Assalamulaikum

Ikan Koi BDP (jangan lupa kasih pakan klik kolamnya, ikan laper belum makan 2 hari)

Jumat, 11 April 2014

Budidaya Bawal Air Tawar



Budidaya Bawal Air Tawar
 (Colossoma macropomum)


BAB I 
PENDAHULUAN

Bagi sebagian masyarakat, terutama yang tinggal di daerah pantai, ikan bawal bukanlah barang aneh. Ikan yang ditangkap di laut ini banyak dijual di pasar maupun swalayan. Ikan bawal mempunyai daging yang rasanya enak dan kandungan gizinya tergolong tinggi. Tak   heran bila ikan bawal sangat digemari masyarakat. Namun, karena harganya cukup mahal, tidak semua lapisan masyarakat mampu membelinya, terlebih bagi orang yang berpenghasilan pas-pasan.
 Akhir-akhir ini muncul ikan jenis baru yang namanya sama, tetapi lingkungan hidupnya berbeda. Bawal jenis baru ini hidup di air  tawar,  bukan  di laut.  Karena  bentuk  tubuhnya  mirip  dengan  bawal laut dan hidupnya di air tawar, maka masyarakat menyebutnya bawal air tawar. Di kalangan petani ikan, ikan ini cukup disebut bawal. Rasa daging dan kandungan gizinya tidak kalah dengan bawal laut.  Akan tetapi,  harganya  tidak  mahal  dan  bisa  dijangkau  oleh berbagai lapisan masyarakat sehingga wajar saja bila ikan ini pun banyak dicari orang.

A.  Dari Ikan Hias Menjadi Ikan Konsumsi
Ikan bawal air tawar di Indonesia mempunyai sejarah sedikit berbeda dengan jenis ikan lainnya. Sebagian besar ikan yang ada di Indonesia, biasanya kalau  tidak dijadikan sebagai ikan konsumsi, Ikan tersebut dijadikan ikan hias. Namun, ikan bawal air tawar justru bisa berfungsi kedua-duanya. Pada saat benih, bawal air tawar dijadikan ikan bias, sedangkan ikan yang sudah besar dijadikan ikan konsumsi. Sampai sekarang selain diperjualkan sebagai ikan bias, bawal juga diperdagangkan sebagai ikan konsumsi.
Bawal air tawar menjadi ikan bias boleh dibilang wajar karena bentuk tubuhnya cukup unik, pipih seperti ikan discus. Selain itu, warnanya menarik, gerakannya mempesona, dan mempunyai sifat bergerombol bila dipelihara dalam jumlah banyak. Oleh karenanya, ikan ini, terutama yang masih kecil, sering dipelihara dalam akuarium yang dipajang di dalam rumah.
Menjadi ikan konsumsi, bawal pun juga boleh dibilang wajar karena pertumbuhannya cepat dan dapat mencapai ukuran besar (500 gram). Dari hasil uji coba di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi dan pengalaman beberapa orang petani di Bogor dan Sukabumi, bawal yang berumur 6 minggu sudah bisa mencapai berat 3 gram, umur 12 minggu bisa mencapai 25 gram, umur 6 bulan sudah mencapai ukuran konsumsi, yaitu 500 gram. Di habitatnya, ikan bawal dapat mencapai berat 30 kg.



B.  Ikan Negeri Samba
Dilihat asal usulnya, bawal bukanlah ikan asli Indonesia, tetapi  berasal dari negeri Samba, Brazil. Ikan ini dibawa ke Indonesia oleh para importir ikan hias dari Singapura dan Brazil pada tahun 1980. Selain ke Indonesia, ikan bawal pun sudah tersebar hampir ke seluruh penjuru dunia. Di setiap negara, ikan ini mempunyai nama yang berlainan. Di Indonesia ikan ini disebut bawal karena mirip dengan bawal laut; di Amerika dan Inggris disebut red bally pacu karena bagian perutnya berwarna kemerahan; di Peru disebut gamitama; dan di Venezuela disebut cachama. Di negara asalnya, ikan ini disebut tambaqui. Adapun nama ilmiahnya adalah Colossoma macropomum.
Meskipun kedudukan ikan bawal belum bisa disejajarkan dengan ikan-ikan konsumsi lainnya, tetapi kehadirannya memiliki arti tersendiri, terutama dalam memperkaya khasanah ikan budidaya di Indonesia. Bila telah populer, tidak menutup kemungkinan ikan bawal dapat mengalahkan kedudukan ikan-ikan lainnya.
Warna merah pada perutnya membuat bawal layak dipajang sebagai ikan hias

Selain pertumbuhannya cepat,  kelebihan lain ikan bawal adalah cara memeliharanya yang tidak rumit. Ikan ini dapat dipelihara di kolam dengan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi. Bawal yang dipelihara dalam kolam pendederan dan pembesaran kelangsungan hidupnya dapat mencapai 90 %. Persentase tersebut Iebih tinggi dibandingkan ikan  nila dan ikan mas yang kelangsungan hidupnya paling tinggi 80 %. Selain itu, bawal dapat dipelihara dalam kepadatan  tinggi.  Walau  cara  memelihara  bawal mudah, tetapi jangan sekali-kali dipelihara di jaring terapung karena ikan ini dapat merobek-robek jaring dan kabur lewat jarring yang robek tersebut.

C.  Prospek Pasar Bawal Air Tawar                       
Berbeda dengan ikan mas dan lele yang hanya dijual di pasar dalam negeri, ikan bawal selain dapat dipasarkan di dalam negeri juga diekspor ke berbagai negara.  Negara-negara yang sudah bisa menampung ikan bawal dari Indonesia di antaranya Hongkong dan
Karena pertumbuhannya cepat, bawal air tawar pun dibudidayakan untuk ikan konsumsi

Amerika Sebagian besar ikan bawal yang dikirim ke sana ukurannya atau sebagai ikan bias. Jumlah kebutuhan kedua Negara tersebut mencapai puluhan juta. Tetapi yang baru terpenuhi hanya 10 persen saja. Inilah peluang yang sangat besar bagi para peternak bawal untuk mencari dolar.
Di dalam negeri sendiri ikan bawal mulai digemari oleh berbagai kalangan masyarakat, terutama di Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah dan jawa Timur. Dari keempat propinsi tersebut Jawa Barat boleh dibilang sebagai pelopor karena di propinsi inilah ikan bawal pertama kali dikembangkan. dalam satu musim tidak kurang 500 juta benih dijual ke berbagai propinsi di Indonesia dan angka tersebut berarti sudah ratusan juta rupiah telah diraih dan komoditas ini.

D.  Pola Pengembangan
Untuk memenuhi kebutuhan benih dan ikan bawal sebagai ikan konsumsi, pola pengembangan bawal dapat dibagi dalam beberapa subsistem. Subsistem ini meliputi pembenihan, pendederan pembesaran, dan subsistem penunjang. Setiap pelaku dapat bergerak dalam masing-masing subsistem tergantung dari modal yang dimiliki dan prasarana budi daya yang tersedia. Dapat pula setiap pelaku bergerak mulai dari pembenihan sampai pembesaran.

1).  Subsistem pembenihan
Pada subsistem pembenihan, pelaku mulai dari kegiatan memelihara induk sampai menghasilkan benih ukuran 2 inci atau seberat 3 gram seriap ekornya. Benih ukuran tersebut dilemparkan ke subsistem pendederan atau langsung di ekspor.  Kegiatan ini biasanya dilakukan selama 6 minggu.


2).  Subsistem pendederan
Pada subsistem pendederan, pelaku memulai dari kegiatan memelihara benih ukuran 2 inci sampai benih mencapai ukuran 4 inci atau seberat 25 gram per ekornya. Benih ukuran ini dilempar lagi ke subsistem  pembesaran.  Kegiatan  ini  biasanya  dilakukan  selama 6 minggu.

3).  Subsistem pembesaran
Pada subsistem pembesaran, pelaku bertugas membesarkan benih dari hasil pendederan ukuran 4 inci (25  g) sampai  menjadi ikan konsumsi.  Kegiatan ini biasanya dilakukan selama 3 bulan. Di samping itu, subsistem ini bertugas pula dalam mencari pasar dalam dan luar negeri.

4).  Subsistem penunjang
Pada subsistem penunjang, pelaku bertugas menyediakan sarana dan prasarana yang dibucuhkan oleh masing-masing subsistem, seperti menyediakan pakan tambahan, peralatan, dan sarana produksi lainnya.  Adanya subsistem tersebut diharapkan kegiatan budi daya dapat berjalan lancar karena masing-masing subsistem mempunyai tugas yang berlainan dan akan terjalin suatu kerja sama yang sating menguntungkan.



















BAB II 
MENGENAL LEBIH DEKAT
BAWAL AIR TAWAR

Ibarat orang akan memilih pasangan hidup yang harus mengerahui dulu asal-usulnya, memilih ikan yang akan dipelihara juga harus mengetahui seluk beluknya. Ini bukan berarti ikan tersebut harus menuruti kemauan manusia tetapi manusialah yang harus menuruti kemauan ikan agar kehidupannya dan perkembangannya sesuai dengan yang diharapkan. Ada lima hal penting yang harus diketahui dari ikan bawal yaitu silsilah, morfologi, lingkungan hidup, kebiasaan makan, dan kebiasaan berkembang biak.

A.  Silsilah
Seorang ahli perikanan bernama Bryner mengemukakan silsilah (sistematika) ikan bawal air tawar sebagai berikut :
Filum                : Chordata
Subfilum           : Craniata
Kelas                : Pisces
Subkelas          : Neoptergii
Ordo                 : Cypriniformes
Subordo           : Cyprinoidea
Famili               : Characidae
Genus               : Colossoma
Spesies            : Colossoma macropomum

B.  Morfologi
Bila silsilah ikan bawal sudah diketahui, hal kedua yang perlu diketahui adalah morfologi (bagian luar tubuh). Dari arah samping, tubuh bawal tampak membulat (oval) dengan perbandingan antara panjang dan tinggi 2 : 1. Bila dipotong secara vertikal, bawal memiliki bentuk  tubuh  pipih  (compresed)  dengan  perbandingan  antara  tinggi  dan  lebar  tubuh 4 : 1.   Bentuk   tubuh  seperti   ini   menandakan gerakan ikan bawal tidak cepat seperti ikan lele atau gross carp. Tetapi lambat seperti ikan gurame dan tambakan. Sisiknya kecil berbentuk ctenoid, di mana setengah bagian sisik belakang menutupi sisik bagian depan. Warna tubuh bagian atas abu-abu gelap, sedangkan bagian hawah berwarna  putih.  Pada bawal  dewasa,  bagian tepi sirip perut, sirip anus, dan bagian bawah sirip ekor berwarna merah. Warna merah ini merupakan dri khusus bawal sehingga oleh orang Inggris dan Amerika disebut red bally pacu.
Dibanding dengan badannya, bawal memiliki kepala kecil dengan mulut terletak di ujung kepala, tetapi agak sedikit ke atas. Matanya kecil dengan lingkaran berbentuk seperti cincin. Rahangnya pendek dan kuat serta memiliki gigi seri yang tajam. Bawal memiliki 5 buah sirip, yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip perut,  sirip  anus,  dan  sirip  ekor.  Sirip  punggung  tinggi  kecil dengan sehuah jari-jari agak keras, tetapi tidak tajam, sedangkan jari- jari lainnya lemah.  Berbeda  dengan  sirip  punggung  bawal  laut  yang agak panjang, letak sirip ini pada bawal air tawar agak ke belakang. Sirip dada,  sirip  perut,  dan  sirip  anus  kecil  dan  jari-jarinya  lemah. Demikian pula dengan sirip ekor, jari-jarinya lemah, tetapi berbentuk cagak.

C.  Lingkungan Hidup
Sama seperti ikan lain, bawal pun menghendaki lingkungan yang baik dan sesuai untuk hidupnya. Untuk mengetahuinya, dilakukan pengamatan di habitat aslinya. Di Brasil, bawal banyak ditemukan di sungai Amazon dan sering juga ditemukan di sungai Orinoco, Venezuela. Hidupnya bergerombol di daerah yang aliran sungainya deras  tetapi ditemukan pula di daerah yang airnya tenang, terutama saat benih. Untuk menciptakan lingkungan yang baik bagi bawal ada banyak hal yang hams diperhatikan, terutama dalam memilih lahan usaha, di antaranya ketinggian tempat, jenis tanah, dan air.

1.  Ketinggian tempat
Ketinggian tempat merupakan letak suatu tempat atau daeral yang diukur dari permukaan laut sebagai titik nolnya. Ketinggian suatu tempat erat hubungannya dengan suhu karena semakin tinggi letak suatu tempat maka suhunya semakin rendah. Suhu sangat berpengaruh terhadap makhluk hidup, terutama dalam proses metabolisme, semakin tinggi suhu maka semakin tinggi metabolisme Dari hasil pengamatan, bawal dapat hidup dengan baik pad ketinggian antara 100 - 800 m di atas permukaan laut dengan suhu air  25 - 30°  C.  Ini  berarti banyak  daerah di Indonesia yang bisa dijadikan lahan budidaya bawal.

2.  Jenis tanah
Jenis tanah perlu diketahui agar kolam yang akan dibuat memenuhi persyaratan dan subur. Dalam kolam yang subur akan tumbuh pakan alami yang dibutuhkan ikan bawal. Dengan pakan alami yang melimpah, ikan bawal akan hidup dengan baik dan tumbuh dengan cepat.
Di Indonesia, ada empat jenis tanah yang sudah dikenal, yaitu tanah liat (lempung berpasir), tanah terapan, tanah berfraksi kasar, dan tanah berkerikil (berbatu). Dari keempat jenis tanah tersebut, tanah liat merupakan jenis tanah yang paling cocok dibuat kolam budidaya bawal karena mudah dibuat kolam dengan pematang yang kokoh dan kondisinya subur. Cara mudah mengetahui jenis tanah dilakukan dengan cara menggenggam. Tanah liat dicirikan dengan tanah tersebut mudah dibentuk, tidak pecah, dan tidak melekat di tangan. Petunjuk lain di lapangan adalah dengan melihat pertumbuhan padi. Bila tanaman padi dapat tumbuh subur, berarti tanah tersebut termasuk tanah liat.

3.  Air
Sebagai media hidup ikan, air perlu diketahui sebelum memulai usaha budi daya ikan. Berhasil atau tidaknya budidaya ikan tersebut sangat ditentukan oleh kondisi airnya. Demikian juga air untuk budi daya bawal. Air yang kondisinya baik dapat memberikan hasil yang memuaskan. Sebaliknya bila kondisi kurang baik tidak akan memberikan hasil yang memuaskan. Ada tiga faktor yang harus diperhatikan pada air, yaitu sumber, kuantitas, dan kualitas.

a.  Sumber air
Air untuk kolam budi daya ikan dapat berasal dari sungai, irigasi, atau saluran air lainnya. Ketiga sumber air itu memiliki kelebihan dan kekurangan, terutama bila ditinjau dari segi ekonomis dan skala usahanya.
1).  Air  sungai
Air sungai sebelum dialirkan ke kolam-kolam, harus dibuat dulu bendungan besar. Namun, pembuatan bendungan ini akan membutuhkan biaya yang besar sehingga bila digunakan untuk perkolaman yang sempit agak kurang efisien. Air sungai cocok untuk perkolaman yang sangat luas, minimal 100 kolam, karena debit airnya sangat besar.
2).  Air irigasi
Air irigasi sebelum dialirkan ke kolam-kolam juga harus dibuat dulu pintu air. Ini pun memerlukan biaya yang tidak sedikit sehingga air yang berasal dari irigasi ini akan cocok untuk perkolaman yang luasnya sedang, minimal 10 kolam. Bila digunakan untuk perkolaman yang sempit kurang cocok karena airnya banyak yang terbuang.
3).  Air dari saluran kecil
Air yang berasal dari saluran kecil cocok untuk kolam yang sempit atau kecil karena tidak diperlukan pembuatan bendungan atau pintu air, tetapi cukup dibuat gundukan batu. Air ini kurang cocok untuk perkolaman yang luas karena debit airnya sangat kecil.
Khusus untuk hatchery (bangsal benih) airnya harus berasal dari mata air atau sumur karena air yang dibutuhkan harus jernih, tidak perlu debit yang besar.





b.  Kuantitas
Kuantitas atau lebih dikenal dengan debit air perlu menjadi bahan pertimbangan sebelum memulai budidaya. Debit air diukur dengan alat yang disebut current meter. Cara pengukuran lainnya dengan perhitungan matematis dan pengukuran langsung.
Setiap kolam pemeliharaan bawal, mulai dari pembenihan sampai pembesaran memerlukan debit air yang berbeda-beda. Untuk kolam pembesaran, debit air yang diperlukan lebih besar dibandingkan dengan kolam pembenihan. Sebuah kolam pembesaran yang luasnya 500 m  memerlukan air dengan debit rata-rata 11/dtk. Kolam pembenihan dengan luas yang sama memerlukan air dengan debit 0,5 1/dtk. Dengan demikian, sungai yang debit airnya 100 1/dtk dapat dimanfaatkan untuk 100 - 200 kolam pembenihan atau pembesaran. Saluran irigasi yang debit airnya 20 1/dtk dapat digunakan untuk 20 - 40 kolam pembenihan atau pembesaran. Sedangkan saluran kecil dengan debit 5 1/dtk dapat dimanfaatkan untuk 5 - 10 kolam pembenihan atau pembesaran.

c.  Kualitas
Faktor terakhir yang harus diperhatikan dari air adalah kualitas. Kelangsungan hidup ikan sangat dipengaruhi oleh kualitas airnya. Kualitas airlah yang menjadikan ikan hidup dengan baik dan tumbuh dengan cepat. Bila kualitasnya kurang baik, air dapat menyebabkan ikan lemah, nafsu makan menurun, dan mudah terserang penyakit. Oleh sebab itu, kualitas air untuk ikan bawal harus sesuai dengan yang dibutuhkan. Parameter untuk mengetahui kualitas air meliputi sifat fisika (warna, kekeruhan, suhu), sifat kimia (kandungan oksigen, karbondioksida, pH, amoniak, alkalinitas), serta sifat biologi (binatang-binatang yang hidup di perairan tersebut).

TABEL 1. PARAMETER KUALITAS AIR UNTUK IKAN BAWAL

Parameter
Nilai
Suhu
Warna
Kekeruhan
Oksigen
Karbondioksida
pH
amoniak
alkalinitas
25-300 C
hijau kecoklatan
20-40 cm oleh plankton
minimal 4 mg/l
maksimal 25 mg/l
7-8
maksimal 0,1 mg/l
50-300 mg/l

d.  Makanan
Setiap ikan mempunyai kebiasaan makan yang berbeda. Ada tiga golongan ikan berdasarkan kebiasaan  makan  yaitu  ikan  yang biasanya makan (feed habit) di dasar perairan, di tengah, dan di permukaan. Apabila dilihat dari jenis makanannya, ikan digolongan dalam tiga golongan pula, yaitu herbivora (pemakan tumbuhan), karnivora (pemakan hewan/daging), dan omnivora (pemakan tumbuhan maupun hewan/daging).
Hasil penelitian menunjukan, bahwa bawal tergolong omnivora. Meskipun tergolong omnivora, ternyata pada masa kecilnya (larva), bawal lebih bersifat karnivora. Jenis hewan yang paling disukai adalah Crustacea, Cladocera, Copepoda, dan Ostracoda.
Pada umur dua hari setelah menetas, mulut larva mulai terbuka,  tetapi  belum  bisa  menerima  makanan  dari  luar  tubuh,  makanannya masih dari kuning telurnya. Umur empat hari, kuning yang diserap tubuh sudah habis dan pada saat itulah larva mulai mengonsumsi makanan dari luar. Dalam pembenihan buatan, larva ikan bawal hingga umur 8 - 9 hari diberi pakan tambahan berupa artemia. Setelah itu, diberi cacing sutera sampai larva umur 14 hari. Selain artemia dan cacing sutera, larva bawal juga bisa diberi rotifera, jenis brachionus untuk larva umur 3 - 6 hari, Moina yang baru menetas untuk larva umur 6 - 9 hari dan Moina dewasa untuk larva umur 9 - 14 hari. Perlu diketahui pula bahwa larva bawal yang habis kuning telurnya mempunyai sifat kanibal yang tinggi. Terlebih lagi pada saat pakannya kurang. Oleh karenanya, pada saat itu pakan harus cukup tersedia. Meskipun ikan bawal tergolong ikan omnivor, dalam pemeliharaannya dapat diberi pakan tambahan berupa pelet, ikan-ikan kecil, dan daging keong mas.
Apabila diamati kebiasaan makannya, bawal tergolong ikan yang lebih suka makan di bagian tengah perairan. Dengan kata lain, bawal bukanlah ikan yang biasa makan di dasar (bottom feeder) atau di permukaan (surface feeder).

e.  Kebiasaan berkembang biak
Hal penting lainnya yang perlu diketahui dari ikan bawal adalah kebiasaan berkembang biaknya. Pengetahuan ini penting terutama untuk keberhasilan kegiatan pembenihan sabagai tahap awal  dalam budi daya bawal. Membedakan bawal jantan dan bawal betina pada saat kecil masih sulit. Beberapa tanda yang bisa dilihat adalah bawal betina memiliki tubuh yang lebih gemuk, sedangkan bawal jantan selain lebih langsing, warna merah pada perutnya Iebih menyala. Apabila sudah matang gonad, perut betina akan terlihat gendut dan gerakannya lamban. Adapun bawal jantan selain agresif dan bila dipijat ke arah anus akan keluar cairan berwarna putih susu.
Seperti ikan lainnya, bawal pun biasanya memijah pada awal dan selama musim hujan. Di Brazil dan Venezuela, kejadian itu terjadi pada bulan Juni dan Juli. Adapun di negara-negara lainnya, bawal dapat mengikuti musim yang ada, misalnya di Indonesia kematangan gonad bawal terjadi pada bulan Oktober sampai April.
Sebelum musim pemijahan tiba, induk yang sudah matang gonad akan mencari tempat yang cocok untuk melakukan pemijahan, Daerah yang paling disukai adalah hulu sungai yang biasanya pada musim kemarau kering, sedangkan  pada musim hujan tergenang. Daerah seperti ini dapat memberi rangsangan dalam memijah.
Saat pemijahan berlangsung, induk jantan akan mengejar induk betina. Induk betina kerap kali akan membalas dengan cara menempelkan perut ke kepala induk jantan. Apabila telah sampai puncaknya, induk jantan dan induk betina akan bergerak lebih gesit. Pada saat itu, induk betina akan mengeluarkan telur dan induk  jantan mengeluarkan sperma. Telur yang sudah keluar akan dibuahi dalam air (di luar tubuh).
Telur-telur yang sudah dibuahi akan tenggelam, tetapi tidak menempel pada tanah atau benda lainnya. Dalam beberapa menit, telur akan mengembang 3 - 5  kali lipat diameter dan bila kena aliran air akan melayang. Bila suhu airnya optimal, telur akan menetas dalam waktu  18 - 24 jam. Larva yang baru menetas akan mencari daerah yang aman dengan air yang tenang agar tidak terbawa arus.
Seperti kebanyakan ikan, kematangan gonad antara induk jantan dan induk betina berbeda. Biasanya kematangan induk jantan lebih cepat dibandingkan induk betina. Salah satu sumber/literature menyebutkan, induk betina bawal sudah mulai memijah pada umur 4 tahun dengan berat 4 kg, sedangkan induk jantan berumur 3 tahun dengan berat 3 kg. Namun, beberapa petani mengungkapkan pengalamannya bahwa bawal betina yang berumur 3 tahun dengan berat 3 kg sudah matang gonad dan berhasil dipijahkan. Adapun bawal jantan matang gonad lebih awal, yaitu umur 2,5 tahun dengan berat 2,5 kg. Satu ekor induk betina yang beratnya 4 kg dapat menghasilkan telur sebanyak 500.000 butir. Induk-induk ini akan bertelur setahun kemudian.

















BAB III
PENYIMPANAN SARANA DAN PRASARANA

S
etelah mengenal seluk beluk ikan bawal, mulailah belajar mengenai cara memproduksinya. Pengetahuan mengenai budidaya bawal harus benar-benar dikuasai agar setiap tahapannya dapat dijalankan dengan baik dan tidak menemukan kendala yang dapat menghambat proses produksi keberhasilan dalam budidaya didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.  Sarana dan prasarana yang diperlukan baik untuk budi daya ikan konsumsi maupun ikan hias ddak jauh berbeda. Umumnya yang membedakan hanya kapasitasnya. Budidaya untuk ikan Has biasanya dalam skala yang lebih kecil dibandingkan budi daya ikan konsumsi sehingga sarana dan prasarana yang dibutuhkan pun lebih kecil atau lebih sedikit.

A.  Prasarana
Untuk memproduksi ikan bawal diperlukan beberapa prasarana pokok yang memenuhi persyaratan sesuai dengan sifat-sifat biologis ikan bawal. Prasarana ini meliputi hatchery, kolam pemeliharaan induk, kolam pendederan, dan kolam pembesaran. Menyiapkan Sarana dan Prasarana        

1.  Hatchery
Hatchery atau bangsal benih merupakan suatu bangunan yang biasa digunakan untuk melakukan kegiatan pembenihan, terutama mulai dari pemijahan sampai menghasilkan larva. Bangunan im dapat dibuat secara permanen, semi permanen, atau secara sederhana yang  penting diberi atap sebagai peneduh. Agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya, hatchery harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :

1)     Berada  dekat  dengan  sumber  air  atau  memiliki  sumber  air  sendiri.
2)     Letak  sumber  airnya  lebih  tinggi  dari  lokasi  hatchery  agar  air mudah dialirkan ke dalam hatchery (kecuali bila menggunakan pompa air).
3)     Kuantitas  airnya cukup  agar  kegiatannya  dapat berjalan secara kontinu.
4)     Kualitas airnya baik,  misalnya jernih,  kandungan oksigennya tinggi atau sekitar 4 ppm, dan tidak mengandung unsur-unsur yang membahayakan ikan.
5)     Lokasinya dekat dengan areal perkolaman.
6)     Keamanannya terjamin.
7)     Dekat dengan jalan dan tranportasinya lancar.
     

Setiap hatchery harus mempunyai fasilitas yang lengkap agar bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Selain itu, tata letaknya harus diatur secara tepat. Fasilitas yang harus dibuat untuk hatchery ikan bawal yaitu :
1)     bak penampungan air bersih,
2)     bak pemberokan,
3)     bak pemijahan,
4)     tempat penetasan telur,
5)     bak penampung benih,
6)     tempat blower (aerator),
7)     gudang,
8)     kantor, dan
9)     listrik

a.  Bak penampungan air bersih
Bak penampung air bersih merupakan tempat untuk menampung air agar air selalu tersedia, terlebih ketika dibutuhkan. Letak bak ini harus lebih rendah dari sumber air agar air mudah dialirkan, Bak penampungan air harus kuat dan kokoh sehingga dapat menampung air dalam volume yang besar. Oleh sebab itu, sebaiknya bak ini dibuat dari beton atau tembok. Bentuk bak bisa empat persegi panjang atau bujur sangkar, tergantung kondisi setempat. Ukurannya pun tergantung besarnya hatchery. Untuk hatchery skala kecil (produksinya 200.000 ekor benih), bak cukup dibuat dengan panjang  2 m, lebar 2 m, dan tinggi 1 m. Bak ini dihubungkan langsung ke
Bak penampungan


sumber air dengan menggunakan paralon yang ukarannya disesuaikan dengan  besarnya debit air. Selain itu, pada bagian lain dihubungkan ke masing-masing bagian hatchery. Bak ini harus dibuat juga lubang pengeluaran untuk mengeringkan atau menguras bila sudah lama digunakan.
b.  Bak pemberokan
Bak pemberokan merupakan tempat untuk menyimpan induk-induk yang sudah matang gonad (dari bak pemeliharaan) sampai jelang induk tersebut dipijahkan. Bak ini dapat pula dikatakan sebagai tempat untuk mengadaptasikan induk-induk dari kolam yang lingkungannya lebih luas ke tempat pemijahan yang lebih sempit.
Bentuk pemberokan ini bisa bermacam-macam tergantung dan keadaan tempatnya. Namun, bentuk yang paling balk adalah empat persegi panjang. Bak ini sebaiknya tidak terlalu luas sebab akan menyulitkan pada waktu menangkap induk yang akan dipijahkan Luas bak bisa berkisar antara 8 - 12 m2 (2 m x 4 m atau 3 m x 4 m)
Bak pemberokan

dengan tinggi antara 1,25 - 1,5 m. Bak ini dapat diairi maksimal setengah bagiannya agar induk yang diberok tidak loncat keluar.
Bak pemberokan harus dilengkapi dengan pintu pemasukan dan pengeluaran air untuk memudahkan dalam mengisi maupun mengeringkan bak. Pintu-pintu ini dibuat di bagian tengah dari panjang atau lebar bak agar sirkulasi airnya baik. Pintu pemasukan air bias dibuat dari pipa peralon berdiameter 2 inci yang dilengkapi dengan keran untuk mengatur debit air yang masuk dalam bak. Pintu pengeluaran juga dibuat dari paralon yang berdiameter 4 inci. Ukuran paralon pengeluaran lebih besar tujuannya agar bak dapat dikeringkan dengan cepat. Pada pintu pengeluaran, umumnya dipasang keni sebagai tempat memasukan paralon pengatur tinggi air.
Hal lain yang paling penting pada bak pemberokan ini adalah kondisi airnya. Air yang masuk ke dalam bak pemberokan harus kontinyu dan bersih (tidak mengandung zat makanan).

c.  Bak pemijahan
Pembenihan bawal dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu induced breeding dan induced spawning. Pemijahan secara induced breeding artinya dalam bak pemijahan diisi dengan induk-induk yang sudah disuntik hingga menjelang induk akan mengeluarkan telurnya. Adapun dalam pemijahan secara induced spawning, bak  pemijahan dapat diartikan sebagai tempat mempersatukan induk jantan dan induk betina yang sudah disuntik agar terjadi pemijahan. Kondisi bak pemijahan harus baik untuk mendukung terjadinya pemijahan.
Bentuk dan konstruksi bak pemijahan, termasuk pintu pemasukan dan pengeluarannya, sama dengan bak pemberokan. Ukuran bak pemijahan lebih luas dibanding bak pemberokan, yaitu 20 - 24 m2. (4 m x 5 m atau 4 X 6 m) dan tinggi 1,25 - 1,5 m. Bak pemijahan harus dipasang kawat dan paku di bagian atasnya untuk tempat mengikat tali hapa pemijahan. Bak ini juga dihubungkan ke bala penampungan air dengan paralon dan untuk mengatur debit air dipasang keran.
Bak pemijahan yang telah dipasang hapa

Air yang masuk ke bak pemijahan harus tetap kontinu karena pada waktu pemijahan airnya harus tetap mengalir. Dengan demikian, sirkulasi air  menjadi  baik  dan oksigen dapat  terus  tersuplai sesuai  yang dibutuhkan ikan bawal. Selain itu, bila telur yang sudah dikeluarkan akan dapat teraduk. Keadaan airnya juga harus bersih agar telur-telur tidak kotor dan tidak terbungkus lumpur yang dapat menurunkan daya tetas telur.

d.  Tempat penetasan telur
Telur hasil pemijahan perlu ditampung di dalam suatu tempat yang dikenal dengan nama tempat penetasan telur.  Ada tiga macam tempat penetasan yang dapat digunakan, yaitu corong dari kain terilin,  akuarium,  dan  konikel.    Ukuran  dan  daya  tampung  ketiga macam tempat penetasan telur tersebut diuraikan sebagai berikut.

1).  Corong penetasan
Telah dijelaskan bahwa telur-telur ikan bawal sifatnya tenggelam dan tidak menempel. Beberapa menit setelah cerjadi pembuahan, telur-telur akan mengembang sampai 3 - 4 kali lipat diameter telurnya. Untuk menetaskannya, diperlukan kondisi lingkungan yang sesuai agar telur yang sudah mengembang tidak pecah. Salah satu tempat yang bisa digunakan untuk menetaskan telur adalah corong penetasan.
Corong penetasan telur ikan bawal dibuat dari kain terilin atau kain lainnya yang halus dan tipis. Kain ini bisa dibeli di toko tekstil. Corong penetasan berbentuk kerucut dengan garis tengah bagian atas 40 - 60 cm dan tinggi 50 m. Agar berbentuk bulat, bagian atas diberi kawat ukuran 0,5 cm. Bagian atas atau kawat tersebut diberi tali untuk mengikat corong tersebut agar kedudukannya tidak berubah.  Pada bagian dasar corong atau bagian moncongnya diberi selang kecil ukuran  1/4 inci sebagai tempat mengalirkan air. Jumlah corong yang harus dibuat tergantung jumlah induk yang

Bak penetasan

akan dipijahkan. Untuk sacu ekor induk ukuran 4 kg, dibutuhkan 15 - 20 buah corong.
Selain corong penetasan, dalam menetaskan telur bawal perlu dibangun pula baknya untuk memasang atau menempatkan corong tersebut. Bak ini dibuat  dari  tembok  atau  beton.  Bak  mempunyai ukuran panjang 6 m, lebar 1,5 m, dan tinggi 1 m. Untuk mengalirkan air  Ice  masing-masing  corong  penecasan,  bak  ini  dihubungkan  langsung dengan bak penampungan air dengan menggunakan paralon 1,5  inci.  Pada  bagian  tepi  bak,  dipasang  keran-keran  sebagai  pengatur debit air yang dialirkan ke setiap corong penetasan. Jumlah keran yang dipasang tergantung jumlah corong. Bak ini juga dilengkapi dengan batang-batang besi yang sudah dipasang memanjang sebagai tempat mengikatkan corong-corong tersebut agar kedudukannya tidak goyang.
Untuk memudahkan pengeringan setelah digunakan, bak penetasan dilengkapi pula dengan pintu yang dipasang di bagian ujung dan tengah bak. Pintu pengeluaran air dibuat dari pipa paralon 3 inci. Untuk mengatur ketinggian airnya, paralon tersebut dipasang secara tegak lurus. Paralon ini juga digunakan untuk pembuangan air sehari-hari.

2).  Akuarium
Akuarium yang sering digunakan untuk memelihara ikan hias di dalam rumah, dapat pula digunakan dalam kegiatan pembenihan ikan, terutama saat penetasan dan pemeliharaan larva. Bentuk akuarium sebaiknya empat persegi panjang dengan ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 40 cm acau panjang 80 cm, lebar 60 cm, dan tinggi 60 cm. Jumlah akuarium yang dibutuhkan tergantung dari jumlah induk yang akan dipijahkan. Biasanya untuk seekor induk yang beratnya 4 kg membutuhkan akuarium sebanyak 30 buah ukuran 60 x 40 x 40 (cm) atau 20 buah ukuran 80 x 60 x 60 (cm).

3).  Konikel
Tempat penetasan telur bawal juga bisa menggunakan konikel. Konikel ini terbuat dari fiber gloss berwarna putih. Garis tengahnya 150 cm dan tingginya 120 cm. Bagian atas setinggi 100 cm mempunyai tepi tegak lurus, sedangkan 20 cm ke bawahnya membentuk kerucut. Dengan bentuk seperti ini, sirkulasi air akan berjalan baik dan penyebaran telur yang ditetaskan bisa merata.
Konikel ini dilengkapi pula dengan lubang pengeluaran air yang dibuat di tengahnya atau moncongnya. Lubang pengeluaran air ini disambung dengan paralon ukuran  1 inci dan panjang 90 cm. Fungsi lubang ini untuk mengeluarkan air atau mengeringkan konikel bila sudah digunakan serta pembuangan air sehari-hari.
Untuk mensuplai air ke dalam konikel, konikel ini dihubungkan ke bak penampungan air dengan peralon ukuran 1 inci dan keran untuk mengatur debit airnya. Paralon tersebut kedudukannya sejajar dengan pipa pengeluaran air.




Konikel sebagai tempat penetasan telur

e.  Bak penampungan benih
Bak penampungan benih adalah tempat untuk menampung benih-benih yang dipanen dari kolam pendederan atau kolam pembesaran sampai benih tersebut siap ditebar kembali atau dijual. Bak ini bisa berfungsi pula sebagai tempat pemberokan benih-benih yang akan dikirim ke daerah lain. Bak penampungan harus dibuat beberapa buah agar dapat  menampung benih dalam jumlah banyak. Bak ini terbuat dari tembok agar kuat dan tidak bocor.
Ukuran masing-masing bak dengan panjang 2 m, lebar 1 m, dan ringgi  50 cm.  Untuk  mensuplai  air,  bak  ini  dihubungkan  langsung ke bak penampungan air dengan paralon ukuran  1,5  inci. Pada setiap baknya dipasang pula keran-keran sebagai alat mengatur debit airnya. Selain itu, juga dilengkapi dengan lubang pengeluaran air.

f.  Kantor dan gudang                                                                                                          
Kantor merupakan ruangan yang digunakan untuk para pegawai. Gudang didirikan untuk menyimpan alat dan sarana produksi yang penting, seperti pakan tambahan, pupuk, dan lain-lainya. Gudang dan kantor ini dapat dibuat secara berdampingan. Ukurannya masing-masing 3 m x 3 m. Tempatnya bisa dibuat di depan atau di belakang hatchery.

g.  Listrik
Satu lagi prasarana yang tidak boleh dilupakan dalam sebuat hatchery adalah listrik. Listrik selain akan digunakan untuk penerangan, juga untuk menghidupkan aerator (blower) dan pemanas air (heater). Sumber listrik bisa berasal dari PLN, ginset, atau keduanya untuk menjaga kemungkinan aliran listrik dari PLN padam.
2.  Kolam pemeliharaan  induk
Kolam pemeliharaan induk merupakan tempat yang digunakan untuk memelihara induk atau calon induk yang sudah matang kelamin sampai induk siap dipijahkan. Kolam pemeliharaan induk bisa pula disebut sebagai tempat pematangan gonad.
Jumlah kolam pemeliharan induk yang harus disediakan tergantung dari jumlah induk yang ada. Sebaiknya kolam pemeliharaan induk dibuat beberapa buah, minimal dua buah. Tujuannya untuk memudahkan seleksi induk yang akan dipijahkan dan induk yang sudah dipijahkan. Apabila lahan tidak memungkinkan, kolam ini bisa dibuat satu  buah.  Hal  ini tidak  akan mempengaruhi perkembangan gonad karena ikan bawal tidak akan mijah secara alami atau tidak akan mijah bila tidak disuntik terlebih dahulu. Namun, sebaiknya kolam tersebut disekat dengan pagar bambu.
Bentuk kolam pemeliharaan induk bisa bermacam-macam, tergantung keadaan lokasinya. Namun, sebaiknya kolam berbentuk empat persegi panjang sebab sirkulasi airnya lebih merata. Kolam ini sebaiknya  tidak  terlalu  luas  agar  mudah  dalam  pengelolaannya. Luas kolam yang ideal antara 100 - 200 m . Dengan luas tersebut, akan memudahkan dalam pengeringan kolam maupun penangkapan induk yang akan diseleksi.
Kedalaman kolam ini juga harus diperhatikan karena ada pengaruhnya terhadap proses pematangan gonad. Di habitat asalnya, induk atau calon induk banyak ditemukan di perairan yang agar dalam.  Oleh  sebab  itu,  kedalaman  kolam  pemeliharaan  induk sebaiknya 80 - 100 cm. Dengan demikian, kolam harus mempunyai ketinggian minimal  125 m sehingga jarak antara permukaan air kolam dan bagian atas pematang 25 cm.
Kolam pemeliharaan induk juga harus memiliki sistem pengairan yang baik, Maksudnya, kolam mempunyai sistem sirkulasi air yang baik. Sistem pengairan yang baik adalah secara paralel. Dengan sistem ini, setiap kolam akan mendapat air baru dan bila dikeringkan tidak mengganggu kolam yang lainnya. Kolam ini juga harus dilengkapi dengan pintu pemasukan dan pengeluaran air agar memudahkan pada waktu pengeringan dan pengisian air kembali. Letak pintu-pintu berada di tengah-tengah pada lebar kolam dalam posisi sejajar. Pintu pemasukan bisa dibuat dari paralon 4 inci, sedangkan pintu pengeluaran sebaiknya dibuat secara permanent (tembok).  Pintu pengeluaran seperri ini terkenal dengan istilah monik.

3.  Kolam pendederan
Kolam pendederan bawal merupakan tempat untuk memelihara larva-larva sampai benih dengan ukuran yang siap dipelihara di tempat pembesaran. Biasanya, pendederan ikan bawal ini dilakukan dalam beberapa tahap, yakni pendederan pertama, dan pendederan kedua. Jadi, kolam pendederan ini harus dibuat beberapa buah atau tergantung dari jumlah dan ukuran induk yang dipijahkan. Bentuk kolam ini sama seperti kolam pemeliharaan, yakni empat persegi panjang. Pintu pemasukan airnya dibuat dari pipa paraIon ukuran 5 inci. Adapun pintu pengeluarannya dibuat dalam bentuk monik. Pintu pengeluaran air seperti ini akan mempercepat proses pengeringan kolam. Selain itu, kolam ini harus mernpunyai luas ideal agar mudah dalam pengelolaannya. Luasnya antara 500 - 1.000 m2.

4.  Kolam pembesaran
Kolam pembesaran ikan bawal merupakan tempat untuk memelihara benih yang berasal dari kolam pendederan hingga benih menjadi ikan ukuran konsumsi atau  calon induk. Bentuk kolam pembesaran sama dengan kolam pendederan, ukurannya antara 200 - 500 m. Namun, jumlah kolam harus lebih banyak dibandingkan dengan jumlah kolam pendederan. Kegiatan dalam pembesaran bawal biasanya akan memerlukan waktu yang lebih lama, minimal 4 - 5 bulan. Oleh sebab itu, kondisi kolam haras betul-betul baik.

B.  Sarana Produksi
Dalam membudidayakan ikan bawal, selain prasarana harus memadai, sarana produksinya pun harus tersedia agar kegiatan produksi dapat berjalan lancar dan target produksi pun dapat tercapai. Sarana produksi budi daya ikan bawal yang harus disediakan meliputi  induk  jantan  dan  induk  betina,  pakan  tambahan,  pupuk, kapur, hormon perangsang,  dan obat-obatan.  Banyaknya  sarana produksi yang harus disediakan tergantung dari skala usaha dan target produksi yang akan dicapai.

1.  Induk  jantan  dan  induk  betina
Sarana produksi pertama yang harus disediakan adalah induk jantan dan induk betina. Untuk saat ini, induk bawal memang sulit diperoleh karena masyarakat belum banyak yang membudidayakannya. Beberapa sumber  yang  dapat  menyediakan  bibit  yaitu  balai penelitian perikanan, balai benih ikan, dinas perikanan, atau petani pembenih di daerah tertentu. Walaupun induk sudah diperoleh dari instansi yang sudah dipercaya keberadaannya, tetapi kualitasnya harus dilihat dulu. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih induk yaitu :
Induk betina yang matang gonad terlihat bagian perut yang membesar
1)     bentuk  tubuh harus normal,
2)     induk jancan dan induk bctina bukan satu kcturunan,
3)     induk  tersebut  harus sudah  mcncapai  umur dewasa,  yaitu  4 tahun untuk induk hctina dan 3 tahun untuk induk jantan, serta
4)     induk yang akan dipijahkan tersebut harus matang gonad.
Dengan dipilihnya induk yang berkualitas haik, diharapkan akan diperoleh benih-benih yang berkualitas baik pula. Selain itu. induk yang berkualitas baik akan menghasilkan telur-telur yang banyak jumlahnya.
Apabila induk diperoleh dari hasil budi daya sendiri maka induk tersebut juga harus berkualitas baik. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memperolah induk-induk yang berkualitas baik. Salah satu di antaranya adalah dengan mengadakan seleksi. Seleksi ini dimulai sejak ikan berupa benih dan dilakukan dalam beberapa tahap,
1)     Tahap  pertama  dilakukan  pada  benih-benih  dalam  pendederan pertama, yaitu dengan memilih benih yang paling cepat pertumbuhannya, bentuk normal, dan tidak cacat.
Induk jantan mempunyai tubuh lebih langsing dan warna mwrah kurang menyala

2)     Benih-benih pilihan  tersebut kemudian  dipelihara  dalam kolam khusus. Setelah dipelihara 6 - 8 minggu, benih-benih hasil seleksi ini dipanen dan dilakukan seleksi tahap kedua.
3)     Benih-benih hasil seleksi tahap kedua ini, dipelihara lagi di kolam khusus dalam waktu antara 8 - 10 minggu. Setelah itu, anakan ini dipanen dan diseleksi lagi untuk tahap ketiga.
4)     Demikian seterusnya,  seleksi dilakukan dalam tahap berikutnya sampai benih tersebut mencapai ukuran calon induk. Dengan demikian, calon-calon induk yang diperoleh kualitasnya akan baik.
Terkadang orang seenaknya saja dalam memilih induk, tanpa berpikir akibat negatif yang akan timbul. Misalnya, dengan mengawinkan induk-induk yang berasal dari satu keturunan. Kejadian ini akan berakibat kurang baik terhadap anak-anaknya. Perkawinan sel kerabat (inbreeding) akan menghasilkan keturunan yang kualitasnya menurun, misalnya benihnya mempunyai pertumbuhan yang lambat dan mudah terserang penyakit.
Umur kematangan gonad ikan bawal di setiap negara berbeda-beda, tergantung iklim negara tersebut. Di negara tropik, kematangan gonad ikan bawal lebih cepat dibanding negara sub-tropik. Di Indonesia, ikan ini sudah matang gonad atau sudah mulai dapat dipijahkan setelah berumur 4 tahun. Biasanya, berat calon induk tersebut sudah mencapai rata-rata 4 kg. Satu ekor induk betina dengan berat 4 kg dapat menghasilkan telur sebanyak 500.000 butir. Induk ini akan bertelur lagi setahun kemudian. Kematangan gonad induk jantan biasanya lebih cepat dibandingkan induk betina, yaitu pada umur 3 tahun. Biasanya, pada umur tersebut induk jancan mempunyai berat 3 kg.
Induk jantan dan betina pada saat masih kecil sangat sulit dibedakan, tetapi setelah dewasa, perbedaan tersebut akan tampak jelas.  Perbedaan  bawal  jantan  dan  bawal  betina  dapat  dilihat  pada Tabel 2.
TABEL 2. BEDA IKAN BAWAL JANTAN DAN IKAN BAWAL BETINA

Ikan Bawal Betina
Ikan Bawal Jantan
Tubuh lebih gemuk

Warna lebih menyala

Setelah matang gonad, perut lebih gendut, gerakan lambat
Tubuh lebih langsing

Warna kurang menyala

Setelah matang gonad, akan keluar cairan putih susu bila perut dipijat kea rah alat kelamin, gerakan agresif

2.  Pakan tambahan                                                         
Sarana produksi kedua yang hams disediakan dalam membudidayakan ikan bawal adalah pakan. Seperti pada manusia, pakan akan digunakan oleh ikan unmk sumber energi, memperbaiki sel-sel yang rusak, pertumbuhan, dan perkembangbiakan (reproduksi). Pada tahap
Artemia dapat dikulturkan dalam wadah berbetuk corong
Kolam-kolam dibuat untuk tempat kultur pakan alami

pertama pakan akan digunakan untuk energi, terutama pergerakan tubuh. Bila energi sudah cukup, zat makanan akan digunakan untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak. Bila hal ini sudah terpenuhi maka zat makanan akan digunakan untuk membangun tubuh atau pertumbuhan. Kemudian, zat makanan yang masih tersisa baru akan digunakan untuk reproduksi. Jadi, bila menginginkan produksi ikan yang tinggi maka makanan harus tersedia setiap saat. Pakan untuk ikan bawal bisa berasal dari dua sumber, pakan alami dan pakan tambahan.
Pakan alami adalah organisme yang hidup di suatu perairan atau sengaja dikulturkan oleh manusia yang dapat dimanfaatkan sebagai makanan ikan. Pakan alami sangat berguna terutama bagi larva dan benih ikan karena membantu pertumbuhan dan pembentukan organ-organ tubuh. Pakan alami memiliki kandungan gizi lebih komplit dibanding pakan buatan. Selain itu, serat pakan alami lebih halus. Namun, biasanya ketersediaan pakan alami relatif terhatas sehingga perlu diberikan pakan tambahan untuk memenuhi kebutuhan pakan. Pakan tambahan adalah pakan berasal dari luar media pemeliharaan yang bisa diberikan dan dimanfaatkan sebagai makanan ikan. Bahan ini bisa berupa pakan buatan atau bahan lain. Pakan buatan merupakan pakan yang segaja dibuat dengan komposisi bahan tertentu. Pakan buatan untuk ikan bawal sebaiknya mengandung protern minimal 25 %. Adapun yang dimaksud bahan lain adalah bahan-bahan yang tumbuh dan tersedia disekitar kita yang dapat dimanfaatkan sebagai makanan ikan, misalnya daging keong mas, sayuran atau daun-daunan.
Bahan untuk membuat pakan buatan berasal dari bahan nabati dan hewani. Bahan nabati adalah bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti dedak halus, tepung daun, tepung jagung dan tepung kedelai. Bahan hewani .dalah bahan yang berasal dari hewan seperti tepung tulang, tepung ikan, minyak ikan, dan minyak hati Selain kedua bahan tersebut, pakan buatan juga harus mengandung gizi yang komplit. Oleh sebab itu, dalam pembuatan pakan buatan harus ditambah pula mineral dan vitamin.
Pakan buatan bisa dibuat sendiri atau dibeli di toko unggas atau poultry shaf,. Pakan buatan yang dijual biasanya dalam bentuk pellet, tepung, butiran, dan lain-lain. Namun, bila pakan akan dibuat sendiri maka harus mempunyai alat atau mesin pembuat pellet. Alat ini ada yang berukuran besar ataupun kecil.
Cara membuat pellet sebagai berikut. Mula-mula bahan-bahan. Mula-mula bahan yang terdiri dari 12 % tepung kedelai 8 ikan. 0 % tepung darah, 20 % tepung kedelai, 8 % kaldu, 35 % dedak halus, 10 % tepung terigu, 3,5 % tepung daun,  1 % mineral, dan 0,5 % premiks vitamin dicampur menjadi satu Kemudian, tambahkan air secukupnya dan aduk sampai homogen. Campuran tersebut kemudian digiling dengan mesin pengguling pellet kecil hingga terbentuk butir-butiran yang berdiameter 5 mm. Setelah itu, pellet dijemur di bawah terik matahari sampai kering. Pellet yang sudah kering dimasukan dalam  karung dan disimpan di tempat yang kering.

3.  Pupuk
Pupuk adalah bahan yang digunakan untuk menyuburkan air kolam. Kolam yang subur akan banyak mengandung pakan alami yang bermacam-macam jenisnya dan beragam ukurannya. Pakan alami akan dimanfaatkan terutama oleh larva dan benih ikan sebagai makanan sehingga ikan dapat hidup dengan baik dan tumbuh dengan cepat. Salah satu cara untuk menyuburkan kolam adalah dengan mengadakan pemupukan.
Ada dua jenis pupuk yang dapatdigunakan yaitu pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik adalah jenis pupuk. yang berasal ari hewan dan tumbuhan. Pupuk organik mengandung bahan nutrien yang lebih komplit dibanding pupuk anorganik. Di samping tu, pupuk organik harganya murah dan banyak tersedia. Beberapa acam pupuk organik dari hewan yang sering digunakan yaitu otoran ayam, kotoran puyuh, kotoran sapi, kotoran kambing, dan otoran kerbau. Beberapa macam pupuk organik dari tumbuhan meliputi daun kipahit, petai cina, dadap solo, dadap lut, orok-orok, waru, jarung, kadoya, pingku, dan daun harendong.
Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat dengan komposisi bahan tertentu. Kandungan nutrien dari pupuk anorganik tidak sekomplit pupuk organik. Contoh pupuk anorganik yang biasa digunakan yaitu urea, TSP, dan NPK. Jumlah pupuk yang harus disediakan tergantung dari luas kolam yang akan dipupuk. Sebagai concoh kolam yang luasnya 1.000 m2 membutuhkan 500 kg pupuk kandang, 25 kg urea, 15 kg TSP, dan 15 kg NPK.

4.  Kapur
Sarana produksi lainnya yang cukup penting adalah kapur. Kapur digunakan pada saat persiapan kolam. Pengapuran pada umumnya memiliki beberapa tujuan, di antaranya untuk menaikan pH (derajat keasaman), meningkatkan alkalinitas, serta memberantas hama dan penyakit. Jenis kapur yang umum digunakan yaitu kapur rohor (CaC03) - kapur yang biasa digunakan sebagai pencampur bahan bangunan. Kapur ini dapat diperoleh di toko bahan bangunan. Jumlah yang hams disediakan terganrung dari kebutuhan, kolam yang luasnya 1.000 m2 membutuhkan rata-rata 5 kg kapur.

5.  Hormon perangsang
Seperti kebanyakan ikan yang berasal dari negara lain, ikan bawal pun sampai saat ini belum bisa dipijahkan secara alami. Pemijahan baru dapat dilakukan dengan pemijahan buatan. Untuk pemijahan buatan ini, diperlukan hormon yang dapat merangsang terjadinya ovulasi telur. Ada beberapa hormon yang sering digunakan, di antaranya LHRH (luteinizing hormone releasing hormon), PG (pituary gland) atau lebih dikenal dengan  hipofisa,  HCG (human choironic gonadotropin), dan Ovaprim (merk dagang).   Aktivitas biologi LHRH analogue yang biasa dijual adalah dalam bentuk serbuk berwarna putih. Hormon tersebut dapat larut dalam air dan harus disimpan dalam tempat yang kering, teduh, dan tidak lembab.
Hipofisa (PG) merupakan suatu kelenjar dalam tubuh yang dapat digunakan sebagai hormon perangsang dalam pembenihan buatan
Ovarium sering digunakan untuk merangsang terjadinya ovulasi pada ikan

ikan. Pada ikan mas, kelenjar ini terletak di bawah otak. Bila otak ikan diangkat maka kelenjar hipofisa secara mudah dapat terpisah dari hipothalamus. Kelenjar hipofisa mengandung dua hormon, yaitu LH (Utilizing hormone) dan FSH. LH akan berfungsi sebagai pengatur ovulasi, sedangkan FSH berfungsi untuk meningkatkan perkembangan dan kematangan telur. Hipofisa yang digunakan dalam pembenihan buatan dapat berasal dari ikan sejenis atau dapat pula dari ikan mas. Kelenjar hipofisa ikan mas merupakan kelenjar yang dapat digunakan untuk semua jenis ikan (universal).
Untuk pembenihan skala kecil yang hanya untuk memenuhi kebutuhan ikan hias, jumlah prasarana dan sarananya tidk perlu seperti yang disebutkan di atas, tetapi cukup memanfaatkan lahan sekitar rumah kita.   Kolam pemeliharaan induk dapat dibuat di halaman rumah dengan ukuran panjang 4 m, lebar 3 m, dan ringgi 80 cm. Demikian pula dengan tempat pemijahan cukup dibuat dengan ukuran panjang 3 m, lebar 2 m, dan tinggi 1,25 m. Tempat pemberokan digunakan hapa (jaring) yang dipasang di kolam pemeliharaan induk. Sedangkan tempat penetasan dan pemeliharaan larva dapat memanfaatkan ruangan (kamar) yang tidak digunakan. Dalarn ruangan tersebut disimpan (dipasang) akuarium yang disusun dalam rak-rak dari besi. Satu rak dapat disusun 2 - 3 susun. Induk yang digunakan cukup 10 - 20 pasang. Sarana lainnya yang perlu disediakan tidak perlu terlalu banyak.







































BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA


Apabila telah mengetahui seluk beluk ikan bawal, prasarana sudah memadai, dan sarana produksi sudah tersedia, langkah selanjumya membudidayakan ikan bawal tersebut. Pengetahuan tentang budi daya bawal ini harus benar-benar dikuasai agar setiap tahapan kegiatan dapat dijalankan dengan baik dan tidak menemukan kendala yang dapat menghambat proses produksi. Kalaupun ada kendala, segera dapat diatasi. Secara umum kegiatan budi daya ikan bawal dibagi dalam tiga tahap, yaitu pembenihan, pendederan, dan pembesaran. Ketiga tahapan ini dilalui bila akan mengusahakan ikan konsumsi. namun, bila akan menjual ikan bawal sebagai ikan bias maka tahap pembesaran tidak diperlukan karena hasil dari pendederan, yaitu bawal ukuran 4 inci, telah dapat dijual.

A.  Pembenihan
Telah dijelaskan di muka bahwa ikan bawal sampai saat ini belum bisa dipijahkan secara alami atau dengan kata lain dipijahkan secara buatan. Salah satu penyebabnya adalah lingkungan perairan di Indonesia tidak sesuai dengan habitatnya sehingga sangat sulit bagi bawal untuk beradaptasi. Walaupun belum bisa dipijahkan secara alami, pembenihan secara buatan ikan bawal tidak sulit. Pembenihan ikan bawal meliputi beberapa tahap kegiatan, seperti pemeliharaan induk, pemberokan, penyuntikan, pemijahan (streefing), penetaan telur, dan pemeliharaan larva dan pemeliharaan benih.

1.  Pemeliharaan induk
Pemeliharaan induk atau disebut pula pematangan gonad merupakan kegiatan pemeliharaan induk sampai induk matang gonad atau siap untuk dipijahkan. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang paling penting dari pembenihan. Hal ini disebabkan daya tetas telur bawal yang dipijahkan akan dipengaruhi oleh kualitas telurnya, sedangkan kualitas celur yang dihasilkan akan tergantung dari pemeliharaan induk. Bila pemeliharaan induk dilakukan dengan baik maka perkembangan gonad pun akan baik dan kualitas telurnya juga baik. Dalam pemeliharaan induk, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti musim, lingkungan atau kondisi kolam, dan pakan.
Pemeliharaan induk bawal dilakukan di kolam yang sudah disediakan. Air yang masuk ke kolam harus mengalir secara kontinu dengan debit 1 1/dtk. Aliran air ini bertujuan agar sirkulasi air dalam kolam berjalan baik dan oksigen dalam air dapat tersedia setiap saat. Selain itu, adanya aliran tersebuc dapat tercipta suatu lingkungan yang hampir sama dengan habitatnya. Adapun kepadatan induk yaitu 2 - 4 kg/m2 atau 25 induk dengan berat 4 kg dalam kolam berukuran 400 m2.
Pemeliharaan induk bawal sebaiknya dilakukan secara monokultur atau hanya dipelihara ikan bawal saja karena bila dilakukan polikultur dikhawatirkan ikan bawal dapat mengganggu ikan lainnya. Dalam pemeliharaan ini, induk jantan dan induk betina bisa dipelihara dalam kolam terpisah, dapat pula dalam satu kolam. Kedua cara pemeliharaan tersebut tidak akan menimbulkan masalah karena induk-induk tersebut tidak akan memijah secara alami atau mijah maling. Namun, akan lebih baik bila induk-induk tersebut dipelihara secara terpisah agar memudahkan pada waktu seleksi induk.
Pemeliharaan induk bawal dilakukan cukup lama, yaitu pada waktu musim pemijahan sampai pemijahan berikutnya. Dalam pemeliharaan ini, induk diberi pakan tambahan berupa pelet dengan kadar protein 35 % dan dosis 3 % per hari. Selain itu, induk bawal dapat pula diberi pakan berupa daging keong mas dengan dosis yang sama menjelang musim hujan riba dosisnya ditambah menjadi 4 %  Pada saat musim hujan tersebut, gonadnya sudah mulai berkembang sehingga induk perlu makanan yang cukup agar diperoleh kualitas telur yang baik Pemberian pakan tambahan sebaiknya dilakukan secara adlibitum (makanan yang diberikan dapat dimanfaatkan dan tidak banyak terbuang). Namun, bisa saja pakan diberikan minimal 3 kali sehari, yaitu pagi, siang, dan sore hari.

2.  Seleksi induk
Satu bulan sesudah musim hujan, sekitar bulan Oktober, dilakukan seleksi induk tahap awal. Pada saat itu, induk bawal biasanya sudah ada yang matang gonad. Seleksi induk cahap berikutnya disesuaikan dengan kebutuhan atau permintaan pasar.
Cara menyeleksi induk bawal sebagai berikut.
1)     Air  kolam  disurutkan  secara  perlahan-lahan  sampai  mencapai ketinggian 40 cm.                                        
2)     induk-induk digiring ke salah satu sudut dengan menggunakan jaring. Bila sudah terkumpul, induk ditangkap dengan menggunakan tangan dan kemudian diperiksa satu per satu.
3)     Induk  betina  yang  matang  telur  dicirikan  dengan  perut  yang buncit dan lubang kelamin yang berwarna kemerahan  Berat induk betina sebaiknya 4 kg.
Induk-induk hasil seleksi dimasukan kedalam kantong plastik dan langsung dimasukan kebak pemberokan. Adapun induk yang belum matang gonad dimasukan kembali ke kolam.




Induk bawal perlu diseleksi juga berdasarkan berat badannya

Untuk menjaga kemungkinan tidak mengeluarkan sperma, perlu ditangkap beberapa ekor induk jantan sebagai persediaan. Jika jumlah induk yang diperlukan sudah cukup, kolam diairi kembali sampai mencapai ketinggian semula. Kegiatan pematangan gonad pun dilanjutkan hingga seleksi induk tahap berikutnya.

3.  Pemberokan
Pemberokan merupakan kegiatan menyimpan induk-induk yang berasal dari kolam pemeliharaan induk hingga induk disuntik untuk dipijahkan. Kegiatan ini dilakukan karena gonad induk masih banyak mengandung lemak. Kandungan lemak yang tinggi dapat menghambat keluarnya telur saat dipijahkan atau di streefing. Dengan diberok, kandungan lemaknya akan berkurang. Di samping itu, pemberokan bertujuan pula untuk memudahkan dalam membedakan induk yang gendut karena telur atau gendut karena makanan.
Ada pula hal penting yang harus diperhatikan dalam pemberokan, yaitu :
1)     air harus bersih (tidak mengandung pakan) serta mengalir secara kontinyu agar ikan tidak mengalami stres dan oksigen dapat disuplai secara terus menerus,
2)     induk  tidak  boleh diberi  pakan  tambahan  agar  kandungan lemaknya tidak bertambah.
Pemberokan ini dilakukan selama 2 - 3 hari.
Untuk meyakinkan kembali kematangan gonad, induk-induk yang sudah diberok diseleksi kembali. Induk yang gendut akibat pakan biasanya perutnya akan kempes selama pemberokan. Sedangkan induk yang matang gonad, perutnya tetap gendut. Untuk meyakinkan lebih lanjut, telur dalam gonad diperiksa dengan cara dikateter, yaitu selang ukuran  1 mm dimasukkan ke dalam lubang kelamin induk betina, kemudian telur disedot sedikit demi sedikit. Telur yang diperolah diletakkan dalam lempengan gelas. Telur yang matang dapat didrikan dari ukurannya yang seragam, antara 1,0 - 1,2 mm, berwarna kekuningan. Bila dimasukkan dalam larutan sera intinya berada dipinggiran dan telur-telur sudah berpisah satu dengan lainnya. Induk-induk tersebut kemudian dipisahkan dengan yang lainnya. Adapun induk yang belum matang gonad dikembalikan ke kolam pemeliharaan induk.

4.  Penyuntikan
Setelah induk-induk yang matang telur diperoleh, langkah berikutnya adalah penyuntikan. Penyuntikan merupakan kegiatan memasukan hormon perangsang ke dalam tubuh induk dengan menggunakan alat suntik agar telurnya keluar. Namun. sebelumnya perlu disiapkan alat dan bahannya. Alat yang digunakan meliputi pisau, telenan, piset, dan penggerus, dan alat suntik. Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu hipofisa dari ikan donor (ikan mas atau sejenisnya seberat 500-600 gram), Ovaprim, atau HCG dan aquabidestilata.
Dosis penyuntikan yang digunakan tergantung dari jenis hormonnya. Induk betina disuntik sebanyak 3 dosis bila menggunakan kelenjar hipofisa, 0,75 ml/kg induk bila menggunakan Ovaprim, dan 3 ug/kg induk bila. menggunakan LHRH analogue. Khusus untuk LHRH analogue sebelum digunakan hams dilarutkan dulu dalam 1 ml larutan NaCl. Adapun pemberian hormon untuk induk jantan dengan hipofisa 1 dosis, Ovaprim 0,5 ml/kg, atau LHRH sebanyak 2 ug/kg.
Penyuntikan hormon pada induk betina dilakukan dua kali. Penyuntikan pertama sebanyak 1/3 bagian dan penyuntikan kedua sebanyak 2/3 bagian. Selang waktu penyuntikan pertama dengan penyuntikan kedua adalah 12 jam. Induk jantan hanya disuntik satu kali yaitu  bersamaan waktunya dengan penyuntikan induk betina yang kedua.
Apabila hormon yang akan digunakan adalah hipofisa maka perlu dilakukan langkah pembuatan larutan hipofisa. Caranya, mula-mula ikan donor dipotong secara vertikal tepat di belakang tutup insang, kemudian kepala ikan donor tersebut dipotong lagi secara horisontal tepat di atas hidung, ke arah bagian bawah mata sehingga





Proses penyuntikan pada ikan bawal

akan terlihat otaknya. Otak tersebut kemudian diambil sehingga kelenjar hipofisa akan terlihat. Ambil kelenjar hipofisa secara hati-hati agar tidak pecah dengan memakai pinset dan letakkan dalam alat penggerus, gunakan kapas untuk membersihkan darahnya. Kelenjar hipofisa yang ada dalam penggerus digerus sampai halus. Lalu, tambahkan 1 ml aquabidestilata dan gerus kembali sampai hancur dan larut. Untuk memisahkan darah dengan larutan hipofisa murni, seteiknya diputar dengan alat yang disebut sentrifuge. Bila tidak ada sentrifuge, kotoran atau darah yang ada dalam .larutan hipofisa dibiarkan dulu sampai mengendap. Bila sudah mengendap, ambil larutan hipofisa dengan alat sufitik dan siap disuntikkan ke induk yang sudah matang gonad.
Apabila dalam penyuntikan digunakan Ovaprim atau LHRH analogue, bahan tersebut dapat diambil langsung dengan alat suntik. Induk-induk yang akan disuntik diambil dari bak pemberokan dengan menggunakan lambit satu per satu. Penyuntikan dilakukan secara intra-muscular atau pada bagian daging yang paling tebal.
Induk dalam bak pemijahan yang telah dipasang hapa

Biasanya  ikan bawal disuntik tepat di bagian belakang sirip punggung. Kedalamannya antara 1 - 2 cm dengan kemiringan 30 derajat dari arah punggung.
Penyuntikan sebaiknya dilakukan oleh dua orang karena induk bawal ukurannya sangat besar dan tenaganya juga cukup kuat. Jika penyuntikan dilakukan dua orang maka satu orang memegang kepala serta menyuntik dan satu orang lagi memegang ekornya. Agar tidak menimbulkan luka pada tubuh, penyuntikan ini harus dilakukan dengan hati-hati sebab bila ada luka dapat menyebabkan stres dan proses ovulasi dapat terhambat.

5.  Pemijahan
Pembenihan ikan bawal dapat dilakukan dua cara, yaitu induced breeding dan induced spawning.

a.  Induced breading
Dalam pembenihan induced breeding, induk jantan dan induk betina yang sudah disuntik dimasukkan ke dalam bak yang berbeda. Tujuannya agar tidak terjadi pemijahan yang tidak diinginkan. Air dalam bak atau kolam tersebut harus tetap mengalir agar induk tidak stres dan proses ovulasi telur tidak terganggu.
Untuk menentukan saat screeping (pengeluaran telur) yang sesuai dengan aktivitas kita, waktu penyuntikan harus diatur sedemikian rupa.
-         Bila induk bawal disuntik dengan Ovaprim, telur akan keluar setelah 3 - 10 jam dari penyuntikan kedua. Jadi, bila induk akan di-streefing pada pukul 08.00 maka penyuntikan pertama harus dilakukan pukul 12.00 dan penyuntikan kedua pukul 24.00.
-         Bila induk disuntik dengan hipofisa, telur akan keluar setelah 10-12 jam. Jadi, bila telurnya akan dikeluarkan pukul 04.00 maka penyuntikan pertama dilakukan pada pukul 10.00 dan penyuntikan kedua pada pukul 22.00.
Menjelang waktu peneluran tiba atau 7 jam setelah penyuntikan kedua, alat dan bahannya harus disiapkan. Alat-alat tersebut meliputi mangkok plastik, gelas minum atau cangkir, lap (tisu), karung terigu, bulu ayam, sedangkan bahannya yaitu larutan NaCI atau Natrium chlorida 0,9 % (bahan infos manusia). Mangkok plastik digunakan untuk menampung telur,  cangkir untuk  membuat larutan sperma, tisu untuk mengelap air dalam tubuh ikan, karung terigu untuk memegang ikan, bulu ayam untuk mengaduk larutan sperma dalam telur. Piring atau mangkok plastik yang akan digunakan untuk menampung telur harus dalam keadaan kering.
Sebelum sleeping dimulai, harus dilakukan pengecekan induk. Tujuannya agar induk yang di-streepmg benar-benar induk yang telah siap. Pengeluaran telur ini sebaiknya dilakukan oleh dua orang. Orang pertama memegang kepalanya serta mengurutnya dan satu orang lagi memegang ekornya. Bersamaan dengan itu, sperma dikeluarkan dari induk janran dengan cara yang sama, yaitu memijatnya ke arah lubang kelamin. Cairan berwarna putih susu akan keluar dari lubang kelamin. Pengurutan telur dan sperma dilakukan berulang kali sampai telur dalam tubuh betina keluar semua, demikian juga dengan sperma. Satu hal lagi yang harus diperhatikan, sewaktu sweeping dilakukan jangan ada air yang masuk ke dalam wadah telur.
Sperma dan telur dalam piring penampungan diaduk dengan menggunakan bulu ayam secara perlahan-lahan selama 3 - 4 menit hingga rata. Bila sudah rata, bilaslah telur tersebut dengan larutan air bersih untuk membuang darah-darah yang ada dalam telur dan sisa sperma. Pembilasan ini dilakukan berkali-kali sampai bersih. Bila sudah bersih, telur sudah siap ditebarkan ke tempat penetasan.

b.  Induced spawning
Induced spawning merupakan sistem pemijahan ikan bawal dimana induk-induk yang sudah disuntik tidak di-streefing, tetapi dibiarkan memijah sendiri seperti pemijahan alami. Kelebihan sistem ini yaitu pekerjaan selama pemijahan tidak banyak. Adapun kelemahannya yaitu ada kemungkinan tidak semua telur keluar dan pembuahannya kurang sempurna. Dalam induced spawning, induk jantan dan betina yang sudah disuntik disatukan dalam bak pemijahan. Satu hal yang harus diperhatikan dalam sistem ini yaitu selama pemijahan, air yang bersih harus mengalir secara kontinu dengan debit 0,5 1/dtk.
Langkah-langkah dalam pemijahan secara induced spawning meliputi persiapan bak, pemasukan air, penebaran induk, pengontrolan, dan pengambilan telur. Bak yang akan digunakan harus dikeringkan terlebih dahulu selama 2 - 3 hari agar induk terangsang untuk memijah. Pasanglah paralon pengatur ketinggian air setinggi 80 cm. Sebelum diairi, pasanglah hapa yang sudah disiapkan dengan cara diikatkan dengan tali dalam bak dan jangan lupa dasar hapa diberi pemberat agar tenggelam. Air dibiarkan mengalir secara kontinu selama pemijahan berlangsung.
Setelah persiapan selesai, masukkan kedua induk. Induk-induk dibiarkan memijah sendiri. Sebaiknya selama pemijahan, dilakukan pengontrolan untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya aliran terlalu kecil, airnya surut, dan induk yang sedang dipijahkan keluar. Pada pagi harinya, proses pemijahan biasanya sudah selesai. Kemudian, telur-telur diambil dengan memakai sekopnet yang halus. Telur-telur tersebut ditampung dalam ember dan siap dimasukan ke dalam tempat penetasan.
Agar pemijahan terjadi saat menjelang pagi atau tidak terganggu aktivitas manusia, waktu penyuntikannya perlu ditentukan. Induk bawal yang disuntik dengan Ovaprim akan mengeluarkan telur setelah 8 - 10 jam dari penyuntikan kedua. Jadi, bila pemijahan berlangsung pukul 04.00 maka penyuntikan pertama harus dilakukan pada pukul 08.00 dan penyuntikan kedua pukul 20.00. Andaikan induk disuntik dengan hipofisa maka telurnya akan keluar setelah 10 - 12 jam. Jadi, bila telur akan dikeluarkan pada pukul 04.00 maka penyuntikan pertama dilakukan pada pukul 06.00 dan penyuntikan kedua pada pukul 18.00.

6.  Penetasan
Penetasan merupakan kegiatan merawat telur-telur yang sudah dikeluarkan dari induk betina sampai menetas. Penetasan telur bawal dapat dilakukan dalam corong penetasan, konikel, atau akuarium. Kegiatan penetasan dibagi dalam beberapa tahap, yakni persiapan, pemasukan air, penebaran telur, pembuangan telur yang tidak menetas, dan penggantian air.
Tempat penetasan sebelumnya dibersihkan dan dijemur terlebih dahulu selama 1 - 2 hari. Kemudian, tempat penecasan diisi air setinggi 30 cm untuk akuarium, 80 cm untuk konikel, dan sesuai ketinggian bak untuk corong penetasan. Untuk daerah yang suhu airnya di bawah 25° C, tempat penetasan tersebut perlu dilengkapi dengan pemanas air atau heater. Heater tersebut distel pada suhu 28° C. Bila memakai akuarium, perlu dilengkapi dengan aerator. Dua jam sebelum pemasukan telur, heater dan aerator sudah dihidupkan.
Telur yang sudah bersih dari kegiatan streefing atau telur yang diambil dari bak pemijahan, dimasukkan sedikit demi sedikit dengan memakai gayung plastik atau gelas agar tidak rusak. Kepadatan telur yang dianjurkan 150 - 250 butir/liter. Jadi, dalam satu akuarium ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 40 cm dapat diisi 10.000 - 20.000 butir telur, satu konikel dapat diisi 150.000 - 200.000 butir, dan satu corong diisi 5.000 - 10.000 butir.
Apabila sudah dimasukkan semua, telur dibiarkan sampai menetas. Pengontrolan aliran air, aerasi, dan suhu air harus dilakukan setiap hari. Jika kondisi lingkungan baik, telur akan menetas dalam waktu 18 - 24 jam dengan persentase minimal 80 %. Daya tetas telur bawal tergantung dari kualitas telur, kualitas air, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya, seperti penggantian air dan aliran listrik untuk menghidupkan aerator dan heater.

7.  Pemeliharaan larva
Pemeliharaan larva merupakan kegiatan merawat telur-telur yang baru menetas (larva) sampai siap ditebar ke tempat pemeliharaan. Kegiatan ini dapat dilakukan di akuarium dan di kolam. Kelebihan benih pemeliharaan di akurium adalah lebih terkontrol dan kematian dapat ditekan sekecil mungkin, cetapi kelemahannya pekerjaanya lebih banyak karena harus merawat setiap hari. Adapun kelebihan pemeliharaan di kolam yaitu pekerjaan tidak banyak dan hayanya dapat ditekan serendah mungkin, tetapi kelemahannya kemanan lebih tinggi  Pemeliharaan larva di akuarium atau kolam dilakukan selama 14 hari. Dalam kurun waktu tersebut, benih yang dihasilkan sudah mencapai 1/2—3/4 inci.


a.  Pemeliharaan larva di akuarium
Pemeliharaan larva di akuarium dimulai dengan mempersiapkan akuarium yang akan digunakan. Akuarium yang sudah bersih dijemur selama 2 hari, kemudian diisi air bersih setingg, 30 cm. Pasang pula heater yang sudah disetel suhunya 29° C, demikian juga aeratornya dijalankan. Heater dan aerator tersebut dibiarkan hidup selama masa pemeliharaan larva.
Setelah akuarium dan perlengkapannya siap, larva dimasukkan dengan hati-hati. Larva ini dapat berasal dari konikel, corong, atau akuarium.

1).  Larva dari konikel atau corong
Larva diciduk dengan memakai gayung plastik atau gelas. Sebelum dimasukkan ke akuarium, isi larva dalam satu gayung harus diketahui jumlahnya agar dapat menghitung jumlah larva yang di masukan ke dalam akuarium. Caranya, larva ditampung dahulu dalam ember besar yang sudah diketahui volumenya. Ambilah 2 – 4 gayung sebagai sampel, kemudian dihitung jumlah larvanya. Jumlah larva dari masing-masing gayung dijumlahkan  lalu dibagi dengan jumlah gayung yang diambil sehingga diketahui jumlah rata-rata per gayungnya. Misalnya 1 gayung berisi 500 ekor larva maka satu akuarium yang akan diisi 5.000 ekor larva cukup diisi 10 gayung. Kepadatan larva dalam akuarium adalah 50 - 75 ekor/1 air. Jadi, dalam satu akuarium ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm, dan tinggi air 30 cm dapat diisi larva sebanyak 2.4000 - 5.000 ekor larva.

2).  Larva dari akuarium
Untuk larva yang ditetaskan dalam akuarium, tidak peru mempersiapkan akuarium yang baru. Pemeliharaan larva dapat dilakukan dalam akuarium yang sama. Kepadatan larva juga antara 50 - 75 ekor. Untuk menyakinkannya, dapat dihitung dengan cara seperti di atas Namun, sebaiknya 2/3 bagian airnya harus dibuang karena biasanya mengandung telur-telur yang ridak menetas. Di samping itu, airnya sudah berbau amis. Apabila air tidak dibuang dapat menyebabkan kematian pada larva.
Pembuangan air harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai larvanya hanyut. Pembuangan air ini disebut nyipon. Untuk melakukan penyiponan harus disediakan peralatan, seperti saringan selang berdiameter 3/4 inci, dan ember besar. Bila peralatan sudah siap, matikan  heater dan masukkan saringan ke dalam akuarium tetapi larvanya tidak boleh ada yang masuk. Isi selang dengan air dan tempat lain dan masukkan ke dalam saringan tadi. Lepas ujung selang dan masukkan ke dalam ember sehingga airnya akan mengalir  dengan  sendirinya.  Selama  pembuangan  air,  selang  harus  tetap dipegang agar airnya tidak terlalu banyak terbuang. Bila air akuarium tinggal 1/3 bagian, penyiponan dihentikan. Kemudian, akuarium diisi kembali dengan air bersih yang baru sampai mencapai ketinggian semula. Harus diingat aerator harus tetap dihidupkan agar oksigen tetap tersuplai.
Empat hari kemudian, pakan cadangan dalam tubuh larva akan habis. Pada saat itu, larva mulai diberi pakan. Jenis pakan yang diberikan yaitu naupli artemia atau artemia yang baru menetas. Pada awalnya, artemia yang diberikan kira-kira 1 sendok makan setiap pembenan untuk sacu akuarium. Pemberian pakan ini dilakukan 3 kali sehari, yaitu pukul 09.00, 14.00, dan 17.00.
Anemia diberikan sampai larva berumur 8 - 10 hari. Sesudah itu larva sudah bisa diberikan cacing rambut. Caring ini bisa dibeli di pedagang ikan hias atau  sengaja mengambil di parit-parit Pemberian caring rambut dilakukan sampai umur 14 hari atau hingga
larva siap dipelihara di kolam pendederan.
Selain naupli artemia, larva bawal juga bisa diberikan Brachionus atau hewan yang termasuk dalam golongan rotifera. Pemberiannya dapat dilakukan-menjelang larva habis kuning telur, selama 2 - 3 hari. Untuk 2 hari berikutnya, larva diberikan moina yang
Akuarium dapat digunakan sebagai tempat penetasan sekaligus pemeliharaan larva

baru menetas. Dua hari berikutnya, bisa diberi moina muda. Setelah im hingga 14 hari, larva dapat diberi moina dewasa. Bila kondisi air dan kualitas larva baik, kelangsungan hidup larva dapat mencapai 60 – 70 %. Larva sudah disebut benih bila telah berukuran 0,25 - 0,5 inci.
Dari uraian tersebut terlihat bahwa pakan larva berupa pakan alami Pakan alami ini sangat penting bagi larva ikan yang organ tubuhnya belum terbentuk sempurna. Pakan alami harus memenuhi beberapa persyaratan, di antaranya
1)     ukurannya kecil (lebih kecil dari bukaan mulut larva),
2)     gizinya tinggi dan mudah dicerna,
3)     dapat bergerak, terapung, atau tersuspensi,
4)     mudah dibudidayakan dalam jumlah hesar,
5)     dapat dibudidayakan dengan biaya murah, dan
6)     dapat mernanfaatkan sumber daya alam sekitar.
Biasanya, pagi hari sebelum pakan diberikan, air akuarium harus diganti. Cara membuang air dilakukan dengan cara penyiponan, seperti saat membuang air sebelumnya. Namun, air yang dibuang cukup 1/2 bagian saja. Kemudian, akuarium diisi air yang bersih dan baru hingga mencapai ketinggian semula. Saat penyimponan, larva-larva yang mati harus dibuang agar tidak membusuk dan menimbulkan bau.
Untuk mencegah adanya serangan penyakit, terutama air akuarium ditambah obat yang disebut GOLD 100 bakteri. Obat tersebut sebelumnya dilarutkan dulu dalam 1 liter air. Ambil  50 ml (5  sendok  makan)  larutan  GOLD  100 untuk  satu  akuarium.  Satu bungkus GOLD 100 cukup untuk 20 buah akuarium. Tanda air yang bisa dilihat adalab jika airnya sudah berwarna kuning (muda). Pencegahannya cukup dilakukan 3 hari sekali.

b.  Pemeliharan  larva di kolam
Selain di akuarium, larva juga bisa dipelihara di kolam. Namun, sebelumnya kolam harus disiapkan terlebih dahulu. Persiapan kolam meliputi pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar, pembuatan kemalir pengapuran, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit.

1).  Pengeringan
Pengeringan tanah dilakukan selama 2 - 3 hari atau tergantung cuaca. Sebagai tandanya adalah bila tanah dasar sudah retak-retak sedikit Tujuan utama pengeringan adalah untuk memberantas hama dan penyakit, memperbaiki struktur tanah, serta membuang gas-gas beracun. Di samping itu, pengeringan pun dapat memudahkan dalam perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar kolam, dan pembuatan kemalir (saluran di dasar kolam).

2).  Perbaikan pematang
Perbaikan pematang dilakukan dengan cara menutup seluruh bagian permukaan pematang dengan tanah dasar kolam. Apabila ada bocoran yang besar, dibongkar dan ditutup kembali dengan tanah. Untuk pematang yang bocorannya terlalu banyak, sebaiknya dilapisi plasrik. Tujuan perbaikan adalah supaya kolam tidak bocor sehingga ketinggian dapat dipertahankan dan kesuburan kolam dapat dijaga.

3).  Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dasar dilakukan dengan cara mencangkul seluruh bagian permukaan tanah dasar, kemudian membaliknya. Kolam yang sudah lama digunakan sebaiknya dibajak dahulu. Tujuan pengolahan tanah dasar adalah agar tanahnya kedap air, strukturnya baik dan higenis. Tanah dasar yang kedap air mampu menahan air dan tidak porus. Tanah yang porus meyebabkan air meresap ke dalam tanah sehingga ketinggian air kolam sulit dipertahankan. Struktur tanah yang baik dapat memperlancar penguraian bahan organik yang dapat merangsang tumbuhnya pakan alami. Adapun tanah higeinis berarti tanahnya terbebas dari gas-gas beracun, seperti amoniak dan belerang.

4).  Pembuatan kemalir
Kemalir (saluran air di dasar kolam) dibuat memanjang dari pintu pemasukan sampai pengeluaran air. Ukuran lebar 40 - 50 cm dan tinggi 10 - 15 cm. Kemalir ini dibuat untuk mempermudah saat panen dan sebagai tempat berlindung ikan pada siang hari. Setelah kemalir dibuat, biasanya tanah dasar kolam diratakan dengan papan.

5).  Pangapuran kolam
Pengapuran kolam dilakukan dengan menebar butiran kapur yang halus atau larutan air kapur ke seluruh tanah dasar dan pematang kolam. Jenis pupuk yang digunakan adalah kapur pertaman atau kalsium karbonat (CaC03) dengan dosis 25-50 g/m2 atau tergantung dari pH tanah.fTujuan pengapuran adalah untuk meningkatkan pH, alkalinitas, dan memberantas hama serta penyakit.

6).  Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan cara menebarkan pupuk ke seluruh bagian dasar kolam. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk organik, baik dari kotoran hewan atau tumbuhan, seperti daun kipahit, dadap solo, dan lain-lain. Dosis pupuk 0,5 kg/m2 Pemupukan ini bertujuan untuk menumbuhkan pakan alami. kolam yang sudah dipupuk kemudian diari hingga setengah bagian kolam. Selanjutnya, air yang masuk ditutup agar tidak limpas/keluar dari kolam).

7).  Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan setelah kolam direndam selama 2 - 3 hari. Caranya dengan menyemprotkan insektisida ke dalam air. Jenis insekrisida yang dapat digunakan seperti Decis 2,5 EC (berbahan aktif deltabetrin) sebanyak 1,5 1/500 m3 air Pengendalihan hama dan penyakit ini bertujuan untuk membunuh hama dan penyakit yang merugikan dan membunuh binatang pemangsa pakan alami yang dibutuhkan) Setelah 3 - 5 hari dari penyemprotan, biasanya pakan alami terutama rotifera akan tumbuh tandanya bisa dilihat dari air kolam yang hijau kecokelatan. Biasanya kolam tersebut sudah siap ditebar larva.
Apabila kolam sudah siap, larva yang hampir habis kuning telurnya atau 4 hari setelah menetas ditebar ke kolam. Penebaran harus hati-hati dan dilakukan pada pagi hari saat suhunya rendah agar larva tidak stres. Sebelum ditebar, air dalam wadah pengangkutan disesuaikan dahulu dengan air kolam. Penebaran tidak boleh dilakukan dengan cara dituang, tetapi wadah didekatkan dengan air kolam, lalu ditumpahkan sedikit demi sedikit.  Penyebaran ini dilakukan ke beberapa bagian kolam. Kepadatan larva di kolam pemeliharaan yaitu 75 - 100 ekor/m2. Apabila luas kolam 1000 m2 maka dapat diisi larva sebanyak 75.000 - 100.000 ekor.
Setelah lima hari atau bila pakar aIami sudah berkurang, larva mulai diberi pakan tambahan. Pakan tambahannya berupa tepung pelet atau pelet butiran. Tepung pelet dapat dicebarkan langsung ke kolam, sedangkan pelet butiran halus perlu dihancurkan terlebih dahulu, baru ditebarkan. Setiap hari jumlah pakan yang diberikan 750 g/100.000 ekor larva pada minggu ke-1 dan 1 kg/100.000 ekor larva pada minggu ke-2. Pada minggu-minggu berikutnya, jumlah pakan yang diberikan ditambah masing-masing 500 g.
Sambil memberi pakan tambahan, pengontrolan rutin juga perlu dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menjaga jangan sampai pada sesuatu hal yang tidak diinginkan, baik kolam, pengairan, maupun ikan yang dipelihara. Beberapa hal berikut perlu mendapat perhatian.
1)         Pemeriksaan  pematang  perlu  secara  rutin  agar  bila  ada  kebocoran dapat segera diperbaiki. Cara memperbaikinya dengan menginjak tanah tersebut atau menutupnya dengan tanah dari tempat lain. Apabila bocoran terlalu besar, sebaiknya pematang tersebut dibongkar dahulu, setelah itu ditutup lagi dengan tanah. Semua ini dilakukan agar ketinggian air kolam dapat dipertahankan, kesuburan air dapat dijaga, dan benih-benih yang dipelihara tidak hanyut keluar kolam.
2)         Air harus selalu mengalir agar kualitasnya tetap baik (terjaga), sirkulasi berjalan dengan baik, dan oksigen dapat disuplai secara kontinu.
3)     Ikan perlu dikontrol secara rutin pula agar perkembangannya dapat diketahui setiap hari. Apabila ada ikan yang terkena penyakit dapat segera dilakukan tindakan pencegahan agar tidak menular ke ikan-ikan lainnya. Bila kondisi ini dibiarkan, tentunya akan menimbulkan kematian total. Pencegahan sederhana yang bisa dilakukan dan tidak memerlukan biaya dengan cara menyurutkan air kolam sampai ketinggian 10 - 15 cm selama 4 - 6 hari dan membiarkan air kolam terkena sinar matahari lebih banyak agar suhu air meningkat. Diharapkan dalam suhu air yang meningkat tersebut bibit penyakit akan mati sehingga ikan pun akan sembuh. Namun, bila serangan penyakitnya parah, kolam harus segera dikeringkan, ikan dipanen dan ditampung dalam bak penampungan benih untuk dilakukan pengobatan. Cara pengobatannya akan dibahas lebih lanjut dalam Bab 5.
Apabila selama pemeliharaan larva di kolam tidak ditemukan kendala atau tidak ada gangguan, benih yang dipanen dapat mencapai ukuran ¼ - ½  inci. Cara memanen ikan sebagai berikut.
1)     Air kolam disurutkan sampai ketinggian  10 - 20 cm. Sambil menunggu surut, penangkapan benih pun telah dapat dilakukan agar saat kering sisa ikan yang dipanen hanya sedikit.
2)     Bila air kolam sudah surut, benih ditangkap dengan alat yang disebut waring. Benih ditampung dalam ember besar, kemudian ditampung dalam hapa yang dipasang tidak jauh dari tempat panen.
3)     Setelah semua ditangkap, benih dalam hapa dipindahkan ke bak penampungan benih yang ada di hatchery. Benih dibiarkan dahulu semalam. Saat memindahkan benih, diusahakan jangan sampai ada lumpur yang terbawa karena dapat mengotori bak penampung benih.

8.  Pemeliharaan benih
Pemeliharaan benih mempakan kegiatan memelihara benih yang berasal dari tempat pemeliharaan larva (dari akuarium atau kolam) yang berukuran l/4 - 1/2 inci sampai benih siap dipelihara di kolam pendederan. Tahapan kegiatan mulai dari persiapan kolam, penebaran benih sampai benih dipanen tidak jauh berbeda dengan tahapan pemeliharan larva di kolam. Perbedaannya terletak pada padat tebar benih, yaitu cukup 60 - 70 ekor/m2. Pemeliharaan benih cukup dilakukan selama 21 hari dan biasanya benih yang dihasilkan berukuran 1 - 1,5 inci dengan kelangsungan hidup dapat mencapai 90 %.

9.  Penanganan benih
Bila sudah dibiarkan semalam, biasanya benih sudah segar kembali dan kondisinya sudah pulih. Langkah selanjutnya adalah seleksi benih, penghitungan benih, penyucihamaan, pemberokan, dan pengangkutan.

a.  Seleksi  benih
Seleksi benih dilakukan untuk memisahkan antara benih yang berukuran besar dengan benih yang berukuran kecil. Masing-masing ukuran ditampung dalam bak yang berbeda. Pemisahkan benih berdasarkan ukuran tersebut mempunyai tujuan agar dalam satu kolam hanya berisi benih dengan ukuran seragam sehingga tidak ada persaingan dalam makanan dan bila dijual, akan mendapat harga yang layak karena  ukurannya seragam.
Seleksi benih ikan bawal dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu seleksi manual dan seleksi dengan alat.

1).  Seleksi manual
Seleksi manual artinya menyeleksi benih tanpa menggunakan alat atau dengan kata lain langsung mengunakan tangan. Cara ini efektif digunakan bila jumlah benihnya sedikit. Bila benihnya banyak, cara ini kurang praktis karena akan memerlukan banyak waktu dan tenaga.
Cara seleksi manual yaitu benih ditangkap dengan memakai sekup net halus, kemudian diletakkan di atas bak lain yang Sudah ada airnya, tangan kiri memegang gagang sekup net dan tangan kanan memilih ikan, benih berukuran besar langsung dimasukkan dalam bak tadi, sedangkan benih berukuran lebih kecil dimasukkan ke bak lain. Seleksi ini dilakukan sampai benihnya habis.

2).  Seleksi dengan alat
Alat yang umum digunakan berupa ayakan yang dapat terbuat dari bambu atau aluminium, dengan ukuran mess (lubang ayakan) cergantung dari ukuran benih - untuk benih hasil dari pemeliharaan larva, digunakan mess berukuran 1 cm. Cara ini dapat dilakukan baik untuk benih dalam jumlah banyak maupun sedikit. Seleksi dengan alat mudah dilakukan serta tidak memerlukan banyak waktu dan tenaga.
Cara seleksi menggunakan alat sebagai berikut. Benih ditangkap dengan sekup net. Jumlah benih yang diambil jangan terlalu banyak agar benih tidak rusak. Ayakan diletakkan dalam bak lain yang telah berisi air dan belum ada ikannya. Masukkan benih ke dalam ayakan dan dibiarkan beberapa saat. Benih yang berukuran kecil akan keluar dengan sendirinya. Adapun benih yang besar akan tertampung dalam ayakan, kemudian dimasukkan dalam bak lain. Perlakuan itu dilakukan berkali-kali sampai benih habis.

b.  Penghitungan benih
Benih dihitung setelah diseleksi. Tujuannya untuk mengetahui jumlah benih yang dihasilkan selama pemeliharaan. Dengan diketahui jumlahnya, dapat diketahui pula keuntungan usaha tersebut bila benih akan dijual.  Menghitung benih bawal hasil dari kolam pemeliharaan larva dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu penghitungan langsung dan penghitungan volumetrik.

1).  Penghitungan langsung
Penghitungan langsung adalah cara menghitung benih dengan menggunakan tangan. Caranya, benih dicangkap dengan sekup net, kemudian diletakkan dalam air pada bak yang belum ada ikannya. Tangan kiri memegang gegang sekup net dan tangan kanan menghitung benih. Penghitungan ini lebih praktis dilakukan dalam per lima (masing-masing 5 ekor), bukan satu-satu. Dengan penghitungan seperti ini, hasil penghitungan lebih akurat,  tetapi cara ini kurang cocok bila benihnya sangat banyak.



2).  Penghitungan volumetric
Penghitungan volumetrik didasarkan pada volume atau isi benih yang ada. Penghitungan cara ini sangat cocok untuk benih yang berjumlah banyak karena tidak memerlukan banyak tenaga dan waktu. Cara penghitungan volumetrik sebagai berikut. Ambillah beberapa sampel benih dengan menggunakan alat yang masing-masing volumenya sama, misalnya 1 gelas. Masing-masing sampel dihitung jumlah benihnya, kemudian hasilnya dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah sampel. Setelah itu, akan ditemukan jumlah rata-rata benih dalam  1  gelas. Bila sudah diketahui jumlahnya, ambillah benih seluruhnya secara bertahap dengan menggunakan sekup net, kemudian ditumpahkan dalam gelas. Cara ini dilakukan terus sampai benihnya habis. Nantinya akan ditemukan volume benih secara keseluruhan. Untuk mengetahui jumlah keseluruhan, kalikan jumlah rata-rata dalam satu gelas dengan volume total. Benih yang sudah dihitung dimasukkan dalam bak yang berbeda. Jumlah benih tersebut dicatat agar tidak lupa.

c.  Penyucihamaan
Penyucihamaan merupakan usaha untuk menghilangkan dan mencegah adanya penyakit dalam tubuh benih. Hal ini dilakukan agar benih terbebas dari penyakit sehingga bila akan dipelihara lagi atau dijual ikan dalam keadaan sehat. Di samping itu, biasanya benih yang baru dipanen banyak yang terluka akibat goresan alat tangkap. Luka tersebut harus disembuhkan terlebih dahulu sebelum benih dipelihara lagi atau dijual.
Ada dua cara sederhana yang bisa dilakukan untuk menyucihamaan benih, yaitu perendaman dan pencelupan.

1).  Perendaman
Perendaman merupakan cara pengobatan dengan cara ikan direndam dalam obat berdosis rendah selama ½ - 6 jam. Ada beberapa jenis obat yang dipakai, seperti kalsium permanganat (PK) dosis 20 mg/1 selama 30 menit, GOLD 100 dosis 2 mg/1 selama 6 jam. Cara perendaman dilakukan sebagai berikut. Bak dilsi air bersih sampai volume tertentu. Timbang obat yang akan digunakan sesuai dengan dosis dan larutkan ke dalam 1/2 ember air bersih. Masukkan larutan tersebut ke dalam bak dan aduk sampai rata, lalu masukkan ikan dan biarkan beberapa waktu sesuai dengan anjuran. Bila sudah selesai, buang air dalam bak hingga  1/4 bagiannya. Isi bak dengan air baru sampai mencapai ketinggian semula dan biarkan air tersebut mengalir terus. Perlu diingat bahwa selama perendaman, air tidak boleh mengalir untuk menyuplai oksigen, dipasang aerator. Cara ini cocok dilakukan untuk benih dalam jumlah banyak.


2).  Pencelupan
Pencelupan merupakan pengobatan dengan cara ikan dicelupkan dalam waktu singkat dalam larutan obat bcrdosis tinggi, Ada beberapa obat yang biasa digunakan di antaranya malachitgreen (MG), methylin blue (MB), dan GOLD 100 dengan dosis 60 mg/1 dalam waktu 10 - 20 detik. Cara pengobatan ini yaitu ambil benih dengan sekup net, lalu celupkan ke dalam larutan obat selama waktu tersebut, kemudian angkat dan masukan ke dalam bak lain yang sudah berisi air bersih.  Demikian  cara  ini dilakukan berulang-ulang sampai benihnya habis. Air dalam bak yang berisi benih yang sudah diobati harus tetap mengalir agar benihnya sehat. Cara ini cocok untuk benih dalam jumlah sedikit, tetapi dapat pula untuk benih dalam jumlah banyak, hanya saja hams dilakukan beberapa kali.

d.  Pemberokan
Pemberokan merupakan kegiatan menyimpan ikan untuk sementara waktu dengan tujuan agar kotoran dalam perut ikan akan berkurang. Biasanya, ikan yang baru dipanen masih banyak mengandung kotoran dalam pemtnya. Bila ikan yang tidak diberokan akan dikirim ke daerah lain, maka kotoran yang keluar dari tubuh ikan dalam mengotori air sehingga kualitas air akan turun. Akibatnya, akan akan mabuk dan mati. Namun, bila pemberokan dilakukan maka hal itu tidak akan terjadi.
Pemberokan biasanya dilakukan dalam bak penampung benih. Selama pemberokan, air dalam bak harus tetap bersih dan mengalir. Di samping itu, selama pemberokan ikan tidak boleh diberi pakan. Pemberokan biasanya dilakukan selama 1 - 2 hari. Bila sudah diberok, ikan siap diangkut untuk jarak jauh.

e.  Pengangkutan
Mengangkut ikan berarti memindah ikan dari satu tempat ke tempat lain. Caranya ada bermacam-macam, tetapi prinsipnya sama, yaitu bagaimana benih yang diangkut tetap hidup sampai ke tempat tujuan. Pengangkutan ikan ada dua sistem, yaitu sistem terbuka dan tertutup. Pengangkutan ini harus dilakukan pada saat suhu udara rendah, yaitu pagi atau malam hari.

1).  Pengangkutan  terbuka
Pengangkutan terbuka merupakan cara mengangkut ikan di mana air dalam wadah angkumya ada kontak langsung dengan udara. Sistem ini hanya bisa dilakukan untuk jarak dekat dan waktu tempuh yang singkat. Alat angkutnya bisa berupa keramba atau ember besar. Untuk mengangkut benih bawal ukuran ½ - ¾  inci dalam jarak 500 m dan waktu angkut 10 menit, satu ember besar atau keramba dapat diisi sebanyak 500 - 1.000 ekor. Air dalam ember atau keramba sebaiknya berupa air bersih dan tingginya hanya ½ bagian.
2).  Pangangkutan tertutup
Pengangkutan tertutup merupakan cara mengangkut ikan dimana air dalam wadah angkutnya cidak ada kontak langsung dengan udara. Oksigen yang dibutuhkan berasal dari cabung gas yang diisikan dalam wadah tersebut. Siscem ini dapat digunakan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat dengan waktu yang singkat maupun jarak jauh dengan waktu yang lama. Wadah angkutnya biasanya berupa kantong plastik dengan lebar 40 - 50 cm, panjang 60 - 80 cm, dan tebal 0,2 - 0,4 mm. Kepadatan benih dalam satu kantong tergantung dari jarak angkut dan waktu yang ditempuh. Untuk jarak 60 km dan waktu tempuh 3 jam, satu kantong dapat diisi benih bawal ukuran 0,5 - 0,75 inci sebanyak  1.000 ekor. Untuk jarak 100 km dan waktu tempuh 6 jam, satu kantong hanya dapat diisi 500 ekor.
Cara mengangkut dengan sistem tertutup sebagai berikut. Siapkan potongan plastik sepanjang 2 meter (plastik tersebut dilipat dan diikat setelah diberi oksigen). Bagian tengah kantong diikat sehingga membentuk 2 bagian. Salah satu bagian dimasukkan ke bagian lain sehingga kantong menjadi dua lapis dengan panjang sekitar 90 cm. Selanjutnya, kantong diisi 20 1 air bersih, lalu dimasukkan benihnya. Setelah itu, kantong diisi oksigen dari tabung sebanyak 20 1 (sama dengan volume air), lalu diikat hingga rapat, jangan sampai ada yang bocor. Oksigen cersebut dapat tahan selama 8 - 10 jam.
Pengangkutan jarak jauh cersebut biasanya menggunakan mobil. Bila akan diangkut dengan pesawat udara, sebaiknya kantong tersebut dikemas dulu dalam kotak sterofoam, lalu dimasukan dalam kardus. Pada bagian luar kardus, perlu diberi label yang berisi jenis, jumlah, dan ukuran ikan serta tanggal pengiriman dan tujuannya agar proses pengiriman lancar dan aman.

B.  Pendederan
Pendederan merupakan kegiatan pemeliharan benih hingga mencapai ukuran 4 inci (25 gram) yang siap dijual sebagai ikan hias atau dipelihara di kolam pembesaran. Kegiatan ini dilakukan dalam dua tahap yaitu, pendederan satu dan pendederan dua. Masing-masing tahap dilakukan di kolam selama 21 hari. Pendederan bawal sebaiknya dilakukan dengan sistem monokultur (yang dipelihara hanya bawal saja) karena kebiasaan bawal yang mengganggu ikan lainya, terutama ikan yang lebih kecil.
Berdasarkan jenis kegiatannya, pendederan bawal meliputi persiapan kolam, penebaran benih, pemberian pakan tambahan, pengontrolan, dan pemanenan.

1).  Persiapan kolam
Persiapan kolam pendederan pada prinsipnya sama dengan persiapan kolam pemeliharaan larva.

2).  Penebaran benih
Penebaran benih dilakukan bila kolam sudah siap. Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam penebaran benih, yaitu waktu penebaran, ukuran benih, padat tebar, dan cara penebaran. Waktu penebaran sebaiknya pada pagi hari, saat suhu air masih rendah. Bila dilakukan pada siang hari, suhu air sudah tinggi (panas) sehingga dapat menyebabkan benih menjadi stres. Ukuran benih yang ditebar harus seragam agar perbedaan ukuran benih dalam pemeliharaan selanjutnya ridak berbeda jauh. Adanya perbedaan ukuran dapat menyebabkan benih yang kecil akan diganggu oleh benih yang besar. Padat benih di kolam pendederan satu sekitar 40 - 60 ekor/m2  dan di kolam pendederan dua antara 20 - 30 ekor/m2 . Cara penebaran benih harus dilakukan hati-hati agar tidak banyak yang mati. Cara penebaran yang baik yaitu wadah pengangkut didekatkan dengan permukaan air, biarkan air kolam masuk dalam wadah pengangkut agar suhu air dalam wadah pengangkut sesuai dengan air kolam. Setelah suhu sama, tuangkan benih ke dalam kolam sedikit demi sedikit. Usahakan penebaran benih ridak dilakukan di satu tempat, tetapi di beberapa tempat agar benih tersebar merata.

3).  Pemberian pakan tambahan
Setelah 2 - 3 hari ditebar atau bila pakan alami sudah mulai berkurang, benih diberi pakan tambahan berupa tepung pelet atau pelet butiran. Tepung pellet dapat langsung ditebar ke kolam, sedangkan pellet butiran harus dihancurkan dulu sebelum ditebar. Pemberian pakan tambahan ini sebaiknya dilakukan 3 kali sehari, yaitu pagi, siang, dan sore hari. Tujuannya agar pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan semua, ridak ada yang terbuang. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 3 % per hari dari berat benih. Benih yang berukuran ¼ - ½  inci rata-rata mempunyai berat 0,5 g/ekor. Bila yang ditebar sebanyak 50.000 ekor maka berat total benih yang ditebar adalah 25 kg. Jadi, jumlah pakan yang diberikan 3/100  X 25 kg = 750 g. Pada minggu kedua, jumlah pakan ditingkatkan menjadi 1 kg/hari. Pada minggu ketiga, diringkatkan menjadi 1,5 kg/hari dan minggu keempat ditingkatkan lagi menjadi 2,25 kg/hari.

4).  Pengontrolan
Setiap hari sebaiknya dilakukan pengontrolan terhadap kolam, pengairan, dan kondisi ikan. Bila ada bocoran pada pematang segera diperbaiki agar ketinggian air dan kesuburan kolam dapat dipertahankan. Air yang masuk ke kolam harus kontinyu dengan debit air sekitar  0,25 - 0,50 1/dtk. Air ini uncuk mengganti air yang hilang akibat penguapan. Kondisi ikan juga harus selalu dikontrol agar bila ada yang sakit dapat segera ditangani,  baik dengan pencegahan maupun pengobatan.   

5).  Pemanenan
Masa pemeliharaan bawal di kolam pendederan ini sebaiknya tidak terlalu lama, maksimal 1 bulan, karena keadaan kolam sudah tidak cocok lagi, Oleh karenanya, bawal harus dipanen. Pemanenan bawal dilakukan dengan cara menyurutkan air secara perlahan-lahan sampai 10 - 20 cm. Benih ditangkap sedikit demi sedikit dengan menggunakan waring. Benihnya dimasukkan ke dalam ember dan ditampung dalam hapa yang dipasang tidak jauh dari tempat panen. Bila sudah ditangkap semua, benih dipindahkan ke bak penampungan benih yang ada di hatchery untuk ditangani lebih lanjut. Bila kondisinya baik dan tidak ada kendala, benih yang di hasilkan dari pendederan satu dapat mencapai panjang 2 - 3 inci (5  g),  sedangkan benih  dari pendederan  dua  dapat  mencapai 4 - 5 inci dengan berat rata-rata 25 g/ekor.
Penanganan benih dari kolam pendederan prinsipnya hamper sama dengan penanganan benih dari kolam pemeliharaan larva. Bedanya terletak pada seleksi benih dan pengangkutan. Dalam menyeleksi btnth, ukuran ayakan yang digunakan lebih besar. Ayakan untuk seleksi benih dari pendederan satu dengan ukuran ayamannya 3 cm, sedangkan untuk seleksi benih dari pendederan dua, berukuran 5 cm.
Kepadatan benih bila akan diangkut juga berbeda. Untuk benih dari hasil pendederan satu, dalam satu kantong plastik diisi 300 - 400 ekor, sedangkan benih dari pendederan dua, satu kantong plastik diisi 200 - 300 ekor.

C.  Pembesaran
Pembesaran merupakan kegiatan pemeliharaan benih dari hasil pendederan (ukuran 4 inci atau 25 g) sampai mencapai konsumsi atau sampai calon induk. Masa pembesaran biasanya lebih lama dibanding pendederan, yaitu berkisar 4 - 5 bulan atau tergantung dari kebutuhan pasar. Setelah masa tersebut, ikan bawal biasanya sudah mencapai ukuran konsumsi, yaitu 400 - 500 g/ekor. Sama seperti pendederan, pembesaran bawal pun dimulai dengan persiapan kolam. Persiapannya melipuri pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan canah dasar, pembuatan kemalir, pengapuran, pemupukan, dan pengairan.
Ukuran bawal yang dipanen untuk ikan konsumsi
Apabila kolam sudah siap, benih pun ditebar pada pagi hari. Padat tebarannya antara 25 - 50 ekor/m . Setiap hari, ikan diberi pakan tambahan berupa pelet sebanyak 3 % per hari atau pakan diberikan secara adlibitum atau diberikan bila ikan terlihat lapar. Biasanya, ikan yang lapar akan menghampiri orang yang datang. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan 3 kali sehari, yaitu pagi, siang, dan sore hari.
Selain pemberian pakan tambahan, pengontrolan terhadap kolam, pengairan, maupun ikannya harus juga dilakukan. Setelah mencapai ukuran konsumsi, ikan segera dipanen. Cara panen dan penanganan Ikan lebih lanjut sama dengan benih hasil pendederan.










































BAB V
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT



Dalam budidaya ikan, adanya serangan hama dan penyakit merupakan salah satu kendala yang sering dihadapi. Kendala inilah yang paling ditakuri petani karena harapan untuk memperoleh keuntungan bisa pudar. Walaupun sama-sama merugikan, tetapi kerugian yang diakibatkan oleh serangan penyakit lebih besar dibanding kerugian karena hama.
Ada dua cara pengendalian hama dan penyakit yang bisa dilakukan, yaitu pencegahan dan pengobatan. Pencegahan merupakan upaya untuk menjaga agar tidak terjadi serangan, sedangkan pengobatan merupakan upaya untuk mengobati ikan-ikan yang sakit agar sembuh. Dari kedua cara tersebut, pencegahan merupakan cara yang paling efektif dibanding pengobacan karena biayanya lebih murah dan tidak ada efek sampingan terhadap ikan dan orang yang mengonsumsi ikan.

A.  Pencegahan dan Pengobatan Secara Umum
Meski tidak begitu besar kerugian akibat hama, tetapi adanya hama tetap harus dicegah. Ada beberapa cara untuk mencegah hadirnya hama, di antaranya yaitu :
1)     kolam dikeringkan sampai tanah dasarnya retak-retak,
2)     dilakukan pengapuran saat persiapan kolam,
3)     pada pintu pemasukan air dipasang saringan.
Adapun cara mencegah serangan penyakit dapat dengan beberapa cara, di antaranya yaitu
1)     mengeringkan kolam untuk memotong siklus hidup penyakit,
2)     melakukan pengapuran saat persiapan kolam agar penyebab penyakit bisa mati,
3)     menjaga kondisi ikan agar tetap sehat dan tidak stress,
4)     menjaga kondisi lingkungan hidup agar sesuai kebutuhan ikan
5)     mengurangi kepadatan ikan untuk mencegah kontak langsung antar-ikan, menghindari terjadinya penurunan kadar oksigen dalam air, serta mengikatnya kadar NH3,
6)     memberi pakan tambahan yang cukup, tetapi tidak berlebihan
7)     mencegah terjadinya luka pada tubuh ikan dengan penanganan yang baik,
8)     mencegah  masuknya binatang pembawa penyakit,  seperti burung, siput, dan lain-lain.
Walaupun usaha pencegahan sudah dilakukan, tetapi terkadang ikan yang dipelihara masih bisa terserang hama maupun penyakit Bila hal itu terjadi, jalan terakhirnya adalah dengan melakukan  pengobatan. Ada beberapa cara pengobatan yang dapat dilakukan di antaranya pengobatan melalui air kolam, perendaman, makanan dan langsung pada ikan.

1).  Melalui air kolam
Cara ini dilakukan dengan mencampurkan obat pada air kolam yang berisi ikan yang sakit. Namun, sebelum ditebarkan, volume air kolam harus diketahui dahulu agar dosis obat yang diberikan sesuai dengan anjuran.

2).  Melalui perendaman
Dalam perendaman, ikan yang sakit harus dipanen dahulu, kemudian direndam dalam larutan obat dengan dosis sesuai anjuran.

3).  Melalui makanan
Pengobatan melalui makanan atau sistem oral dilakukan dengan memberi pakan yang sudah diberi obat tertentu pada ikan yang sakit.

4).  Melalui ikan langsung
Pengobatan langsung pada ikan yang sakit dilakukan dengan cara mengolesi obat pada tubuh ikan, terutama tubuh bagian luar, seperti sisik, kepala, atau mata.

B.  Pencegahan dan Pengobatan Secara Khusus

1.  Hama
Kehadiran hama dapat berasal dari luar maupun dari dalam artinya hama tersebut sudah ada di dalam kolam. Secara umum, hama yang biasa menyerang ikan bawal ridak berbeda dengan hama yang menyerang ikan tawar lainnya. Beberapa jenis hama tersebut yaitu notonecta, ucrit, belut, dan ular.

a.  Notonecta
Notonecta di Jawa Barat disebut bebeasan (beas = beras, bhs Sunda) karena bentuk binatang ini menyerupai beras dan mempunyai bintik putih. Notonecta memiliki lima pasang kaki. Tiga pasang kaki di bagian belakang digunakan untuk berenang, sedangkan dua pasang di bagian depan digunakan sebagai alat penyengat. Hama ini biasanya menyerang benih, terutama yang berukuran kecil. Serangannya dapat mematikan karena mangsanya dijepit.
Notonecta sangat menyenangi perairan yang banyak mengandung bahan organik dan terdapat tanaman air yang membusuk. Binatang ini biasa bergerak turun naik ke permukaan air untuk mengambil oksigen dari udara. Apabila perairan yang ditempati kurang cocok, binatang ini akan berpindah ke kolam lain dengan cara terbang.
Oleh karena bisa terbang maka sampai saat ini pencegahan notonecta masih sulit dilakukan. Cara terbaik yang dilakukan yaitu dengan mengurangi jumlahnya. Caranya dengan mengurangi kandungan bahan organik di kolam dan membuang tanaman air yang ada. Jika populasi hama ini sangat banyak maka dilakukan pemberantasan dengan cara menyiram minyak tanah sebanyak 5 1/1000 m2 air kolam.

b.  Ucrit
Larva cybister sering menyerang ikan air tawar di Jawa Barat. Oleh masyarakat Jawa Barat, larva ini lebih populer dengan nama ucrit. Ucrit  memiliki badan seperti ulat, badannya kaku,  tetapi dapat bergerak dengan cepat. Tubuhnya berwarna agak kehijauan. Ciri khas binatang ini adalah di bagian kepala memiliki taring sebagai alat penjepit mangsa dan di bagian ekornya memiliki alat penyengat. Serangan binatang ini lebih berbahaya dibanding notonecta karena dalam sehari dapat menyerang beberapa ikan. Cara penyerangannya dengan menjepit perut benih sampai robek. kemudian benih dimangsanya.
Lingkungan hidup yang disenangi ucrit hampir sama dengan notonecta, yaitu perairan yang banyak mengandung bahan organik, seperti adanya jerami dan rerumputan. Larva cybister yang sudah dewasa akan bermetamorfosis menjadi kumbang berwarna hitam. Kumbang ini akan cerbang dari kolam satu ke kolam lainnya.
Keberadaan ucrit dapat dicegah dengan beberapa cara, seperti mengurangi kandungan bahan organik di kolam dan melakukan persiapan kolam yang baik. Adapun pemberantasannya dapat dilakuan dengan menggunakan obat yang disebut Decis dengan dosis 2 mg/1.

c.  Belut
Belut merupakan jenis ikan yang banyak ditemukan di sawah-sawah. selain di sawah, beluc juga ditemukan dipematang-pematang kolam sehingga seringkali menyebabkan kebocoran pematang. Belut biasanya aktir pada malam hari, terutama dalam mencari makan, sedangkan pada siang hari lebih suka di lubang-lubang. Binatang ini termasuk karnivoran (pemakan daging). Makanan yang paling disukai adalah cacing. Selain itu, juga dapat memangsa ikan. Satu ekor belut mamang tidak banyak makan ikan, tetapi bila jumlahnya banyak, ikan yang dimangsanya juga bisa banyak. Oleh karenanya, binatang ini juga harus diberantas atau dicegah. Cara yang paling sederhana adalah dengan mengeringkan, kemudian lubang-lubangnya dibongkar, kemudian ditutp kembali. Bila ada belutnya segera dibunuh. Cara lainnya adalah melapisi pematang dengan anyaman bambu sehingga belut yang ada dalam pematang tidak bisa keluar.
d.  Ular sawah
Ular sawah merupakan sejenis ular yang biasa hidup di sawah-sawah. Kepalanya kecil dan bagian perutnya lebih besar. Bagian atas tubuh berwarna cokelat seperti tanah sawah dan bagian bawahnya berwarna putih. Selain di sawah. binatang ini sering juga ditemukan di saluran-saluran air. Ular sawah akrif pada malam hari, termasuk mencari makan, sedangkan pada siang hari bersembunyi di lubang-lubang. Makanan kesukaannya adalah binatang yang ukurannya lebih kecil dari mulutnya. seperti anak katak. ikan. dan binatang lainnya. satu ekor ikan dapat memakan ikan ukuran 2 - 3 cm sampai 10 ekor. Pencegahan ular sawah dapat dilakukan dengan memagar pematang dengan pagar bambu yang rapat. Sedangkan pemberantasan ular dilakukan dengan membunuh ular yang masuk ke kolam pemeliharan.

2.  Penyakit
Penyakit adalah organisme yang hidup dan berkembang dalam tubuh ikan sehingga organ cubuhnya terganggu. Dengan terganggunya salah satu bagian tubuh maka terganggu pula anggota tubuh lainya. Demikian juga. akcivitas hidupnya terganggu. seperti gerakan, perna pasan, ataupun napsu makan. Serangan penyakit yang parah dapat menimbulkan kematian total sehingga kerugian tak dapat dihindari.
Timbulnya penyakit pada ikan dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu lingkungan,  kondisi ikan,  dan adanya bakteri patogen. Ketiga faktor tersebut saling berhubungan, misalnya lingkungan memburuk maka kehidupan ikan akan terganggu dan penyakit lebih mudah menyerang. Ada beberapa penyakit yang biasa menyerang ikan bawal yaitu jamur, bintik putih, dan trichodiniasis.

a.  Jamur
Penyakit jamur pada ikan bawal disebabkan oleh jamur Saprolegnia sp. dan Achlya sp. Selain menyerang bawal, Saprolegnia juga menyerang hampir semua jenis ikan air tawar, termasuk telurnya. Saprolegnia memiliki bentuk tubuh seperti benang halus, berwarna putih atau kadang berwarna cokelat. Pada serangan yang parah, benang tersebut tampak lebih panjang, banyak, dan padat. Penyakit ini biasa menyerang tubuh bagian luar, seperti kepala, tutup insang, sirip, dan bagian luar lainya.
Bentuk tubuh Achlya mirip dengan Saprolegnia, tetapi jumlah sporanya lebih banyak dan bercabang-cabang sehingga bila serangannya parah, benang tersebut tampak lebih banyak dan padat dibandingkan Saprolegnia.
Timbulnya penyakit jamur dapat disebabkan oleh penanganan ikan yang kurang baik. Di samping itu, kurangnya pakan, suhu air dan kandungan oksigen yang rendah, kualitas telur yang kurang baik, serta kepadatan telur yang terlalu tinggi juga dapat menjadi penyebab timbulnya penyakit ini.
Penyakit jamur dapat dicegah dengan beberapa cara, di antaranya dengan menjaga kualitas air agar tetap baik, menangani ikan atau telur dengan baik, memberi pakan tambahan yang cukup, dan tidak menebarkan telur yang terlalu padat. Apabila telah terjadi serangan, pengobatan dapat dilakukan dengan cara merendam ikan atau telur dalam malachitgreen 1 mg/1 selama 1 jam atau larutan Nad 5 g/1 selama 15 menit.

b.  Penyakit bintik putih
Penyakit bintik putih (white spot) pada ikan bawal dan ikan air tawar lainnya biasanya disebabkan oleh parasit Ichthyopthirius mulcifilus.  Parasit  ini  termasuk  protozoa yang  memiliki  bulu  getar. Penyakit ini bisa menyerang hampir semua jenis ikan air tawar, terutama benihnya.
Ikan yang terserang penyakit ini ditandai dengan adanya bintik-bintik putih pada permukaan tubuh sehingga bagian tersebut akan berwarna pucat. Tanda lainya yaitu ikan sering menggosok-gosokan tubuhnya pada dasar dan dinding kolam, serta sering terlihat megap-megap dan selalu berkumpul di sekitar air masuk.
Faktor pendukung timbulnya penyakit bintik putih yaitu kualitas air yang buruk, suhu air yang rendah (di bawah 24° C), ketersediaan pakan yang kurang, dan terkontaminasi ikan liar. Penularan dapat terjadi akibat kontak langsung antara ikan dan aliran air.
Usaha pencegahan terhadap penyakit bintik putih yaitu dengan cara menjaga kualitas air tetap baik, mempertahankan suhu air 28° C, dan menggunakan alat yang bersih. Adapun pengobatan yang dilakukan bila ikan telah cerserang yaitu dengan merendam ikan dalam larutan formalin 25 ml/m2 yang dicampur dengan malachitgreen oxalate 0,15 g/m2 air selama 24 jam. Cara lain yang lebih praktis dan murah adalah dengan menyurutkan air kolam sampai 10 cm agar suhu air naik di atas 28° C. Keadaan ini dibiarkan selama 2 - 4 hari.

c.  Trichodiniasis
Penyakit trichodiniasis disebabkan oleh parasit yang disebut Trichodina sp. Trichodina termasuk parasit yang tergolong dalam Filum Ciliophora karena mempunyai silia (rambut-rambut getar). Bentuk tubuhnya seperti piring atau topi yang diselimuti silia di bagian ujung tubuhnya. Panjang tubuhnya sekitar 50 u, (milimikron).
Parasit Trichodina dapat menyerang hampir semua jenis ikan air tawar dan beberapa jenis ikan air laut. Biasanya, bagian yang diserang adalah organ tubuh bagian luar, seperti kulit, strip, dan insang. Cara menyerangnya dengan menempelkan tubuhnya pada organ tubuh yang menjadi sasarannya. Ikan yang terserang ditandai dengan adanya luka atau kerusakan pada organ yang diserang dan disenai dengan infeksi sekunder. Tanda klinisnya tidak tampak karena ukuran tubuhnya sangat kecil sehingga cara mendiagnosisnya hanya dengan mikroskop.
Usaha pencegahan terhadap penyakit ini dengan memberi pakan tambahan yang cukup dan bergizi tinggi, filterisasi, dan menaikan suhu air (dengan menyurutkan air kolam sampai 10 - 15 cm). Adapun pemberantasan yang dapat dilakukan dengan merendam ikan yang terserang dalam larutan NaCI 500 - 1000 mg/1 selama 24 jam atau dalam larutan formalin 25 mg/1 selama 24 jam.



DAFTAR PUSTAKA



Anonimous, Beberapa Penyakit pada Ikan Air Tawar dan Cara Penanggulangannya (Bogor: International Development Research dan Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, 1990).

_____, "Colossoma si Bawal Air Tawar", Techner, No. 03, Tahun I, 1992.

_____, "Membesarkan Benih Bawal Air tawar", Techner, No. 03, Tahun I, 1992.

_____, 'Mengatasi Penyakit pada Ikan", Suara Karya, 1 Juli 1997.

_____, "Moina, Pakan Alternatil Pengganti Artemia", Suara Karya, 7 Okcober 1998.

_____, "Pembenihan Bawal Airfl'awar", TecfinCT, No. 03, Tahun 1992.

CE, Boyd, Water Quality Management for Pond Fish Cvltw (Amterdam: elsevier Scientific Publishing Company, 1982).

Rochimah, Dewi, "Pengaruh Tingkat Pemberian Nauplius Artemia Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Bawal Air Tawar (Coiossoma macropomum Cuvier 1818)", Universitas Padjadjaran, Bandung.

Setiyono, "Teknik Pemeliharaan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) dengan Manipulasi Lingkungan di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi, Jawa Barat", UNDIP Semarang.

Zonevelt N. et al, Prinsif-prinsif Budidaya Ikan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991)










Tidak ada komentar:

Posting Komentar