditampung di dalam wadah lain yang berisi air laut.   Kemudian telur dan  sperma  dicampur  menjadi  satu  dan  diaduk  perlahan-lahan,

Teripang sedang memijah. Tubuh menggeliat dan muncul di permukaan

lalu didiamkan sehingga terjadi pembuahan. Telur yang terbuahi dipanen dengan saringan dan dipindahkan ke tempat pemeliharaan larva.

Pemijahan dengan perangsangan kejut suhu
Metode ini dilakukan dengan cara peningkatan suhu air. Suhu air yang digunakan dalam pemijahan dapat dinaikkan dengan cara bak air dijemur di terik matahari, air direbus, atau dengan alat pemanas elektrik.  Pemanasan dilakukan hingga suhu air mencapai 3 - 4°C lebih tinggi dari suhu awal.
Di Indonesia yang ikiimnya tidak banyak berubah (terutama di musim kemarau), penjemuran dengan sinar matahari merupakan alternatif terbaik dalam pemijahan ini.
Seperti dilakukan oleh James dkk, 1983, lima ekor teripang (Metriatyh scabra) dimasukkan  ke dalam 70 liter air laut pada suhu 27°C. Kemudian dengan pemanas elektrik suhu air dinaikkan menjadi 32°C secara bertahap.  Setelah 90 menit, terlihat seekor jantan menyemprotkan spermanya dan secara spontan diikuti oleh jantan-jantan yang lain.   Pemijahan juga terjadi pada induk yang diperlakukan dengan suhu 37°C.  Teripang yang memijah segera diambil dan dipindah ke tempat lain yang berisi air laut bersih untuk melanjutkan pemijahan di tempat tersebut.   Pemijahan terjadi secara terus menerus  selama  15 - 20  menit.   Adanya  sperma yang keluar merangsang induk betina untuk mengeluarkan sel telurnya.
Telur teripang. Setelah dibuahi akan mengendap didasar bak
Larva teripang stadium auricularia. Bersifat planktonis.
Hidupnya melayang-layang di air.

Di Balai Budi Daya Laut Lampung, pemijahan teripang pasir dengan perangsangan kejut suhu ini dllakukan dengan cara induk teripang ditempatkan di dalam keranjang plastik yang diletakkan beberapa sentimeter di bawah permukaan air. Perlakuan ini dilakukan pada siang hari. Pada sore harinya induk dimasukkan ke bak pemijahan. Cara ini telah menghasilkan hasil yang baik, induk teripang memperlihatkan perilaku pemijahan, ditandai dengan tubuh menggeliat dan muncul di permukaan sambil bertumpu di dinding bak. Pemijahan umumnya terjadi pada jam 20.00 - 23.00 WIB. Induk jantan akan mengeluarkan sperma terlebih dahulu dan merangsang induk betina untuk memijah dengan selang waktu setengah sampai dua jam. Sperma yang dikeluarkan berwarna putih dan terlihat seperti asap di dalam air.

Desifkasi dan penyemprotan
Induk teripang yang akan dipijahkan dikeluarkan dari dalam bak dan diletakkan di tempat yang kering selama 0,5 - 1 jam. Induk-induk tersebut lalu disemprot air laut dengan tekanan tinggi selama 5 - 10 menit. Lalu, induk dimasukkan kembali ke dalam bak pemijahan. Antara 1,5 - 2 jam kemudian, induk-induk teripang mulai bergerak-gerak aktif.  Induk jantan  pun  mulai  memijah dan  diikuti  induk betina.

d.  Perkembangan dan pemeliharaan larva
Telur teripang berbentuk bulat dan berwarna putih. Ukuran telur bervariasi antara 160 - 180 mikron.   Jumlah telur yang dikeluarkan oleh seekor induk betina berkisar antara 4 - 5 juta butir. Telur yang telah dibuahi akan mengendap di dasar bak atau di perairan habitatnya. Sedangkan telur yang tidak dibuahi akan melayang dekat permukaan air.
Kualitas telur terbuahi yang baik umumnya akan menghasilkan larva dengan persentase hidup yang tinggi. Oleh sebab itu, seleksi telur yang baik dan penanganan segera setelah telur dibuahi sangat penting diperhatikan.

Larva teripang stadium pentacula. Mempunyai tentakel dan kaki tabung

Beberapa waktu setelah dibuahi, telur mengalami perkembangan embrional menjadi 2, 4, 8, 16 sel, dan seterusnya sehingga membentuk  banyak sel. Ukuran rata-rata sel tersebut sekitar 194 mikron. Selang 10 - 12 jam kemudian akan membentuk stadium blastula yang rata-rata berukuran 380,01  mikron.  Selanjutnya berkembang menjadi stadium gastrula yang berukuran antara 390,50 - 402,35 mikron. Setelah lebih dari 32 jam, telur akan menetas menjadi larva dan membentuk stadium auricularia yang terbagi menjadi stadium awal, tengah, dan akhir. Ukuran larva teripang pada stadium ini rata-rata antara 812,50 -987,10 mikron. Pada stadium ini larva mulai diberi pakan plankton jenis Dunaliella sp, Phaeodactylum sp, dan Chaeoceros sp sebanyak 40 - 60 x 103 sel/ml.
Selama stadium auricularia awal sampai menjelang stadium auricularia akhir, larva lebih banyak hidup di permukaan air. Kepadatan larva yang dikehendaki selama stadium ini kira-kira 300 – 700 ekor per liter.   Jika kepadatan terlalu tinggi, larva akan bergerombol menjadi satu, berbentuk seperti bola, dan berada di dasar bak. Bila dibiarkan, larva ini akan mati.
Sepuluh hari kemudian, larva berkembang membentuk stadium doliolaria  Pada stadium  ini  larva berbentuk  lup,  mempunyai  lima  sabuk dan dua tentakel yang menjulur  ke luar. Larva dengan ukuran antara 614,78 - 645,70 mikron ini dapat bergerak cepat ke depan.  Badan bagian belakang berbentuk cincin datar.    Pada setiap sudut terdapat lima kelompok silia (bulu getar).  Stadium auricularia dan doliolaria bersifat planktonis,  yaitu hidupa. melayang-layang di  air.
Selang tiga belas hari kemudian doliolaria berubah ke stadium pentactula. Larva berwama cokelat kekuningan dengan panjang antara 1.000 - 1.200 mikron. Badan berbentuk tubuler dengan lima buah tentakel pada pangkal bagian depan   dan sebuah kaki tabung pendek pada pangkal belakang. Kurang lebih delapan belas hari, kaki tabung dan tentakel terlihat lebih jelas dan terdapat bintil-bintil di permukaan kulitnya.  Larva  pada  stadium pentactula  mempunyai  kebiasaan berada di  pinggiran  bak  bagian  bawah  dan  sedikit  menyukai  di  bawah permukaan air.  Salinitas selama pemeliharaan diusahakan antara 32 - 34 per mil dan suhu antara 27 - 29°C. Segera setelah larva berada di dasar bak, diberi makanan berupa suspensi mmput laut jenis Ulva dan Sargassum.
Perkembangan embrional dan larva teripang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.

TABEL 4. PERKEMBANGAN EMBRIONAL DAN LARVA TERIPANG

Stadium perkembangan

Sel/stadium

Ukuran rata-rata

Lama perkembangan

Mikron

cm
Menit
Jam
Hari
2 sel
4 sel
8 sel
16 sel
32 sel
64 sel
128 sel
banyak sel
stadium blastula
stadium gastrula awal
stadium rastrula tengah
stadium gastrula akhir
menetas
stadium auricularia awal
stadium auricularia tengah
stadium auricularia akhir
stadium doliolaria awal
stadium doliolaria tengah
stadium doliolaria akhir
stadium pentactula awal
stadium pentactula akhir
burayak muda (juvenil)
140,40
176,54
182,32
-
-
-
-
194,00
380,01
390,50
398,80
402,35
415,10
812,50
845,17
987,10
614,78
645,70
712,24
> 1000
> 1200
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1,5 – 2,0
29
59
56
12
44
34
33
49
52
33
24
9
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
7
7
9
11
11
12
14
31
32
> 32
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3
5
8 – 10
10 – 11
11
12
12 – 16
17 – 32
> 50
Sumber: Anonim, 1993
e.  Pemeliharaan juvenil
Pada stadium doliolaria, harus disiapkan kolektor (tempat untuk menempel). Pada lokasi atau tempat pemeliharaan yang berbeda, jenis kolektornya pun berbeda pula, tergantung dari jenis bahan yang tersedia di lokasi setempat. Beberapa jenis kolektor antara lain sebagai berikut.
1)     Kerangka  dari bahan  plastik yang  keras  dengan  ukuran  sekitar (60 X 10 X 80) cm, dan di bagian tengah, dijahitkan kain atau plastik transparan.
2)     Kerangka  dari  kawat  berlapis  plastik  (kawat  no.  8 - 10)  yang berbentuk segi empat, dan di bagian tengahnya dipasang lembaran plastik kaca atau bahan lain.
3)     Kerangka  dari  kayu  atau bambu  berbentuk  segi  empat,  dan  dll bagian tengahnya dipasang lembaran kain, jaring plastik, atau bahan lain.
4)     Batu atau batu karang berbagai ukuran yang diletakkan di dasar bak.
Kolektor tersebut ditempatkan di dalam bak pemeliharaan. Pada prinsipnya kolektor harus mempunyai persyaratan sebagai berikut.
1)     Tidak beracun  dan  tidak  menyerap  banyak  air.
2)     Mudah  pengaturan  dan  pengamatannya  (juvenil  yang  menempel mudah diamati).
3)     Mampu  ditempeli  secara  maksimal  dan  merata  di  seluruh  bidang kolektor.
4)     Bahan mudah diperoleh dan tidak mahal.
Sebaiknya kolektor yang dipasang telah ditempeli diatomae (lumut) sehingga pada saat juvenil menempel, pakan yang dibutuhkan telah tersedia.
Juvenil biasanya hanya dapat bergerak-gerak lemah setelah mengalami metamorfosis penuh.   Sehingga jika pakan yang dibutuhkan tidak tersedia dengan tepat,  akan menyebabkan kematian.  Pada saat juvenil mencapai  ukuran  2 - 5  mm,  diberi  pakan  dua  kali  sehari. Jumlah ini terns ditingkatkan seiring dengan laju pertumbuhannya.
Lima belas hari setelah menempel pada kolektor, juvenil dapat dilihat dengan  mata  dan  dapat  dihitung.    Kepadatan  yang  baik  antara 5 - 10 ekor tiap kolektor,  atau kepadatan optimum dalam satu bak pemeliharaan adalah 200 - 500 ekor/m2. Cara ini dilakukan terus menerus sampai benih tersebut berusia 1,5 - 2 bulan. Pada saat tersebut ukuran benih teripang antara 1,5 - 2 cm.
Hasil pembenihan buatan. Mencapai ukuran 1,5 – 2 cm
setelah berumur 1,5 – 2 bulan

Dari prosedur pembenihan yang telah dibahas tersebut operasional hatchery ini secara garis besar dapat diringkas seperti pada Bagan operasional hatchery teripang.

D.  Pengangkutan Benih

Benih teripang yang akan diangkut sebaiknya ditampung dahulu selama 2 - 3 hari untuk pemberokan. Pemberokan dimaksudkan agar isi pencernaan teripang bersih, sehingga pada waktu diangkut kualitas air tidak rusak. Pemberokan benih dapat dilakukan di laut pada suatu kurungan yang terbuat dari jaring ukuran (1 x 1 x 1) m. Padat penebaran benih di tempat pemberokan antara 100 - 150 ekor per kurungan.


Kultu alga :
-    Dunallella sp
-    Phaodactyyllum sp
-    Isachryns sp
 

Pemeliharaan Induk

Sumber : Alam
Seleksi : berat
Pakan 500 – 600 gr
: Sorgasum + ulva
 
Sumber :
Lautan bebas
Atau
Perairan pantai
 
   PERLAKUAN AIR                                 PEMBENIHAN TERIPANG                       PRODUKSI PAKAN ALAMI


 















Pemeliharaan juvenil
-    pemasangan kolektor
-    Siphon (pembersihan)
-    Pengamatan air
-    Aerasi
 
                                                                                     
   

  
 

Bagan operasional hatchery teripang

Pengangkutan teripang umumnya dilakukan secara terbuka. Wadah bak fiber glass, blong/ember plastik, atau wadah lain yang tidak bocor dan kuat menahan air dapat digunakan untuk keperluan ini. Teripang yang akan diangkut ditempatkan dalam wadah pengangkutan yang berisi air laut dengan kepadatan benih 80 - 100 ekor/ton air.   Wadah pengangkutan diberi tutup agar benih terhindar dari sinar matahari secara langsung. Pengangkutan sebaiknya dilakukan di saat teduh, yaitu pada pagi atau sore hari. Cara pengangkutan ini dapat dilakukan dengan kendaraan darat atau perahu dengan waktu angkut 3 - 4 jam. Bila menggunakan perahu, teripang dapat diletakkan di palka yang telah diisi air laut.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan teripang adalah dijaga jangan sampai terjadi kenaikan suhu air. Pada suhu yang terlalu tinggi, teripang akan mengalami stres dengan gejala keluamya kotoran berbentuk bolus-bolus bulat kecil secara terus menerus. Dalam keadaan ini,  kualitas  air  di  wadah  pengangkutan  akan  rusak.  Penurunan kandungan oksigen terlarut dalam wadah pengangkutan juga akan menyebabkan kekakuan pada benih teripang. Hal itu terjadi karena terganggunya sistym water uasculer dan akhirnya seluruh system pencernaan akan keluar sehingga menyebabkan kematian.

E.  Pembesaran Teripang
1.  Padat penebaran benih
Teripang merupakan hewan yang gerakannya lamban dan dapat hidup secara berkelompok. Sehingga upaya peningkatan produksi persatuan luas lahan dapat dilakukan dengan peningkatan padat penebaran.
Padat penebaran untuk budi daya teripang ditentukan oleh ukuran benih. Benih dengan berat antara 30 - 40 g/ekor ditebarkan sebanyak 15 - 20 ekor/m2, sedangkan benih dengan berat antara  40 - 50 g/ekor padat penebarannya adalah 10 - 15 ekor/m2.  Sehingga untuk satu unit lahan budi daya seluas 400 m2 diperlukan  benih teripang sebanyak 6.000 - 8.000 ekor dengan berat 30 - 40 g/ekor dan panjang 5 - 7 cm/ekor. Sedangkan untuk benih dengan berat 40 - 50 g/ekor diperlukan sebanyak 4.000 - 6.000 ekor.
Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, benih yang ditebarkan pun harus baik pula. Ciri-ciri benih teripang yang baik antara lain berwarna cerah dan tidak cacat, bila dipegang tidak cepat lembek dan lendirnya tidak terlalu banyak, gerakannya aktif, dan tubuhnya tidak bengkok atau tidak menggelembung.
Penebaran benih sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari agar benih terhindar dari stres. Sebelum benih ditebarkan perlu diaklimatisasikan terlebih dahulu dengan cara kondisi air di lokasi budi daya disesuaikan dengan kondisi air di tempat penampungan benih. Apabila teripang mengalami stres akan terjadi pengeluaran isi perut dan kekakuan tubuh sehingga mengakibatkan kematian.

2.  Pemberian pakan
Pakan alami teripang yang berupa plankton, detritus atau sisa-sisa bahan organik, dan sisa-sisa endapan di dasar laut dapat diperoleh di sekitar lingkungan budi  daya.   Namun  demikian,  teripang yang dibudidayakan sebaiknya diberi pakan tambahan untuk mempercepat pertumbuhan.
Pemberian pakan tambahan. Berfungsi untuk menambah kesuburan perairan

Pakan tambahan itu berfungsi untuk menambah kesuburan perairan dan umumnya berupa campuran kotoran hewan dan dedak  halus  dengan  perbandingan 1 : 1. Pakan diberikan sebanyak 0,2 - 0,5 kg/m2/2 minggu. Pakan diberikan dengan cara ditempatkan dalam karung goni yang berlubang-lubang sehingga keluar sedikit demi sedikit.   Hal ini bertujuan untuk mencegah hanyutnya pakan karena arus atau gelombang. Dalam setiap kantong goni biasanya berisi pakan tambahan sebanyak 10 - 15 kg. Jumlah tersebut dapat mencukupi untuk luasan budi daya 30 - 50 m2.
Aktivitas teripang, termasuk mencari makanan di dasar perairan, umumnya berlangsung pada malam hari. Pada siang hari hewan ini lebih senang membenamkan diri dalam pasir atau beristirahat di sela-sela karang untuk menghindari hewan pemangsa.
Dilihat dari jenis, jumlah dan cara penyediaan pakannya, budi daya teripang tidak membutuhkan biaya operasional yang tinggi. Lagipula, bahan pakan teripang dapat diperoleh dengan mudah di sekitar kita.

3.  Pengendalian hama dan penyakit
Beberapa jenis hama maupun hewan penyaing seperti kepiting, bulu babi, dan bintang laut harus disingkirkan dari kurungan pagar. Hama dapat mengakibatkan kerusakan fisik pada tubuh teripang, misalnya terluka atau bahkan akan memangsanya. Sedangkan hewan penyaing merugikan karena berkompetisi dalam hal perolehan pakan, ruang gerak, dan sebagainya.
Kerusakan fisik pada tubuh teripang karena serangan hama dapat menimbulkan penyakit. Luka yang tidak segera diobati menjadi bertambah besar. Akibatnya, makin lama fisik teripang semakin lemah. Untuk itu, pengobatan teripang yang terluka harus segera dilakukan dengan merendamnya dalam larutan acriflauin 4 ppm atau methylen blue 4 ppm selama 0,5 - 1 jam. Setelah diobati, teripang ditempatkan dalam bak penampungan selama 1 - 2 hari.
Organisme-organisme penempel seperti rumput laut, teritip, dan sponge yang menempel pada kurungan pagar harus dibersihkan secara berkala. Keberadaan  organisme-organisme penempel ini akan mengganggu sirkulasi air dalam kurungan pagar dan menurunkan kualitas  air,  yarig  berakibat  kurang  baik  bagi  pertumbuhan  teripang. Oleh karena itu, pengamatan dan pembersihan kurungan pagar secara rutin mutlak dilakukan.
Hama dan hewan penyaing. Merebut pakan dan ruang gerak

F.  Panen

Lama pemeliharaan teripang tergantung pada jenis, ukuran, waktu penebaran benih, pertumbuhan, dan ukuran teripang yang dikehendaki pasar.   Teripang pasir umumnya dipanen setelah mencapai berat basah 200 - 250 g atau panjang 15 - 20 cm, karena ukuran tersebut yang paling banyak diminta konsumen.   Untuk mencapai ukuran itu, diperlukan waktu pemeliharaan antara 5 - 6 bulan dari benih awal dengari berat 30 - 40 g atau panjang 5 - 7 cm.
Pemanenan teripang sebaiknya dilakukan pada waktu air surut, yaitu pada pagi hari sebelum teripang membenamkan diri ke pasir. Panen dapat dilakukan dengan memungut langsung teripang yang sudah berukuran besar dan memenuhi ukuran konsumsi. Hasil panen ditampung dalam wadah, seperti tong plastik atau ember. Pada waktu pemanenan diusahakan tubuh teripang jangan sampai terluka, karena akan mempengaruhi harga jualnya nanti.  Hasil panen segera dibawa ke tempat pengolahan, karena teripang merupakan salah satu hasil perikanan yang cepat busuk.
Dari satu unit kurungan pagar ukuran 400 m2 (20 m x 20 m) dapat dipanen antara 640 - 960 kg dengan persentase teripang hidup sekitar 80 %.
Teripang ukuran panen. Berat basah antara 200 – 500 g





















IV PENGELOLAAN PASCA PANEN


A.  Pengolahan

Pengolahan teripang merupakan tahap akhir dari proses produksi dan sangat menentukan mutu produk.  Mutu produk ini sangat berkaitan dengan harga jual.  Saat ini pengolahan teripang masih banyak yang dilakukan secara tradisional sehingga mutu produknya relatif  rendah.    Oleh  karena  itu,  pedagang  pengumpul  atau  eksportir umumnya melakukan pengolahan ulang untuk perbaikan mutu.
Umumnya teripang diolah menjadi bentuk olahan kering atau dikenal dengan nama  beche-de-mer.  Selain itu,  dikenal juga produk olahan lain seperti konoko (gonad kering), otot kering, konowata (usus asin) dan  kerupuk.  Teripang  kering  lebih  disukai  oleh  konsumen  di Singapura, Hongkong, dan Malaysia, sedangkan   konoko,  konowata, dan otot kering lebih disukai oleh konsumen di Jepang.
Dengan semakin banyaknya masyarakat yang ingin memanfaatkan produk teripang, maka berkembang pula jenis pengolahan teripang tersebut dalam bentuk makanan jadi seperti bakso teripang dan capcay teripang.
Pemisahan bagian tubuh teripang. Selanjutnya diolah menjadi berbagai produk

Pengolahan masing-masing bentuk olahan tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1.  Beche-de-mer (teripang kering)
Di beberapa daerah pengolahan teripang kering dilakukan dengan cara sedikit berbeda, tetapi pada prinsipnya sama, yaitu penanganan hasil  panen,  pembuangan  isi  perut,  perebusan,  pengasapan pengeringan, dan penyimpanan.


1)  Penanganan hasil panen
Teripang merupakan salah satu hasil laut yang mempunyai sifat cepat busuk sehingga perlu segera diolah. Sebelum diolah, diusahakan teripang tetap hidup. Caranya, teripang diletakkan pada wadah uang berisi air but dan ditempatkan di tempat yang teduh.  Jumlah teripang yang dipanen harus disesuaikan dengan waktu dan kapasitas alat pengolahan agar tidak mengalami kemunduran mutu.

2)  Pembuangan  isi  perut
Pembuangan isi perut dapat dilakukan dengan pisau. Caranya, perut teripang diiris secara membujur. Diusahakan pisau terbuat dari bahan yang tidak mudah berkarat, tajam, dan berujung runcing. Ini bertujuan agar tekstur hasil irisan berpenampakan rapi.
Selain dengan pisau, pengeluaran isi perut juga dapat dilakukan dengan bambu. Caranya, bagian anus teripang ditusuk dengan bamboo yang runcing. Bambu itu lalu diputar sambil dilakukan sedikit peremasan pada tubuh teripang dan ditarik keluar.   Dengan cara demikian, isi perut teripang akan keluar.   Cara seperti ini tidak dianjurkan karena kemungkinan tidak seluruh isi perut dapat dikeluarkan. Selain itu, juga menimbulkan penampakan yang kurang sempurna sehingga menurunkan mutu teripang.

3)  Perebusan
Perebusan dilakukan dengan alat rebus yang terbuat dari bahan antikarat,  mudah  dibersihkan,  dan  tahan  lama.  Air  yang  digunakan adalah air tawar yang bersih dan diberi garam dapur dengan konsentrasi kurang dari  15 %.
Setelah air mendidih, teripang yang telah dikeluarkan isi perutnya dan telah dicuci bersih dimasukkan ke dalamnya. Perebusan dilakukan sampai semua teripang menjadi keras tekstumya (kenyal),  selama  20 - 30  menit.
Perebusan ini selain berfungsi untuk mengeraskan tekstur tubuh teripang juga berfungsi untuk mematikan dan mencegah timbulnya mikroorganisme pembusuk serta menurunkan kadar air pada tahap awal.   Kita  tahu  bahwa  kandungan  air  pada  tubuh  teripang  relatif tinggi,  antara  80 – 90 %,  sehingga  perlu  diturunkan  secara  bertahap.

4)  Penirisan
Teripang yang telah direbus kemudian ditiriskan. Penirisan umumnya dilakukan di atas para-para. Caranya, teripang disusun berjajar di  atas  para-para.  Penirisan  dilakukan  sampai  tidak  ada  lagi  air yang menetas.



Beberapa jenis alat pengasap teripang

5)  Pengasapan
Setelah tidak ada air yang menetes dari tempat penirisan, teripang siap diasapi. Pengasapan dilakukan selama 10 - 20 jam pada suhu antara 60 - 80°C.
Beberapa pengolah teripang tradisional melakukan pengasapan secara terbuka. Teripang yang diasap diletakkan di atas para-para pengasapan, kemudian di bawahnya diberi kayu yang dibakar sehingga asap yang keluar mengenai teripang.  Pengasapan dengan cara ini dipandang kurang baik karena pemakaian asap tidak efisien (banyak terbuang), suhu pengasapan sulit dikontrol, dan dapat terjadi kontaminasi oleh kotoran. Oleh karena itu, cara ini tidak dianjurkan. Alat pengasap yang dipandang baik ialah drum pengasap, lemari pengasap, atau rumah pengasap.   Drum pengasap umumnya digunakan untuk perigasapan teripang yang jumlahnya tidak terlalu banyak, skala kecil atau skala rumah tangga. Lemari pengasap untuk jumlah teripang yang sedang, skala menengah. Rumah pengasap untuk jumlah teripang yang banyak, skala besar.
Bahan bakar untuk pengasapan dapat berupa kayu bakar tetapi sebaiknya dihindari pemakaian jenis kayu bergetah atau serbuk gergaji.  Kayu yang  sering  digunakan  ialah  kayu  bakau  karena  biasanya banyak tersedia di sekitar lokasi budi daya teripang.
Pada waktu pengasapan, ketebalan asap harus konstan, diusahakan api tidak menyala dan semua asap tersebar merata serta mengenai langsung permukaan tubuh teripang.   Di samping itu, suhu juga harus diusahakan konstan, dapat dilakukan dengan mengatur bara api dan lubang ventilasi (pengeluaran asap). Teripang yang diasap tidak boleh sampai terbakar karena akan menimbulkan penampakan yang tidak baik dan rasa yang tidak enak.
Pengasapan ini sebenarnya berfungsi untuk mengurangi atau menurunkan kadar air dalam tubuh teripang. Selain itu, juga memberikan rasa serta bau yang spesifik. Setiap jenis kayu bakar akan menimbulkan rasa dan bau yang spesifik. Oleh karena itu,  untuk membuat rasa dan bau yang tetap, harus menggunakan bahan bakar dari jenis  kayu yang  tetap  pula.

6)  Pengeringan
Teripang yang telah diasap masih mempunyai kadar air yang cukup tinggi sehingga perlu pengeringan sampai kadar air kurang dari 20 %.
Pengeringan yang mudah dan murah dapat dilakukan dengan penjemuran di bawah matahari.   Penjemuran dilakukan di atas para-para, umumnya  para-para  berada kurang  lebih  75 - 100  cm dari tanah. Para-para dibuat dari anyaman bambu.  Anyaman dibuat berlubang-lubang sehingga air dapat menetes dan tersedia aliran udara dari atas Teripang kering. Proses pengeringan tak boleh terialu mendadak maupun bawah. Hal ini akan mempercepat proses pengeringan secara sempurna.  Pengeringan dengan cara ini sangat dipengaruhi oleh ukuran teripang, kadar air teripang, cuaca, suhu udara, kelembapan udara, dan kecepatan angin. Apabila cuaca cerah, penjemuran dapat dilakukan 2 - 3 hari.
Teripang kering. Proses pengeringan tak boleh terlalu mendadak

Pengeringan dapat pula dilakukan dengan alat pengering mekanis, tetapi harus dipertimbangkan tentang harga, ketersediaan bahan bakar, listrik,  serta  efisiensinya.   .Pengeringan  dengan  cara  ini  umumnya diterapkan oleh eksportir dalam upaya pengolahan ulang untuk perbaikan mutu. Atau, dipergunakan pada kondisi yang memaksa, misalnya musim penghujan, dan karena adanya keterbatasan lahan, misalnya di kota-kota besar.
Proses pengeringan teripang tidak boleh terlalu mendadak. Jika terlalu mendadak,  mengakibatkan terjadinya kerutan-kerutan pada tubuh teripang. Kerutan-kerutan ini tidak mungkin diperbaiki lagi sehingga akan menurunkan mutu.

7)  Penyimpanan
Teripang kering olahan mengandung garam dan bersifat higroskopis sehingga penyimpanan harus diusahakan pada suhu ruang yang tidak terlalu tinggi  dan  kelembapannya  rendah.  Teripang  kering  ini  harus diletakkan langsung di atas para-para dan disusun rapi agar tidak menghambat sirkulasi udara.
Tempat penyimpanan yang baik harus terlindung dari sinar matahari, tidak terkena air hujan, pertukaran udaranya cukup baik, dan hanya khusus untuk penyimpanan teripang. Jika tidak memenuhi syarat ini, akan  menyebabkan  tumbuhnya  jamur  dan  mikroorganisme pembusuk serta menigkatnya kadar  air.
Penyimpanan teripang kering. Tidak boleh lembap
2.  Konoko  (gonad  kering)
Konoko berharga paling mahal di antara beberapa produk olahan yang berasal dari teripang.   Produk olahan ini memang belum banyak dikenal karena  sulit untuk  mendapatkannya.  Akan tetapi,  kalau dilihat harganya yang dapat mencapai US$ 200/kg, maka sangat menarik






Skema pengolahan beche-de-mer
untuk diusahakan.  Kenyataan menunjukkan bahwa berat gonad hanya sekitar 2,5 % dari berat badan teripang pada saat matang gonad dan hanya sekitar 2 % pada saat tidak matang gonad.
Pengambilan gonad tidak selalu dengan membunuh teripang, tetapi dapat dilakukan dengan sedikit pembelahan pada dinding bawah badan teripang, membujur di sebelah bawah mulut, lalu diambil gonadnya. Belahan pada tubuh teripang itu akan sembuh dalam waktu 5 - 7 hari, Setelah itu, secara bertahap gonad akan tumbuh kembali sehingga dapat diambil lagi pada tahun yang akan datang dengan kualitas yang relatif  sama.
Pengeringan gonad dapat dilakukan langsung di bawah sinar matahari atau dengan alat pemanas secara mekanik.

3.  Konowata (usus kering)
Kegemaran masyarakat Jepang terhadap konowata kiranya cukup beralasan. Jenis makanan ini mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi :  air  76,5 %,  protein  9,3 %,  lemak  1,3 %,  karbohidrat  0,5 %,  dan abu 12,4 %.   Oleh karena itu, harganya pun tinggi. Di Tokyo, 1988, harga konowata rata-rata dalam partai besar ialah US$ 50/kg. Harga ini tergantung pada panjang pendeknya usus, semakin panjang usus semakin  mahal harganya.
Pengambilan usus teripang untuk produk konowata dilakukan seperti halnya pengambilan gonad pada  pembuatan  konoko. Teripang yang akan diambil ususnya sebelumnya ditempatkan dalam wadah yang berisi air laut bersih  selama  beberapa  waktu  tanpa  diberi  makan. Ini bertujuan untuk mengosongkan isi usus.   Setelah usus diambil, kemudian dipencet secara perlahan-lahan agar semua isi usus keluar. Pada waktu pengeluaran isi perut, usus kosong yang akan dimanfaatkan diusahakan jangan sampai terputar. Kemudian usus dicuci dengan air sampai bersih lalu digarami.
Penggaraman mula-mula dilakukan sepertiga dari jumlah garam yang diperlukan, berfungsi untuk menyerap air keluar dari usus teripang.   Setelah itu, baru ditambahkan garam dalam jumlah agak banyak dan diaduk agar merata.   Agar terjadi fermentasi, usus yang telah digarami  itu dimasukkan ke dalam wadah.    Selama  masa fermentasi sesekali dilakukan pengadukan.   Kemudian hasil fermentasi dimasukkan ke dalam botol dan siap dikonsumsi.

4.  Otot kering
Otot kering teripang banyak disukai oleh masyarakat Cina, Jepang, Eropa, dan Amerika.   Produk ini diambil dari otot yang memanjang pada tubuh teripang.  Otot ini empuk/lunak, berasa seperti daging kerang, dan berkualitas tinggi.
Teripang yang akan diambil ototnya direndam di dalam air laut bersih sampai ototnya memendek. Setelah itu, ototnya diambil dan diawetkan dalam larutan garam.  Di pasaran otot kering ini dijual dalam bentuk kemasan di dalam kaleng.

5.  Kerupuk Teripang
Teripang dapat pula diolah menjadi kerupuk. Kerupuk teripang dapat dibuat dari bagian badan  atau otot teripang. Nilai gizi kerupuk ini cukup baik  (lihat Tabel  6).  Proses  pembuatannya sebagai berikut.
Teripang segar digores dengan pisau pada bagian perutnya. Tahap selanjutnya dilakukan perebusan dengan air laut pada suhu 60 - 70°C selama 1 jam. Setelah dingin, bagian dalam teripang dikeluarkan dan teripang dikeringkan di panas matahari. Teripang hasil pemanasan ini merupakan bentuk produk setengah jadi. Tahap berikutnya dilakukan pemisahan antara otot dan badan teripang.
Untuk mendapatkan kerupuk dari bagian badan teripang, badan teripang dikeringkan lagi di bawah sinar matahari. Setelah kering, dilakukan penggorengan dengan pasir sekitar 5 menit lalu diangin-anginkan. Langkah berikutnya adalah penggorengan dengan minyak kelapa dan kerupuk teripang pun sudah jadi.
Sedangkan untuk mendapatkan kerupuk otot teripang, sebelumnya otot teripang direndam terlebih dulu dalam air tawar selama 2 jam. Perendaman tersebut bertujuan untuk mengurangi kandungan garam pada teripang. Selanjutnya otot teripang dipanaskan di bawah sinar matahari. Setelah kering, dilakukan penggorengan dengan minyak kelapa dan kerupuk otot teripang siap untuk dinikmati.
Nilai gizi kerupuk teripang dan otot teripang tercantum pada tabel di bawah ini.
TABEL 6.  NILAI GIZI KERUPUK TERIPANG DAN OTOT TERIPANG

NO

JENIS PRODUK
PROTEIN
LEMAK
AIR
ABU
1

2
3
Kerupuk setengah jadi kering
Kerupuk teripang goreng
Kerupuk otot teripang kering

38,21 %
43,19 %

48,54 %

1,51 %
32,33 %

0,18 %

20,02 %
2,58 %

34,46 %

36,82 %
14,58 %

13,94 %
Sumber: Anonim, 1993
6.  Makanan Jadi Teripang
Beberapa bentuk makanan jadi yang terbuat dari teripang di antaranya adalah bakso dan cap cay teripang. Untuk membuat makanan jadi tersebut, teripang yang telah diasap kering harus dikembangkan terlebih dulu agar berbentuk seperti semula. Ada beberapa cara pengembangan teripang. Dua di antaranya adalah dengan menggunakan larutan air beras dan air tawar seperti yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Caranya adalah sebagai berikut :
  1. Teripang  asap  kering  direndam  dalam  larutan  air  beras  (perbandingannya 1 gelas beras : 3 gdas air) selama kurang lebih 3 jam. Selanjutnya, teripang direbus dengan air mendidih selama 10 menit lalu direndam  dengan  air dingin  selama  2  hari.  Selama   perendaman, kotoran yang menempel pada teripang dibersihkan dengan cara disikat. Cara ini diulang 2 - 3 kali sebelum teripang diolah lebih lanjut.
  2. Teripang  asap  kering  direndam  dengan  air  tawar  selama  sekitar  5 hari.  Selama perendaman tersebut,  setiap hari teripang diambil untuk direbus dengan air mendidih selama 1 - 2 jam. Setelah perebusan, teripang direndam lagi dengan air dingin. Air perendam harus selalu diganti setiap hari.
Teripang yang telah selesai dikembangkan, siap diolah menjadi makanan jadi antara lain menjadi bakso dan cap cay teripang. Proses pengolahannya adalah sebagai berikut.

1.  Bakso teripang
Bahan yang diperlukan :
-          10 g daging teripang
-          40 g tepung sagu
-          20 g susu bubuk/skim
-          35 g putih telur
-          14 g air es
-          1,75 g bawang merah
-          0,63 g bawang putih
-          0,14 g jahe
-          0,91 g MSG/vetsin
-          0,35 g lada
Cara pengolahan :
Proses pengolahan bakso teripang adalah sebagai berikut :


Pencampuran

 
 
Bahan utama & bumbu-bumbu


 




















2.  Cap  cay  teripang
Bahan yang diperlukan :
-          0,5 kg teripang yang telah dikembangkan
-          0,5 kg brokoli
-          1 sendok teh merica bubuk
-          5 butir bawang putih yang telah digepuk
-          10 butir bawang merah yang telah diiris tipis
-          1,5 butir bawang bombai yang telah diiris tipis
-          1 sendok makan minyak wijen
-          1 sendok makan saus tiram
-          1 sendok makan maizena yang dilarutkan dalam air
-          2 sendok makan mentega atau minyak sayur
-          5 tangkai daun bawang
-          2 tangkai seledri
-          garam dan gula secukupnya
-          sereh, lengkuas, dan daun salam secukupnya

Cara pengolahan :
Teripang, brokoli, daun bawang, dan seledri dipotong kecil. Sementara itu, mentega dicairkan atau minyak sayur dididihkan dan bumbu-bumbu yang telah disiapkan ditumis sampai harum baunya.
Tuangkan air secukupnya ke dalam bumbu. Setelah mendidih, masukkan teripang dan tunggu sampai empuk. Setelah itu menyususl brokoli, daun bawang,  seledri,  gula,  dan garam.  Terakhir masukkan tepung maizena yang telah dilarutkan dalam air. Tunggu sampai matang dan masakan pun siap dihidangkan.

B.  Standar Mutu Teripang Kering

Teripang kering sebagai produk perikanan mempunyai standar mutu yang telah ditetapkan pemerintah. Standar mutu ini ditetapkan dalam upaya membina nelayan/petani tradisional pengolah teripang dan menjaga konsumen dari mutu yang tidak diinginkan.

Standar mutu teripang kering mencakup mutu organoleptik, mikrobiologi,  dan kimiawi.


1.  Mutu organoleptik
Mutu organoleptik meliputi bau, rasa, tekstur dan penampakan tubuh teripang.  Hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan mutu organoleptik ini antara lain keberadaan jamur, pembusukan, ketidakrapian tubuh (berkerut-kerut), dan adanya lapisan kapur. Penilaian untuk mutu organoleptik ini minimum harus mempunyai nilai rata-rata tujuh.

2.  Mutu mikrobiologi          
Mutu mikrobiologi berupa pembatasan adanya kontaminasi dari mikroorganisme berbahaya seperti  Vibrio, Salmonella, dan Staphylococcus aureus.  Keberadaan mikroorganisme ini dapat diketahui dengan pengujian yang bisa dilakukan oleh Balai Bimbingan dan Penelitian Mutu Hasil Perikanan yang berada di pusat maupun daerah.  Balai ini statusnya di bawah Ditjen Perikanan dan Dinas Perikanan Propinsi Daerah Tingkat I.

3.  Mutu kimiawi
Mutu kimiawi meliputi tingkat kekeringan atau kadar air maksimum yang dikandung teripang olahan, kadar abu tidak larut dalam asam yang memberi indikasi tentang banyaknya kotoran seperti butiran pasir dan batu serta kadar garam minimum yang berpengaruh terhadap daya awet teripang selama dalam penyimpanan.
Standar mutu teripang kering (SPI-kan/02/29/1987) sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 701/Kpts/TP.830/10/1987 tentang Penetapan Standar Mutu Hasil Perikanan saat ini telah ditetapkan menjadi Standar Indonesia oleh Dewan Standardisasi Nasional yang berlaku secara nasional.  Standar ini merupakan standar minimum untuk teripang kering (lihat Tabel 7).

TABEL 7.  STANDAR MUTU TERIPANG KERING

NO

Karakteristik

Persyaratan Mutu
1.
2.




3.
Organoleptik minimum
Mikrobiologi
-             Eshetichia coli MPN/g maksimum
-             Salmonella spp
-             Vibrio chalepae
-             Staphylococcus aureus
  Kimiawi
-       Air, % bobot/bobot maks.
-       Abu tak larut dalam asam % bobot, bobot maks.
-       Garam % bobot/bobot min.
7

0
negatif
negatif
negatif

20
7
1,5
























V  ANALISIS USAHA PEMBESARAN TERIPANG


Analisis usaha ini menggambarkan pembesaran teripang skala kecil dengan tempat berupa kurungan pagar dari bahan jaring.  Luas lahan sekitar (20 x 20) m2 dengan waktu pemeliharaan sekitar enam bulan.
Gambaran dari tiap jenTs kegiatan dan hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut.

A.  Modal Tetap
1.  Pembuatan kurungan pagar
-          Jaring/waring 80 m                    (@ Rp 2.500,00)            Rp  200.000,00
-          Papan 20 bh                             (@ Rp 5.000,00)            Rp  100.000,00
-          Patok kayu 80 bh                      (@ Rp 1.000,00)            Rp    80.000,00
-          Gergaji kayu 2 bh                      (@ Rp 5.500,00)            Rp    11.000,00
-          Parang 2 bh                              (@ Rp 3.500,00)            Rp      7.000,00
-          Sekop 2 bh                               (@ Rp 7.500,00)            Rp    15.000,00
-          Palu 2 bh                                  (@ Rp, 3.000,00)           Rp      6.000,00
-          Tali ris polyethylene 10 kg          (@ Rp 1.500,00)            Rp    45.000,00
-          Tali jaring 3 kg                           (@ Rp 4.500,00)            Rp    13.500,00
-          Masker 1 bh                                                                  Rp    15.000,00
-          Pengurusan izin dan lain-lain                                          Rp    75.000,00

2.  Peralatan pengolahan
-          Wadah penampungan hasil panen 3 bh  (@ Rp4.000.00)              Rp  12.000,00
-          Ember plastik  2 bh                               (@ Rp3.500.00)             Rp    7.000,00
-          Wadah perebusan (pand) 2 bh               (@ Rp 10.000,00)          Rp  20.000,00
-          Pisau 5 bh                                            (@ Rp 1.000,00)            Rp     5.000,00
-          Alat pengasap 1 bh                               (@ Rp 25.000,00)          Rp   25.000,00
-          Para-para penjemuran 1 unit                   (@ Rp 25.000,00)          Rp   25.000,00

B.  Modal Kerja
1.  Pembesaran
-          Bibit 4.000 ekor                         (@ Rp l50,00)                Rp   600.000,00
-          Pakan 1.000 kg                         (@ Rp 100.00)               Rp  100.000,00
-          Upah kerja pembuatan kurungan pagar  2 org 5 hr (Rp 5.000)      Rp   50.000,00
-          Penyusutan kurungan pagar                                           Rp   75.000,00


2.  Pengolahan
-          Garam  25 kg                (@ Rp300,00)                Rp       7.500,00
-          Kayu bakar 20 ikat         (@ Rpl.000,00)              Rp      20.000,00
-          Upah kerja 2 org 5 hr     (@Rp 5.000,00)             Rp      50.000,00
-          Penyusutan alat pengolahan                              Rp      10.000,00
Total biaya                                                             Rp 1.574.000,00

C.  Pendapatan Kotor
-          Hasil panen
(kering olahan)  160 kg              (@ Rp20.000,00)           Rp 3.200.000,00

D.  Pendapatan Bersih                                                              Rp 1.626.000,00

Catatan :
-          Luas lahan pembesaran (20 m x 20 m) = 400 m2)
-          Kelulusan hidup teripang 80 %
-          Penyusutan berat basah menjadi kering 80 %
-          Masa pemeliharaan 6 - 7 bulan

E.  Analisis Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
           Pendapatan Kotor

B/C =  —————————

           Modal Produksi

       =   Rp  3.200.000,00
            Rp  1.574.000,00
       =   2,03

Dari analisis usaha tersebut dapat dilihat bahwa dengan modal Rp 1.574.000,00 akan diperoleh pendapatan kotor hasil penjualan teripang kering olahan sebesar 2,03 kali jumlah modal. Usaha ini dianggap layak karena B/C Ratio-nya lebih besar dari satu.








DAFTAR PUSTAKA



Anonim, Budi Daya dan Pengolahan Teripang (Jakarta: Ditjen Perikanan,   1992).

______, Hasil Penelitian Teknologi Penanganan dan Pengolahan Teripang (Holothuroidea) (Jakarta: Sub-Balai Penelitian Air Laut, 1993).

______, Laporan Hasil Uji Coba Balai Budidaya Laut Lampung 1992/1993, Laporan Uji Coba, Balai Budi Daya Laut (Jakarta:  1992).

______, Laporan Keberhasilan Pemijahan Teripang Pasir (Holothuria scabra), Laporan Uji Coba, Balai Budi Daya Laut (Jakarta: 1992).

______, Petunjuk Teknis Budi Daya Teripang (Jakarta: Ditjen Perikanan, 1992).

______, Petunjuk Teknis Penanganan dan Pengolahan Teripang Kering (Jakarta: Balai Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan, 1986).

————,Review of the Beche-de-mer (Sea Cucumber) Fishery in the Maldives (FAO, 1992).

————, "Teripang Komoditas Harapan di Subsektor Perikanan", Warta Pertanian, No.91, 1990.

————, Training Manual on Breeding and Culture of Scallops and Seacucumber in China (Training Manual 9, 1991).

James, D.B. et al, 1988.  "SuccessfuB Induced Spawning and Rearing of the Holothurians Holothuria (Metriatyla) scabra", Tuticorin Marine Fisheries Information Service, No. 87, 1988.

Panggabean, Toman M., Membudidayakan Teripang (Ketimun Laut) dalam Rangka Meningkatkan Produksi Hasil Laut Indonesia (Jakarta: Ditjen Perikanan dan International Research Centre, 1987).

Tiensongrusmee, B dan Soehardi Pontjoprawiro, Budi Daya Teripang, Potensi dan Prospeknya (Seafarming Development Project FAO/UNDP, 1988).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar