Assalamulaikum

Ikan Koi BDP (jangan lupa kasih pakan klik kolamnya, ikan laper belum makan 2 hari)

Jumat, 11 April 2014

Budidaya Rumput Laut dan Pengelolahannya



BUDIDAYA RUMPUT LAUT DAN PENGELOLAHANNYA

 

I  PENDAHULUAN


Rumput laut atau sea weeds sangat populer dalam dunia perdagangan. Dalam dunia ilmu pengetahuan rumput laut dikenal sebagai Algae.
Rumput laut tumbuh dan tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia. Tumbuhan ini bernilai ekonomis penting karena penggunaannya sangat luas dalam bidang industri kembang gula, kosmetik, es krim, media cita rasa, roti, saus, sutera, pengalengan ikan/daging, obat-obatan, dan batang best untuk solder/las. Jenis-jenis yang bernilai ekonomis penting adalah Acantthopeltia, Gracilaria, Gelidella, Gelidium, Pterrocclaidia sebagai penghasil agar-agar; Chondrus, Eucheuma, Gigartina, H^pnea, Iriclaea, Phyllophora sebagai penghasil karaginan; Furcellaria sebagai penghasil furcelaran; dan Ascophyllum, durvillea, Ecklonia, Turbinaria sebagai penghasil alginat.
Selain itu, rumput laut juga memberi nilai tambah rumah tangga. Manisan rumput laut,misalnya, dibuat dari jems Eucheuma yang berguna bagi kesehatan. Jenis ini dapat memperlancar system pencemaan makanan, di samping banyak mengandung vitamin dan mineral.
Di Indonesia, pemanfaatan rumput laut yang terbesar adalah sebagai bahan ekspor dalam bcntuk rumput laut kering. Sejak tahun 1985—1-989, volume ekspor rumput-laut keiing Indonesia masih-tetap saja keeilr-yaitu -30,6 %, 38,9 %,9,6 % dan 5,4 %. Sehingga rata-rata ekspor pada periode itu adalah 8.939,379,2 kg/tahun. Kenyataan ini menunjukkan prospek ekspor rumput laut Indonesia di masa datang semakin cerah.
Mengingat perairan Indonesia berpotensi besar untuk budidaya rumput laut yang disertai teknik yang mudah, penanganan pascapanen yang sederhana, dan modalnya yang kecil, maka para petani/nelayan semakin giat mengembangkannya. Sebagat rnisal, budidaya rumpuUautdiBali, tahun 1985 hanya menghasilkan kira-kira 19.000 ton , tetapi dari hasil inventarisasi sampai tahun 1989 telah mencapai 78.118,8 ton dengan areal budidaya seluas 184 ha, dari areal potensial seluas 1.500 ha. Di samping Bali, masih banyak lagi daerah di Indonesia yang berpotensi sebagai areal budidaya rumput laut. Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur yang luas arealnya masing-masing. merupakan daerah areal budidaya rumput lautnyft. Dengan demikian jelaslah bahwa potensi ekspor rumput laut Indonesia cukup besar. Hal im terlihat juga angka permintaan selama tahun 1984 - 1989, yaitu setiap tahunnya rata-rata mencapai 21,8 %. Namun angka ini masih kecil bila dibandingkan dengan peranan negara lain dalam hal memasok pesanan rumput laut kering dunia. Indonesia baru mampu memasok pesanan rumput laut dunia sebesar 13,1 %. Rendahnya permintaan ini diantaranya di sebabkan oleh kegiatan produksi yang kurang baik.
Masalah di atas yang menyangkut teknik budidaya dan pemasaran yang harus dipecahkan dalam usaha pengembangan produksi rumput laut antara lain sebagai berikut.
a)     Kualitas rumput laut Hasil panen alam biasanya berkualitas rendah karena sering mengandung pasir, karang, garam, dan campuran jenis rumput lainnya, serta kandungan air cukup tinggi.
b)    Prasarana dan sarana
b)Jalan, tenaga listrik, air bersih, dan laboratorium yang berpotensi untuk usaha budidaya rumput laut umumnya belum tersedia di lokasi penghasil.
c)     Pengolahan rumput laut
Kurangnya industri pengolahan rumput laut dalam negeri mengakibatkan impor bahan-bahan hasil olahan rumput laut terutama agar-agar semakin meningkat.
d)   Tingkat keterampilan petani
Petani merupakan pelaku utama dalam usaha budidaya rumput laut. Karena itu,diperlukan bimbingan teknologi untuk mereka. Pada kenyataannya saat ini, keterampilan petani dalam usaha budidaya rumput laut masih terbatas, di samping akibat dan prasarana dan sarana, serta tenaga ahli di bidang rumput laut yang belum banyak jumlahnya.
e)   Hama dan penyakit
Hama jenis ikan karang dan penyakit ice-ice sampai saat ini masih belum dapat diatasi.
f)    Pemasaran hasil
Lokasi budidaya yang saling berjauhan dan jauh dari lokasi pusat pengumpulan hasil menyebabkan harga di tingkat petani tidak stabil, bahkan terkadang sangat rendah. Keadaan ini dapat mengakibatkan petani enggan mengusahakan rumput laut.


II

MENGENAL RUMPUT LAUT


Algae atau ganggang terdiri dari empat kelas, yaitu Rhodophyceae (ganggang merah), Phaeophyceae (ganggang cokelat), Chlorophyceae ( ganggang hijau ), dan Cyanophyceae ( ganggang hijau-biru ). Pembagian ini berdasarkan pigmen yang dikandungnya. Bila dilihat dari ukurannya, ganggang terdiri dari mikroskopik dan makroskopik. Ganggang makroskopik inilah yang kita kenal sebagai rumput laut.
Rumput laut dikenal pertama kali oleh bangsa Cina kira-kira tahun 2700 SM. Di masa itu, rumput laut digunakan untuk sayuran dan obat-obatan. Pada tahun 65 SM, bangsa Romawi menggunakannya sebagai bahan baku kosmetik. Namun, dari waktu ke waktu pengetahuan tentang rumput laut pun semakin berkembang. Spanyol, Prancis, dan Inggris menjadikan rumput laut sebagai bahan baku pembuatan gelas, sedangkan Irlandia, Norwegia, dan Scotlandia mengolahnya menjadi pupuk tanaman.
Rumput laut memang telah lama dikenal dan dimanfaatkan, tetapi publikasinya baru dimulai pada abad ke-17 oleh Jepang dan Cina. Jepang dan Cina merupakan bangsa yang maju dalam bidang rumput laut, baik produksi maupun pemanfaatan rumput laut.
Kapan pemanfaatan rumput laut di Indonesia tidak diketahui. Hanya pada waktu bangsa Portugis datang ke Indonesia kira-kira tahun 1292, rumput laut telah dimanfaatkan sebagai sayuran. Pengiriman rumput laut ke luar negeri pun belum diketahui secara pasti. Dari catatan yang ada hanya mengatakan bahwa sebelum PD II Indonesia telah mengekspor rumput laut ke Amerika,  Denmark, dan Prancis. Rumput laut yang diekspor adalah dari jenis Gracilaria. Namun, hingga kini rumput laut yang banyak diminta adalah jenis Eucheuma sp, Gracilaria sp, dan Gelidium sp.

A.  Kandungan dan Manfaat

Pada mulanya orang menggunakan rumput laut hanya untuk sayuran. Waktu itu tidak terbayang zat apa yang ada di dalam rumput laut. Yang diketahui hanyalah rumput laut yang tidak berbahaya untuk dimakan. Dengan berjalannya waktu, pengetahuan tentang rumput laut pun semakin berkembang. Orang pun semakin tahu zat apa yang terkandung dalam rumput laut. Pengetahuan itu digunakan agar rumput laut dapat bermanfaat seoptimal mungkin.
Rumput laut yang banyak dimanfaatkan adalah dari jenis ganggang merah karena mengandung agar-agar, keraginan,  porpiran, maupun furcelaran. Untuk jenis-jenis yang ada di Indonesia (lihat Tabel 2) selain hanya mengandung agar-agar dan karaginan, juga mengandung  pigmen fikobilin,  terdiri dari fikoeretrin danfikosianin, merupakan cadangan makanan berupa karbohidrat (Floridean starch).
Sebenarnya tidak hanya ganggang merah saja yang dapat dimanfaatkan, jenis dari ganggang cokelat pun potensial untuk dibudidayakan, seperti Sargassum dan Turbinaria. Ganggang cokelat mengandung pigmen klorofil a dan c; beta karotin; violasantin dan fukosantin; pirenoid dan filakoid (lembaran fotosintesis); cadangan makanan berupa laminarin; dinding sel yang terdapat selulose dan algae. Selain bahan-bahan tadi, ganggang merah dan cokelat merupakan bahan makanan yang baik sebagai penghasil jodium (Tabel 1).

TABEL 1. KANDUNGAN UNSUR-UNSUR MIKRO PADA GANGGANG MERAH DAN COKELAT.

Unsur

Kisaran Kandungan Dalam % Berat Kering

Ganggang Merah

Ganggang Cokelat
Klor
Kalium
Natrium
Magnesium
Belerang
Silicon
Fosfor
Kalsium
Besi
Iodium
Brom
1,5 – 3,5
1,0 – 2,2
1,0 – 7,9
0,3 – 1,0
0,5 – 1,8
0,2 – 0,3
0,2 – 0,3
0,4 – 1,5
0,1 – 0,15
0,1 – 0,15
0,005
9,8 – 15,0
6,4 – 7,8
2,6 – 3,8
1,0 – 1,9
0,7 – 2,1
0,5 – 0,6
0,3 – 0,6
0,2 – 0,3
0,1 – 0,2
0,1 – 0,8
0,03 – 0,14

Sumber : Winarno, 1990

Agar-agar

Masyarakat pada umumnya mengenal agar-agar dalam bentuk tepung yang biasanya digunakan untuk pembuatan puding. Akan tetapi, orang tidak tahu secara pasti apa agar-agar itu. Agar-agar merupakan asam sulfanik, yaitu ester dari galakto linier dan diperoleh dengan mengekstraksi ganggang Agarophyte (ganggang yang mengandung agar-agar). Telah diketahui, agar-agar bersifat tidak larut dalam air dingin, tetapi larut dalam air panas.
'Dewasa ini penggunaan agar-agar semakin berkembang, yang dulunya hanya untuk makanan saja sekarang ini telah digunakan dalam industri tekstil, kosmetik, dan lain-lain. Fungsi utama agar-agar adalah sebagai bahan pemantap, bahan penolong atau pem- buat emuisi, bahan pengental, bahan pengisi, dan bahan pembuat gel Kelebihan ini digunakan dalam beberapa industri antara lain sebagai barikut.

Media pertumbuhan mikroba

Agar-agar yang ditambahkan zat gizi tertentu sangat baik untuk tempat pertumbuhan mikroba, seperti bakteri dan jamur. Zat yang ditambahkan tergantung dari jenis mikroba yang ditumbuhkan. Agar-agar ini mempunyai persyaratan tersendiri, yaitu kadar air maksimal 5 %, kadar organik asing maksimal 1 %, dan kadar abu tidak larut dalam asam maksimal 1 %.

 

Industri makanan

Penggunaan agar-agar terbanyak adalah pada industri makanan, seperti dalam pembuatan roti, sup, saus, es krim, jelly, permen, serbat, keju, puding, selai, bir, anggur, kopi, dan cokelat.

Industri farmasi
Agar-agar bermanfaat sebagai obat pencahar atau peluntur, pembungkus kapsul obat antibiotik dan vitamin, atau campuran bahan pencetak contoh gigi.

Industri kosmetik
Agar-agar digunakan dalam pembuatan salep, krem, lotion, lipstik, dan sabun.

Industri tekstil
Agar-agar yang bennutu tinggi digunakan untuk melindungi kemilau sutera, sedangkan yang bermutu lebih rendah untuk jenis tekstil lain seperti macao, muslin, dan voil.

Industri kulit
Agar-agar digunakan sebagai pemantap permukaan yang halus dan kekakuan kulit, serta sebagai campuran pembuatan pelekat plywood.

Industri lain
Agar-agar digunakan dalam pembuatan pelat film, pasta gigi, semir sepatu, kertas, serta bantalan transport ikan, pengalengan ikan, dan daging.

Karaginan
Karaginan merupakan senyawa polisakarida tersusun dari unit D-galaktosa dan L-galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1-4 glikosilik. Setiap unit galaktosa mengikat gugusan sulfat. Jumlah sulfat pada karaginan lebih kurang 35,1 %.
Berdasarkan strukturnya, karaginan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu kappa, iota, dan lambda karaginan. Kappa karaginan tersusun dari (1 - > 3) D-galaktosa-4 sulfat dan/(l- > 4) 3,6 anhydro-D-galaktosa. Iota karaginan mengandung 4-sulfat ester pada setiap residu D-glukosa dan gugusan 2 sulfat ester pada setiap gugusan 3,6 anhydro-D-galaktosa. Sedangkan lambda karaginan memiliki sebuah residu disulphated (1-4) D-galaktosa. Perbedaan yang lain adalah daya kelarutan pada berbagai media pelarut (Tabel 2).

TABEL 2. DAYA KELARUTAN KARAGINAN PADA BERBAGAI MEDIA PELARUT.

Medium

Kappa
Iota
Lambda

Air panas

Air dingin



Susu panas
Susu dingin



Larutan gula pekat
Larutan garam pekat
Larut diatas 60 oC
Garam natrium, larut, garam K, Ca, tidak larut


Larut
Garam Na, Ca, K tidak larut tetapi akan mengembang

Panas, larut
Tidak larut
Larut diatas 60oC garam Na, larut garam Ca memberi dispersi thixotropic

Larut
Tidak larut



Larut, sukar
Larut, panas
Larut
Larut



Larut
Larut



Larut, panas
Larut, panas
Sumber : Moraina, 1977 dalam Winarno, 1990.

Kegunaan karaginan hampir sama dengan agar-agar, antara lain sebagai pengatur keseimbangan, bahan pengental, pembentuk gel, dan pengemulsi. Karaginan digunakan dalam beberapa industri, antara lain :
-          makanan : pembuatan kue, roti, makaroni, jam, jelly, sari buah, bir, es krim, dan gel pelapis produk daging.
-          farmasi : pasta gigi dan obat-obatan, serta
-          kosmetik, tekstil, dan cat.


Algin

Algin merupakan polimer mumi dari asam uronat yang tersusun dalam bentuk rantai linear panjang. Selain selulosa, algin juga menyusun dinding sel pada ganggang cokelat. Bentuk algin di pasaran bisa berupa tepung natrium, kalium atau amonium alginat yang larut dalam air maupun tepung kalsium atau asam alginat yang tidak larut dalam air.
Kegunaan algin dalam industri ialah sebagai bahan pengental, pengatur keseimbangan, pengemuisi, dan pembentuk lapisan tipis yang taharrterhadap minyak. Algin antara lain digunakan dalam industri :
-          Makanan : pembuatan es krim, serbat, susu es, roti, kue, permen, mentega, saus, pengalengan daging, selai, sirup dan puding,
-          Farmasi : tablet, salep, kapsul, plester, filter,
-          kosmetik : cream, lotion, sampo, cat rambut, serta
-          tekstil, kertas, keramik, fotografi, insektisida, pestisida, dan bahan pengawet kayu.

B.  Jenis-jenis yang Ekonomis

Rumput laut yang hidup di perairan Indonesia tidak semuanya bermanfaat bagi manusia. Seperti telah dikemukakan bahwa jenis dari ganggang merah merupakan jenis yang komersial dan ganggang cokelat merupakan ganggang yang potensial untuk dikembangkan. Sebenarnya masih ada jenis-jenis dari ganggang hijau yang juga telah digunakan manusia sebagai sayuran. Jenis penghasil ganggang yang paling baik dibudidayakan adalah Gracilaria karena mudah diperoleh, harganya murah, dan yang terpenting dapat menghasilkan agar-agar tiga kali lipat disbanding jenis yang lain. Ada dua jems lagi yang cukup baik untuk dibudidayakan, yaitu jenis Gelidium dan Hypnea.

Sumber karaginan yang terbanyak didapat dari jenis Chondrus crispus. Namun, jenis ini tidak dapat hidup di Indonesia karena untuk hidupnya memeriukan suhu yang dingin. Jenis rumput laut di Indonesia yang menghasilkan karaginan dapat dilihat pada Tabel 3. Jenis yang potensial untuk dibudidayakan adalah jenis Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum. Seperti halnya Chondrus crispus yang tidak terdapat di Indonesia, jenis yang banyak menghasilkan algin juga tidak dapat hidup di perairan Indonesia. Jenis itu antara lain Macrocystis pyrifera, Laminaria byperborea, L. digitata, L. japonica, Ascophyllum nogosum, Ecklonia maxima, dan Eisenia bycyclis. Meskipun demikian, ada beberapa jenis dari marga Sargassum dan Turbinaria yang bisa tumbuh di Indonesia dengan hasil algin yang cukup memuaskan.


TABEL 3. JENIS-JENIS RUMPUT LAUT DI INDONESIA YANG BERNILAI EKONOMI DAN KANDUNGANNYA.
Nama Ilmiah
Nama Daerah
kandungan
RHODOPHYCEAE
1.   Acanthophora sp.
2.   Corallopsis minor
3.   Eucheuma cottonii
4.   Eucheuma edule

5.   Eucheuma muricatum

6.   eucheuma spinosum



7.   Eucheuma striatum
8.   Gelidiopsis rigida
9.   Gelidium sp.


10. Gracilaria coronopifolia
11. Gracilaria lichenoides
12. Gracilaria sp.


13. Gracilaria taenoides
14. Gymnogongrus javanicus
15. Hypnea cerviorni

16. Hypnea sp.

17. Sarcodia montegneana

PHAEOPHYCEAE
1.   Dictyota dichotoma
2.   Hormophysa sp.
3.   Hydroclathrus clathratus
4.   padina australis
5.   sargassum siliquosum
6.   Turbinaria conoides

CHLOROPHYCEAE
1.   Caulerpa peltata
2.   caulerpa racemosa

3.   caulerpa sarrulata
4.   Caulerpa sertulariodes
5.   chaetomorpha crasa
6.   codium tomentosum
7.   Ulva lactuca
8.   Ulva reticulata

Bulong tombong hideng (Lombok)
Bulung (Bali)

Agar-agar besar (Kep.seribu), agar-agar halus (Makasar)
Agar-agar geser (Seram), geranggang (lombok)
Agar-agar geser (Seram), agar-agar kasar (ujung pandang), agar-agar patah tulang (Kep,Seribu), agar-agar kembang (Sulawesi tengah).

Sangan (lingga),
intip-intip kembang karang (banten), sangau (Riau), bulung ayam (bali), sayur laut (Ambon), kades (Indonesia).

Duyung (Bangka)
Agar-agar halus (Ind.timur, kep, seribu), rambu kasang (jawa barat), bulung sangu (Bali)
Duyung janggut (bangka)

Bulung budur (Madura), sasangan pasir (Bawean)
Bulong jaja (Bali), sangu (tuban), paris (Ind).
Bebiri (Lombok)







Agar-agar daun besar (Kep. Seribu)
Oseng-oseng (Kep. Seribu), boboyot (Lombok)
Labi-labi (Sulawesi)


Lata (Bangka)
Lailai (Ind), lelato (lombok), tawali kecil (Ternate), bulung buni (Bali)



Laur-laur (Sulawesi), susu lopek (Lombok),
Selada laut
Selada laut

Agar-agar

Kappa karaginan
Karaginan

Karaginan

Iota karaginan, agar-agar




Agar-agar
Agar-agar


Agar-agar
Agar-agar
Agar-agar


Agar-agar

Karaginan, agar-agar

Karaginan, agar-agar







Algin
Algin

C.  Ekologi dan Penyebaran Rumput Laut Ekologi
Semua makhluk hidup memerlukan tempat tumbuh untuk menunjang kehidupannya. Tempat tumbuh rumput laut berfungsi untuk tempat menempel agar tahan terhadap terpaan ombak. Kebanyakan tempat menempel rumput laut berupa karang mati atau cangkang moluska walaupun dapat juga berupa pasir atau lumpur.
Selain memerlukan tempat menempel, rumput laut juga memerlukan sinar matahari untuk dapat melangsungkan fotosintesis. Banyaknya sinar matahari yang masuk dalam air berhubungan erat dengan kecerahan air laut. Ada batas-batas tertentu untuk kejernihan air. Kejemihan air kira-kira sampai batas 5 meter atau batas sinar matahari bisa menembusi air laut. Tempat hidup Chlorophyceae umumnya lebih dekat dengan pantai, lebih ke tengah lagi Phaeophyceae, dan yang lebih dalam lagi Rhodophyceae. Pengukuran kedalaman secara umum untuk rumput laut yang baik adalah pada waktu air surut. Pada waktu surut, kedalaman rumput laut berada 30 - 50 cm dari permukaan air.
Fotosintesis berlangsung tidak hanya dibantu dengan sinar matahari, tetapi juga zat hara sebagai bahan makanannya. Tidak seperti tumbuhan pada umumnya, yang zat haranya tersedia di dalam tanah, zat hara rumput laut diperoleh dari air di sekelilingnya. Bila diamati secara seksama akan terlihat bahwa rumput laut tidak berakar. Sedangkan bagian yang menyerupai akar hanya berfungsi sebagai pelakat saja.
Penyerapan "zat hara dilakukan melalui seluruh bagian tanaman. Selama ini, ketersediaan zat hara tidak menjadi factor penghambat untuk pertumbuhan tanaman. Artinya, zat hara yang ada di laut masih cukup, bahkan masih berlebihan untuk kebutuhan rumput laut. Hal ini dapat terjadi karena adanya sirkulasi yang baik, run-off dari darat, dan gerakan air. Melihat hal ini, maka bila akan membudidayakan rumput laut, kita tidak perlu menyediakan zat hara. Akan tetapi, kita harus waspada terhadap unsur-unsur yang diserap oleh rumput laut karena rumput laut dapat juga menyerap logam berat seperti Pb dan Hg. Logam berat ini tidak berbahaya bagi tanaman, tetapi sangat berbahaya bagi manusia. Untuk mencegah hal itu, alangkah baiknya sebelum membudidayakan rumput laut kita uji kualitas air lebih dahulu.
Gerakan air, selain berfungsi untuk mensuplai zat hara, juga membantu memudahkan rumput laut menyerap zat hara, membersihkan kotoran yang ada, dan melangsungkan pertukaran C02 dengan 02 sehingga kebutuhan oksigen tidak menjadi masalah. Gerakan air mengalir (arus) yang baik untuk pertumbuhan rumput laut antara 20 - 40 cm/detik. Sedangkan gerak air yang bergelombang 9ombak), tinggi ombaknya harus tidak lebih dari 30 cm. Bila arus air lebih cepat maupun ombak yang terlalu tinggi, dapat dimungkinkan terjadi kerusakan tanaman, seperti dapat patah, robek, ataupun terlepas dari substratnya. Selain itu, penyerapan zat hara akan terhambat karena belum sempat diserap, tetapi telah dibawa kembali oleh air, dan air laut menjadi keruh.
Pertumbuhan rumput laut juga dipengaruhi oleh salinitas atau kadar garam dan temperatur. Ada 2 golongan rumput laut berdasarkan kisaran salinitas : rumput laut yang stenohalin, hidup dan tumbuh pada perairan dengan kisaran salinitas yang sempit; serta rumput laut yang euryhalin,  hidup dan tumbuh pada perairan dengan kisaran salinitas yang lebar. Temperatur yang baik untuk pertumbuhan rumput laut antara 20 - 28° C. Walaupun demikian, adajuga yang dapat hidup di luar kisaran, misalnya Phorphyra. Furcellaran, Chondrus, dan Laminaria karena hanya dapat hidup di ikiim subtropis sampai dingin.
Perkembangan rumput laut tidak lepas dari pengaruh luar, terutamajenis yang lain. Hubungan itu ada yang merugikan dan ada yang menguntungkan. Misalnya Eucheuma bersaing denga ulva dan Enteromorpha dalam mencari makan, tetapi dapat hidup tanpa gangguan dengan Caulerpa,  Padina, Sargassum, Turbinaria, Hypnea, dan Gracilanu. Sedangkan predator untuk rumput laut adalah ikan-ikan herbivora, penyu, dan bulu babi.
Penyu merupakan salah satu predator rumput laut

Daerah penyebaran

Rumput laut pertama kali ditemukan hidup secara alami bukan hasil budidaya. Mereka tersebar di perairan sesuai dengan lingkungan yang dibutuhkannya. Bila akan memilih lokasi untuk budidaya, kita harus mengetahui dulu daerah penyebaran rumput laut. Dengan telah adanya rumput laut di tempat itu berarti "daerah itu cocok untuk jenis tersebut. Namun demikian, lokasi untuk budidaya belum tentu merupakan daerah penyebaran secara alami. Tabel 4 memperlihatkan daerah penyebaran rumput laut secara alami/sedangkan daerah yang potensial untuk budidaya rumput laut dapat dilihat pada tabel 5.

TABEL 4. DAERAH PENYEBARAN RUMPUT LAUT DI INDONESIA
Jenis
Lokasi
CHOLOROPHYCEAE
1.   Caulerpa racemosa
2.   caulerpa sertularioides
3.   Caulerpa serrulata
4.   caulerpa peltata
5.   ulva reticulate
6.   ulva lactuca
7.   codium tomentosum
8.   chaetomorpha crasa

PHAEOPHYCEAE
1.   Dictyota dichotoma
2.   Hormophysa sp
3.   hydroclathcus clathatus
4.   padina australis
5.   sargassum siliquosum
6.   turbinaria conoides

RHODOPHYCEAE
1.   Acanthophora sp.
2.   corallopsis minor
3.   eucheuma cottonii
4.   Eucheuma edule

5.   eucheuma muricatum
6.   eucheuma spinosu

7.   eucheuma striatum
8.   gelidiopsis rigida
9.   gelidium sp.
10. Gracilaria coronopifolia
11. gracilaria ilchenoides
12. Gracilaria sp.

13. gracilaria taenoides
14. Gymnogongrus javanicus
15. Hypnea cerviorni
16. Hypnea sp.
17. Sarcodia montegneana

Kep. Seribu, jawa tengah, lombok, NTT, maluku
Kep. Seribu, maluku, sumba, sumatera utara, P. komodo, jawa tengah.
Kep. Seribu, Kep. Tukang besi, jawa tengah, timor, maluku, irian.
Bangka, sulawesi, kep. Seribu, maluku.
p. komodo, kep, seribu, jawa tengah, kep. Take bone rate
P. sulu, P. Kei, Sulawesi, jaea tengah, lombok, sumba banda
Sulawesi, lombok maluku
Maluku


Kep. Seribu, sulawesi, kep. Kangean, bali, p. komodo
Sumatera utara
Jawa, Kalimantan, sulawesi, timor, sumbawa, kep seribu.
Jawa, sumatera, ambon, suma, sulawesi, kep. Seribu
Jawa, sulawesi, p. kei, sumatera utara, lombok, aru, irian.
Jawa, sumatera, sulawesi, irian, maluku, flores.


Kep. Kangean, lombok, sumatera utara, kep. Seribu, dobo, bawean.
Bali
Bali, maluku, sulawesi tengah, selat alas, sumba.
Kep. Seribu, jawa tengah, bali madura, sumatera utara, riau, sulawesi, maluku, lombok, P. komodo.
Seram, p. komodo, bali, sulawesi, kep. Seribu.
Sumatera utara, riau, sulawesi tenggara, sulawesi tengah, kep. Seribu, maluku, jawa tengah, bali, NTT, NTB.
Kep seribu.
Lingga
Jawa, ambon, riau, sumatera utara, bali, NTB, NTT.
Sumatera utara, jawa tengah.
Bangka, maluku, NTB.
Pantai selatan jawa barat, jawa tengah, jawa timur, sulawesi, Kep. Seribu, Kep. Tukang besi, Bali, NTT.
Bangka
Bangka
Riau, jawa tengah, NTT, maluku, bali.
Kalimantan, jawa, bali, maluku, NTT, NTB.
Lombok.




III

BUDIDAYA

A.  Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi merupakan langkah pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan usaha budidaya rumput laut. Pada tahap ini, diperlukan pertimbangan-pertimbangan mengenai ekologi, teknis, kesehatan, sosial, dan ekonomi, serta ketentuan dari peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Di samping itu, perlu juga dipertimbangkan pengembangan sektor lain, seperti perikanan, pertanian, pelayaran, pariwisata, pertambangan, pengawetan dan perlindungan sumber daya alam, serta kegiatan alam lainnya.
Dalam pemilihan lokasi ini, ada perbedaan syarat kondisi antara lokasi untuk budidaya Eucheuma dan budidaya Gracilaria. Persyaratan tersebut adalah sebagai berikut.
1.  Syarat-syarat pemilihan lokasi budidaya rumput laut secara umum adalah sebagai berikut.
-          Lokasi budidaya rumput laut harus bebas dari pengaruh angin topan.
-          Lokasi sebaiknya tidak mengalami fluktuasi salinitas yang besar.
-          Lokasi budidaya yang dipilih harus mengandung makanan untuk tumbuhnya rumput laut.
-          Perairan harus bebas dari pencemaran industri maupun rumah tangga.
-          Lokasi perairan harus berkondisi mudah menerapkan metode budidaya.
-          Lokasi  budidaya  harus  mudah  dijangkau  sehingga biaya transportasi tidak terlalu besar.
-          Lokasi budidaya harus dekat dengan sumber tenaga kerja.

2.   Syarat-syarat pemilihan lokasi budidaya jenis Eucheuma adalah sebagai berikut.
a.     Letak lokasi budidaya sebaiknya jauh dari pengaruh daratan. Lokasi yang langsung menghadap laut lepas sebaiknya terdapat karang penghalang yang berfungsi melindungi tanaman dari kerusakan akibat ombak yang kuat. Ombak yang kuat juga akan menyebabkan keruhnya perairan lokasi budidaya sehingga mengganggu proses fotosintesis. Di samping itu, akan timbul kesulitan pada tahap-tahap penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan.
b.    Untuk memberi kemungkinan terjadinya aerasi, lokasi budidaya harus bergerakan air cukup. Di samping terjadi aerasi, gerakan air yang cukup juga menyebabkan tanaman memperoleh pemasokan makanan secara tetap, serta terhindar dari akumulator debu air dan tanaman penempel.
c.     Bila menggunakan metode lepas dasar, dasar lokasi budidaya harus agak keras, yaitu terbentuk oleh pasir dan karang.
d.    Lokasi yang dipilih sebaiknya pada waktu surut yang masih digenangi air sedalam 30-60 cm. Ada dua keuntungan dari genangan air ini, yaitu penyerapan makanan dapat berlangsung terus manerus, dan tanaman terhindar dari kerusakan akibat sengatan matahari langsung.
e.     Perairan lokasi budidaya sebaiknya ber-pH antara 7,3-8,2.
f.     Perairan yang dipilih sebaiknya ditumbuhl komunitas yang terdiri dari berbagai jenis makro-Algae. Bila perairan sudah ditumbuhi rumput laut alami, maka daerah inicocok untuk pertumbuhannya.
Lokasi penanaman rumput laut ditepian pantai. Jauh dari pengaruh daratan.

3.  Syarat-syarat pemilihan lokasi budidaya jenis Gracilaria adalah sebagai berikut.
  1. Untuk lokasi budidaya di tambak, dipilih tambak yang berdasar perairan lumpur berpasir. Dasar tambak yang terdiri dari lumpur halus dapat memudahkan tanaman terbenam dan mati.
  2. Agar salinitas aimya cocok untuk pertumbuhan Gracilaria, sebaiknya lokasinya berjarak 1 km dari pantai.
  3. Kedalaman air tambak antara 60 - 80 cm.
  4. Lokasi tambak harus dekat dengan sumber air tawar dan laut.
  5. Derajat keasaman (pH) air tambak optimum  antar 8,2 - 8,7.
  6. Kita dapat menggunakan tambak yang tidak lagi berproduktif untuk udang dan ikan. Penyebaran lokasi potensial bagi pengembangan budidaya rumput laut, dapat dilihat pada tabel 5.



TABEL 5. LOKASI POTENSIAL BAGI PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT
Lokasi
Luas (ha)
Sumatera
-      Sumatera barat, Riau : P. telang besar, pengkil, karas, matak, beliba.
-      Lampung : P. sumut, ketapang
-      Sumatera selatan : bangka belitung
-      Sumatera utara
-      Daerah istimewah aceh
-      Bengkulu

Jawa
-      Jawa barat : teluk banten, pelabuhan ratu, cidaun, cipatujah, pemangpeuh.
-      Jakarta : P. seribu
-      Jawa tengah : Jepara, cilacap, gunung kidul
-      Jawa tirum : pacitan, banyuwangi, sumenep.

Bali
-      P. serangan, tanjung benca, nusa penida, nusa lembongan, nusa dua.

Nusa Tenggara
-      Nusa tenggara timur : tanjung Karoso, warambadi, P. komodo, P. besar maumere, tablolong di timor.
-      Nusa tenggara barat : mariggi, P. Kambing, teluk ekas, teluk saleh, teluk wawaroda.

Kalimantan
-      Kalimantan selatan : P. laut
-      Kalimantan timur : tarakan

Sulawesi
-      Sulawesi tenggara
-      Sulawesi selatan
-      Sulawesi tengah

Maluku
-      Maluku utara : P. limbo, P. doi, P. joronga
-      Maluku tengah : P. geser, seram rei, kirara, kidang, nuhus, grogus, P. tujuh, P. ose.
-      Maluku tenggara : tanjung warilau, Krei baru, meti rotan, watidal, P. nuslima, tanjung kurat, tanjung laut dalam, namtabung, adaut, nuryazat, babar, wetan, masela, sermata, luang, meti miarang, kisar, wetar, lirang, romang, dammar di P. leti.

Irian jaya

500
1.500
300
1.000
150
250
100


500
100
500
300


1.500



6.000

6.000


500
1.000


1.000
500
500

3.000








500

B.  Pengadaan dan Pemilihan Bibit
Bibit rumput laut dapat berasal dari stok alam atau dari hasil budidaya. Keuntungan bila bibit berasal dari stok alam adalah di samping mudah pengadaannya, juga cocok dengan persyaratan pertumbuhan secara alami. Sedangkan kerugiannya adalah bibit sering tercampur dengan jenis rumput laut lain. Bibit yang berasal dari hasil budidaya lebih murni karena hanya terdiri dari satu jenis rumput laut, tetapi bermasalah dalam hal mendatangkannya.

Ciri-ciri bibit yang baik

Mengingat kualitas dan kuantitas produksi rumput laut ditentukan oleh bibit, maka pemilihan bibit ini harus dilakukan secara cermat. Bibit tanaman harus muda, bersih, dan segar agar memberikan pertumbuhan yang optimum. Bibit yang baik berasal dari tanaman induk yang sehat, segar, dan bebas dari jenis lain. Tanaman induk yang sehat dipilih dari hasil budidaya bukan dari stok alam.
Bibit harus muda, dan segar

Pengadaan bibit

Pengadaan bibit ini dapat dengan memanfaatkan sifat-sifat reproduksi vegetatif dan generatif.

Vegetatif
Ambil bagian ujung-ujungnya dan potong kira-kira sepanjang 10 - 20 cm. Dipilih bagian ujung tanaman karena bagian ini terdiri dari sel dan jaringan muda sehingga akan memberikan pertumbuhan yang optimal.
Ada juga petani/nelayan yang tidak perlu susah-susah mengadakan bibit. Mereka mendapatkan tanaman baru dari sisa panen yang ditinggalkan di tempat budidaya. Jadi, mereka memungut hasil dengan cara memotong rumput laut tanpa membuka ikatan. Dan menyisakan bagian tanaman tetap dalam ikatan di lokasi budidaya. Akan tetapi, cara ini akan didapat keraginan yang lebih sedikit karena bibit berasal dari tanaman tua.

Generatif
Di samping kedua cara di atas, ada cara lain dalam pengadaan bibit ini, yaitu dengan memanfaatkan sifat reproduksi generatif tanaman. Mula-mula dipilih tanaman dewasa yang sehat dan segar. Tempatkan tanaman ini dalam bak yang berisi air laut dan kulit kerang, balik semen, jaring, atau benda padat lain yang dapat berfungsi sebagai bahan substrat. Dari tanaman ini akan keluar spora yang selanjutnya menempel pada substrat. Setelah spora menjadi tanaman kecil, maka substrat harus dipindahkan ke lokasi budidaya.


Jumlah bibit yang diperlukan
Bila sumber perolehan bibit sudah ada dan konstruksi untuk budidaya sudah siap di lokasi budidaya, maka bibit harus sudah tersedia dan siap ditanam. Bibit yang disediakan harus cukup, sesuai dengan luas areal budidaya.
Untuk metode lepas dasar, luas tiap petakan budidaya adalah satu are (100 m2) dengan bibit sekitar 240 kg. Sementara untuk metode rakit, rakit berukuran 2,5 X 5 m2 memerlukan bibit sekitar 30 kg. Sedangkan budidaya rumput laut di tambak setiap hektarnya memerlukan bibit Gracilaria antara 800 - 1000 kg.

Perlakuan dan pengangkutan bibit
Bila di daerah sekitar lokasi budidaya tidak terdapat sumber bibit, maka kita harus mendatangkannya dari daerah lain. Untuk menjaga agar kondisi rumput laut tetap segar diperlukan perlakuan-perlakuan tertentu.
Pengangkutan bibit dari lokasi sumber ke lokasi budidaya dapat dilakukan dengan cara pengepakan. Bibit rumput laut disusun dalam kantong plastik secara berselang-seling dengan spons, atau kain, atau kapas yang telah dibasahi air laut. Agar bibit tidak rusak, penyusunan ini jangan dipadatkan. Ikat bagian atas plastik bila sudah penuh, dan buat lubang pada bagian ini dengan cara menusuk-nusukkan jarum. Masukkan plastik ke dalam kotak. Akhirnya bibit siap diangkut lewat darat atau udara. Sedangkan pengangkutan rumput laut dengan perahu atau sampan cukup disimpan di dasar perahu, dan ditutup. Perlakuan seperti itu dimaksudkan agar selama dalam perjalanan bibit tetap lembap atau basah, terhindar dari panas matahari langsung dan panas mesin, tidak terkena air tawar dan air hujan, bibit selalu mendapat sirkulasi udara, serta bibit tidak terkena minyak atau kotoran-kotoran lain.

C.  Penanaman
Penanaman rumput laut berarti suatu kegiatan dimasukkannya bibit rumput laut ke dalam air di lokasi budidaya dengan menggunakan metode lepas dasar, rakit, tali gantung, atau metode tebar. Penanaman dilakukan pada saat bibit masih segar, yaitu segera seteIah pengikatan bibit pada tali ris selesai.

Metode lepas dasar
Luas penggunaan metode lepas dasar ialah satu are atau 10 X 10 m2 untuk satu unit usaha budidaya Eucheuma. Lokasi dengan dasar perairan yang terdiri dari pasir bercampur pecahan karang dan kedalaman waktu surut antara 30 - 60 cm baik untuk budidaya rumput laut dengan menggunakan metode ini. Keuntungan menggunakan metode lepas dasar adalah memberikan pertumbuhan antara 3-6%/hari serta kandungan karaginan dan kekuatan gelnya lebih tinggi daripada metode budidaya lain.
Sebelum dilakukan penanaman, lebih dahulu disiapkan bahan-bahannya, seperti bibit, bambu atau kayu sepanjang satu meter, tali ris bergaris tengah 4 mm, tali ris utama bergaris tengah 8 mm, tali rafia, serta alat bantu lain seperti pisau, palu, dan gergaji. Tali ris merupakan seutas tali yang terbuat dari bahanpolietilen. Setelah semua bahan disiapkan, penanaman dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
-         Beberapa potong thallus seberat kira-kira 100 gram diikatkan pada tali ris sepanjang 3 meter dengan tali rafia. Jarak masing-masing ikatan 20 cm, hingga mengisi tali ris sepanjang 2,4 m. Sisa tali ris digunakan sebagai ikatan tali ris pada tali ris utama. Tahap ini dilakukan di darat pada waktu air sedang surut.
-         Sementara itu di lokasi budidaya, di tancapkan barisan patok yang terbuat dari kayu atau bambu sedalam kira-kira 0,5 meter. Jarak tiap patok dalam barisan antara 0,5 - 1 meter, dan jarak setiap baris adalah 2,5 meter.
-         Patok-patok yang terdapat dalam satu barisan dihubungkan dengan tali ris utama.
-         Tali ris yang berisi bibit tanaman, masing-masing direntangkan di lokasi budidaya kemudian diikatkan pada tali ris utama.
Bibit yang telah diikat dengan tali ris siap untuk ditanam

Metode rakit
Metode rakit cocok untuk lokasi dengan kedalaman waktu surut lebih dari 60 cm. Cara ini digunakan bila tidak terdapat perairan yang memenuhi syarat untuk metode lepas dasar. Metode ini juga digunakan sebagai perbanyakan bibit tanaman. Satu unit budidaya Eucheuma dengan metode rakit ditentukan sebanyak sepuluh rakit yang disusun dengan formasi 2 x 5 rakit. Penanaman dilakukan segera setelah pengikatan bibit selesai dan pada saat laut tidak berombak besar.
Bahan-bahan yang perlu disiapkan adalah bibit tanaman, potongan bambu berdiameter 10 cm, potongan kayu penyiku berdiameter 5 cm, tali rafia, tali pengikat, tali ris berdiameter 4 mm dan 12 mm, serta jangkar dari besi, bongkah batu, atau adukan semen pasir. Adapun tahap-tahap penanamannya adalah sebagai berikut :
-         Potongan kayu dan bambu dirangkaikan dan diikatkan seperti tampak pada gambar. Selanjutnya diberi pemberat dengan cara jangkar diikat pada rakit dengan bantuan tali ris berdiameter 12 mm.
Budidaya rumput laut cara lepas dasar (Foto : Dok. Daskan Bali).

Bertanam rumput laut. Bibit diikat pada tali ris dengan jarak
yang teratur (Foto : Maudy E.)

Penyulaman bibit yang tumbuhnya tidak normal (Foto : Maudy E.).
Areal budidaya rumput laut (Foto : Dok. Trubus).

Budidaya rumput laut metode lepas dasar.

Satu unit usaha budidaya rumput laut dengan metode dasar

-         Sementara itu, beberapa thallus masing-masing dengan berat sekitar 100 gram diikatkan pada tali ris dengan jarak 20 cm. Pekerjaan ini dilakukan di darat pada tempat yang teduh.
-         Akhirnya tali ris yang sudah berisi tanaman diikatkan pada rakit. Pengikatan ini dilakukan di darat. Atau dapat juga pada rakit yang telah disiapkan di lokasi budidaya.
Budidaya rumput laut dengan metode rakit

Metode tali gantung
Perairan yang berkedalaman 5 meter dan dasarnya terdiri dari pasir atau pasir berlumpur cocok untuk budidaya rumput laut dengan metode tali gantung.
Bahan-bahan yang diperlukan adalah berupa bibit tanaman, bambu berdiameter 5 cm, tali ris, tali pengikat, dan bongkahan batu sebagai pemberat. Tahap penanamannya adalah sebagai berikut.
Budidaya rumput laut dengan metode tali gantung

-         Tali ris yang panjangnya kurang dari tinggi konstruksi untuk budidaya direntangkan pada dua potong bambu. Selanjutnya bambu pertama diletakkan di atas konstruksi yang telah dibuat sebelumnya. Sedang bambu kedua menggantung di dalam air hampir menyentuh dasar perairan. Agar lebih jelas, kita dapat melihatnya pada gambar.
-         Dalam kerangka potongan bambu yang menggantung terdapat rentangan tali ris sebanyak 15 utas tali. Sebelum kerangka ini digantungkan pada konstruksi utama, tali ris diperiuhi beberapa potong thallusyang masing-masing seberat kira-kira 100 gram. Potongan thallus diikat dengan tali rafia berjarak 30 cm..
-         Kerangka yang telah berisi bibit tanaman digantungkan pada konstruksi yang telah dibuat.
Metode tebar
Penanaman rumput laut jenis Gracilaria di tambak dilakukan dengan metode tebar. Tambak yang telah dilengkapi pintu masuk dan keluarnya air dikeringkan. Setelah tambak kering, ditaburkan kapuLpertanian agar pH menjadi antara 6,5 - 8. Tujuh hari setelah pengapuran, tambak digenangi air sedalam 70 cm dan dibiarkan selama tiga hari. Kemudian bibit rumput laut ditebarkan
Budidaya rumput laut dengan metode tebar.

secara merata di permukaan air tambak dengan padat penebaran antara 80 - 100 gram/m2 atau 800 - 1000 kg/ha. Bila dasar tambak cukup keras, bibit dapat ditancapkan seperti penanaman padi. Penebaran bibit rumput laut sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, dan pada cuaca teduh.

D.  Pemeliharaan
Memelihara rumput laut berarti mengawasi terus menerus konstruksi budidaya dan tanamannya. Pemeliharaan dilakukan pada saat ombak besar maupun saat laut tenang.
Kerusakan patok, jangkar, tali ris, dan tali ris utama yang disebabkan oleh ombak yang besar, atau daya tahannya menurun harus segera diperbaiki. Bila ditunda akan berakibat makin banyak yang hilang sehingga kerugian yang lebih besar tidak bisa dihindari.
Kotoran atau debu air sering melekat pada tanaman, yaitu saat musim laut tenang. Pada saat seperti ini tanaman harus sering digoyang-goyangkan di dalam air agar tanaman selalu bersih dari kotoran yang melekat. Kotoran yang melekat dapat mengganggu proses metabolisme sehingga laju pertumbuhan menurun. Beberapa tumbuhan penempel, seperti Ulva, Hypnea, Chaetomorpha, Enteromorpha, sering membelit tanaman dan konstruksi budidaya sehingga dapat menimbulkan kerusakan. Tumbuhan seperti ini perlu disingkirkan dengan cara dikumpulkan dan dibuang ke darat. Bulu babi, ikan, dan penyu merupakan hewan-hewan herbivora yang sering memangsa tanaman rumput laut. Serangan bulu babi dapat diatasi dengan cara diusir dari lokasi budidaya. Sedangkan untuk menghindari ikan dan penyu, biasanya dipasang jarring di sekeliling lokasi budidaya.
Untuk jenis Gracilaria yang ditanam di tambak, diperlukan pengontrolan pada saat 15 nari setelah penebaran bibit. Angin dapat menyebabkan tanaman mengumpul di satu tempat pada permukaan air tambak. Perataan kembali letak rumput laut harus segera dilakukan. Pekerjaan seperti ini hams rutin dilakukan sampai tanaman siap panen. Pemberian zat pengatur tumbuh dilakukan satu bulan setelah penebaran bibit dan diulangi satu bulan berikutnya. Setiap hektar diperlukan zat pengatur tumbuh sebanyak 500 cc. Lumut juga perlu disingkirkan karena. Menghalangi sinar matahari yang masuk sehingga pertumbuhan akan terhambat. Cara petani di desa.Sanrobone Sulawesi Selatan, mengatasi lumut ini adalah melepaskan ikan bandeng kecil sebanyak 1.500 - 2.000 ekor/ha. Sesudah lumut habis, bandeng harus dijaring supaya rumput laut tidak terus dimangsa. Pintu-pintu saluran air juga perlu perawatan agar pergantian air mudah dilaksanakan setiap 15 hari sekali Pemupukan secara teratur dilakukan 15 hari sekali, yaitu sesaat setelah penggantian air. Pupuk yang digunakan adalah campuran urea, TSP, dan ZA dengan perbandingan 1:1:1 sebanyak 20 kg/ha atau dengan perbandingan 2:1:1 sebanyak 100 kg/ha.

E.  Pemanenan
Pada tahap pemanenan ini, perlu dipertimbangkan cara dan waktu yang tepat agar diperoleh hasil sesuai permintaan pasar secara kuantitas dan kualitas.
Tanaman dapat dipanen setelah mencapai umur 6 - 8 minggu setelah tanam dengan berat ikatan sekitar 600 gram. Cara memanen rumput laut adalah dengan mengangkat seluruh tanaman ke darat, kemudian tali rafia pengikat rumput laut dipotong. Panen seperti itu dilakukan bila air laut pasang, tetapi bila air sedang surut pemanenan dapat langsung dilakukan di areal tanam. Caranya sama, yaitu dengan memotong tali rafia pengikat rumput laut. Selanjutnya pisahkan antara tanaman yang dipanen dan potongan tali rafia. Panen dengan cara seperti ini memberikan keuntungan, yaitu bila ingin menanamnya kembali dapat. memanfaatkan bagian ujung tanaman yang masih muda sehingga laju pertumbuhannya tinggi. Di samping itu, hasilnya berkandungan keraginan tinggi.
Gracilaria yang dibudidayakan di tambak, dipanen dengan cara rumpun tanaman diangkat dan disisakan sedikit untuk dikembangbiakkan lebih lanjut. Panen pertama dapat dilakukan pada umur 2 – 2,5 bulan sesudah penanaman. Hasil panen diangkut kedarat dengan perahu.
Seperti telah diuraikan, waktu dan cara panen yang tepat sangat penting agar dihasilkan rumput laut yang baik secara kualitas maupun kuantitas. Waktu panen memang cukup bervariasi untuk setiap petani dan lokasi penanaman yang berbeda.
Disaat air laut surut, pemanenan bias langsung dilakukan
di areal tanam  (Foto : Maudy E.).

Pemanenan rumput laut yang dibudidayakan di tambak
(Foto : Pinus Lingga).

Hasil panen rumput laut jenis Eucheuma sp. (Foto : Agus R.).

Hasil panen rumput laut jenis Gracilaria sp (Foto : Pinus Lingga).

Namun, secara umum panen dilakukan pada usia satu bulan. Perbandingan antara berat basah dan kering berkisar 8 : 1. Apabila rumput laut dipanen pada usia dua bulan, perbandingan berat basah dan berat kering adalah 6:1. Selain usia panen, banyaknya hasil yang diperoleh juga erat hubungannya dengan laju pertumbuhan harian rumput laut yang dibudidayakan. Dari beberapa percobaan diperoleh data bahwa laju pertumbuhan harian Eucheuma dan Gracilaria punya nilai yang beragam, yaitu rata-rata 2 - 3 %/hari (lihat lampiran).
Di samping usia panen, cara panen pun sangat beragam. Ada petani rumput laut yang memanen hasil dengan cara petik. Cara ini dilakukan dengan memisahkan cabang-cabang dari tanaman induknya. Selanjutnya tanaman induk ini dipergunakan kembali untuk penanaman berikutnya. Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan mengangkat seluruh rumpun tanaman, seperti yang telah dikemukakan. Sedangkan penanaman berikutnya dapat digunakan ujung tanaman yang masih muda. Antara kedua cara panen tersebut terdapat keuntungan dan kerugian. Cara pertama lebih mudah, tetapi kecepatan tumbuh bibit yang berasal dari tanaman induk lebih rendah dibanding dengan tanaman muda seperti pada cara kedua. Kelebihan cara kedua, selain kecepatan tumbuh bibit lebih tinggi juga karaginan yang dikandung lebih tinggi.
Untuk lebih jelasnya, berikut akan sedikit diulas mengenai hal-hal lain yang perJu diperhatikan daiam tahap pemanenan. Untuk rumput laut yang ditanam di pantai, sebaiknya panen dilakukan pada saat air surut. Ini akan lebih meringankan pekerjaan daripada saat air pasang. Sebelum tahap ini, perm dipersiapkan alat-alat yang diperlukan. Persiapan sebelum dilakukan panen adalah :
-         tenaga kerja,
-         keranjang rotan berukuran sedang tempat hasil rumput laut,
-         perahu (untuk mengangkut hasil panen di tambak),
-         pisau untuk memotong tali pengikat (rafia),
-         timbangan,
-         lokasi tempat penjemuran,
-         karung tempat rumput laut kering, beserta tali pengikatnya, dan
-         gudang tempat penyimpanan rumput laut kering.
Persiapan tersebut dimaksudkan untuk menjaga mutu hasil rumput laut. Sebagai contoh pentingnya mempersiapkan lokasi penjemuran. Lokasi ini perlu dipersiapkan dengan luas yang sesuai dengan banyaknya hasil yang akan dipanen dan kondisinyapun harus bersih. Bila hal-hal penting itu tidak diperhatikan, maka ada kemungkinan rumput laut tidak kering sempurna. Dengan demikian, mutunya pun menjadi rendah. Itulah sebabnya, tahap persiapan sebelum panen perlu diperhatikan. Setelah semua persiapan panen dilengkapi, maka pemanenan dapat segera dilakukan.
Dari satu unit usaha (100 m2) dengan metode lepas dasar dan metode rakit biasanya diperoleh hasil panen masing-masing sekitar 100 kg dan 200 – 250 kg rumput laut kering setiap panen. Sedangkan dari satu hektar tambak Gracilaria biasanya diperoleh hasil panen sekitar 1.500 – 2.000 kg rumput laut kering setiap panen.




















IV
PASCAPANEN

Rumput laut akan bernilai ekonomis setelah mendapat penanganan lebih lanjut. Pada umumnya penanganan pascapanen rumput laut oleh petani hanya sampai pada pengeringan saja. Rumput laut kering masih merupakan bahan baku dan hams diolah lagi. Pengolahan rumput laut kering dapat menghasilkan agar-agar, karaginan, atau algin tergantung kandungan yang terdapat di dalam rumput laut. Pengolahan ini kebanyakan dilakukan oleh pabrik walaupun sebenarnya dapat juga oleh petani.

A.  Pengolahan Menjadi Bahan Baku
Pengolahan rumput laut menjadi bahan baku telah banyak dilakukan para petani. Hasil yang diperoleh sesuai standar perdagangan ekspor. Untuk itu, akan lebih baik bila pengolahan dilakukan secara hati-hati dan diawasi oleh suatu perusahaan.
Langkah-langkah pengolahan rumput laut menjadi bahan baku atau rumput laut kering adalah sebagai berikut.
Hasil panen dimasukan atau dikemas dalam keranjang bambu
untuk diangkut ketempat penjemuran

-         Rumput laut dibersihkan dari kotoran, seperti pasir, batu-batuan, kemudian dipisahkan dari jenis yang satu dengan yang lain.
-         Setelah bersih, rumput dijemur sampai kering. Bila cuaca cukup baik penjemuran hanya membutuhkan 3 hari. Agar hasilnya berkualitas tinggi, rumput laut dijemur di atas para-para dan tidak boleh ditumpuk. Rumput laut yang telah kering ditandai dengan keluarnya garam.
-         Pencucian dilakukan setelah rumput laut kering. Sebagai bahan bakir agar-agar rumput laut kering dicuci dengan air tawar, sedangkan untuk diambil karaginannya dicuci dengan air laut. Setelah bersih rumput laut dikeringkan lagi kira-kira 1 hari. Kadar air yang diharapkan setelah pengeringan sekitar 28 %. Bila dalam proses pengeringan hujan turun, maka rumput laut dapat disimpan pada rak-rak tetapi diusahakan diatur sedemikian rupa sehingga tidak saling tindih. Untuk rumput laut yang diambil karaginannya tidak boleh terkena air tawar karena air tawar dapat melarutkan karaginan.
-         Rumput laut kering setelah pengeringan ke dua, kemudian diayak untuk menghilangkan kotoran yang masih tertinggal.

Pengepakan dan penyimpanan
Rumput laut yang bersih dan kering dimasukkan dalam karung goni. Caranya dengan dipadatkan atau tidak dipadatkan. Bila dipadatkan dalam satu karung dapat berisi 100 kg, sedangkan tidak dipadatkan hanya berisi 60 kg. Rumput laut yang akan diekspor di bagian luar karungnya dituliskan nama barang (jenis), nama kode perusahaan, nomor karung, berat bersih dan hasil Indonesia dengan jelas. Pemberian keterangan ini hanya untuk memudahkan proses pengecekan dalam pengiriman.
Penjemuran kedua, setelah rumput laut dicuci
Standar mutu
Indonesia telah mengekspor mmput laut kering dari marga Eucheuma, Gelidium, Gracilaria, dan Hypnea. rumput laut yang dikirim harus memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan (Tabel 6).
TABEL 6. STANDAR MUTU RUMPUT LAUT KERING UNTUK EUCHEUMA, GELDIUM, GRACILARIA DAN HYPNEA.
Karakteristik
Syarat
Eucheuma
Gelidium
Gracilaria
Hypnea
-       Kadar air maksimal (%)
-       Benda asing maksimal (%)
-       Bau
32

5*)

spesifik rumput laut
15

5**)

spesifik rumput laut
25

5**)

spesifik rumput laut
30

5**)

spesifik rumput laut
*) benda asing disini adalah garam, pasir, karang, kayu dan jenis lain
**) benda asing disini adalah garam, pasir, karang dan kayu
Tempat pengayakan rumput laut untuk membersihkan rumput laut dari kotoran

B.  Pengolahan Agar-agar
Produk agar-agar diperoleh dari ekstraksi satu jenis rumput laut saja atau campuran berbagai macam rumput laut. Umumnya pabrik menggunakan satu macam saja tetapi, Jepang saat ini memproduksi agar-agar dari berbagai jenis rumput laut, yaitu Gelidium amansii 45 %, Gracilaria sp. 15 %, Gelidium japanicum 10 % Gelidium sp. 10 %, Campylaephorasp. 10 %, Acanthopeltis sp. 5 %. Hasil agar-agar dari campuran ini bermutu tidak kalah dengan agar-agar yang dihasilkan dari satu jenis saja. Keberhasilan itu dikarenakan komposisinya sesuai.
Pembuatan agar-agar tidaklah sulit. Peralatan dan bahan mudah diperoleh. Oleh karena itu, sangatlah baik bila petani rumput laut juga mengolah agar-agar. Langkah-langkah pembuatan agar-agar diuraikan di bawah ini dan hasil akhirnya berupa tepung, batangan, atau lembaran. Agar-agar lembaran ini biasa disebut agar-agar kertas.

Pencucian dan pembersihan
Rumput laut dicuci dengan air tawar sampai bersih. Kotoran yang menempel seperti pasir, karang, lumpur, dan rumput laut jenis lain dihilangkan.

Perendaman dan pemucatan
Perendaman dilakukan agar rumput laut menjadi lunak sehingga proses ekstraksi nantinya dapat berjalan dengan baik. Caranya rumput laut direndam dalam air murni sebanyak 20 kali berat rumput laut selama 3 hari. Setelah itu pemucatan dilakukan dengan direndam dalam larutan kaporit 0,25 % atau larutan kapur tohor 5 % sambil diaduk. Setelah 4 - 6 jam, rumput laut dicuci kembali selama 3 jam untuk menghilangkan bau kaporit. Rumput laut yang telah bersih dan pucat dikeringkan selama 2 hari. Sampai tahap ini rumput laut dapat disimpan lebih dulu bila tidak segera diolah.
Pelembutan
Untuk lebih memudahkan ekstraksi, dinding sel perlu dipecah dengan ditambahkan H2S04. Rumput laut direndam dalam H2SO4 selama 15 menit. Banyaknya H2SO4   tergantung jenis rumput laut, yaitu untuk Gracilaria 5 - 10%, Gelidium 15 %, dan Hypnea 25 %. Bila tidak ada asam sulfat dapat digunakan asam asetat, asam sitrat, buah asam atau daun asam. Oleh karena asam sulfat ini cukup berbahaya, maka diperlukan pencucian dengan cara rumput laut direndam dalam air bersih selama 15 menit kemudian ditiriskan.

Pemasakan
Rumput laut dimasak dalam air sebanyak 40 kali berat rumput laut. Setelah mendidih (90 - 100 ± C), kita tambahkan asam cuka 0,5 % untuk memperoleh pH 6 - 7. Bila > 7, pH-nya di turunkan dengan penambahan asam cuka. Dan, bila < 6, ditambahkan NaOH. Pemeriksaan pH dapat dengan memakai kertas pH. Pemasakan ini dilakukan kira-kira 45 menit tetapi dapat juga selama 2 - 4 jam tergantung cara pengadukannya. Proses setelah pemasakan tergantung dari bentuk akhir agar-agar yang diinginkan, yakni berupa batangan, lembaran, atau pun tepung.

Proses pengolahan agar-agar batangan atau lembaran
Pengepresan dan pencetakan
Hasil dari pemasakan kemudian disaring dengan kain belacu dan dipres. Cairan yang keluar ditampung dalam bejana dan dinetralkan dengan penambahan air soda sehingga pH-nya menjadi 7 - 7,5. Bila pH sudah tercapai, cairan kemudian dimasak kembali sambil diaduk. Setelah mendidih, hasilnya dituangkan ke dalam cetakan. Kira-kira 6 jam agar-agar sudah dingin dan membeku. Ampas hasil pengepresan dapat digunakan lagi dengan cara ditambahkan air sebanyak 75% dari jumlah air semula. Kemudian ampas itu dipanaskan dan disaring. Cairan yang keluar dapat digunakan sebagai campuran dalam proses selanjutnya. Sehingga akhirnya ada ampas yang tidak bisa dipakai lagi. Ampas ini dapat digunakan sebagai makanan ternak.

Pendinginan
Cairan yang telah beku didinginkan dalam ruangan pendingan pada suhu -20°C selama 4 - 5 hari. Pendinginan ini dilakukan agar pemadatan benar-benar terjadi dengan sempurna.

Pengeringan
Agar-agar dikeluarkan dari cetakan. Hasil yang diperoleh adalah agar-agar batangan. Bila diinginkan agar-agar berbentuk lembaran, agar-agar batangan dipotong setebal 0,5 cm. Sebagai alat pemotong. dapat digunakan kawat halus dari baja. Agar-agar batangan atau lembaran kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari.

Pengepakan
Agar-agar yang betul-betui kering dimasukkan dalam kantong plastik dengan berat masing-masing 10 gram.
Sebagai contoh, diuraikan mengenai peralatan dan proses pembuatan agar-agar kertas/lembaran yang dilakukan oleh Sub Balai Penelitian Perikanan Laut, Slipi. Bahan yang dipakai untuk membuat agar-agar kertas berupa rumput laut dari jenis Grasilaria sp. Dalam proses pembuatannya, rumpu^t laut ini dicuci dengan air tawar sampai bersih, kemudian direndam dalam air kapur. Setelah 10 menit, dijemur memakai alas dari kain kasa. Lama penjemuran dapat hanya satu hari, tetapi dapat juga sampai tiga hari, tergantung dari intensitas matahari. Prinsipnya, rumput laut benar-benar kering. Proses selanjutnya adalah sebagai berikut.
Rumput laut direbus dengan air tawar sampai sebagian besar
rumput laut hancur.

Setelah masak, rumput laut disaring dengan kain dasa dan fitratnya
Ditampung dalam ember. Fitrat ini kemudian direbus dan dicampur
dengan KOH/KCI untuk menetralisir
Fitrat dengan pH 7 dicetak dalam loyang dan dibiarkan satu hari agar membeku

Fitrat yang telah membeku dikeluarkan dari loyang dan diiris dengan alat
Pemotong sehingga terbentuk lembaran dengan tebal ± 1 Cm.

Setiap irisan dibungkus dengan kain blacu dan dimasukan dalam alat
Pengepresan. Ada berbagai macam alat pengepresan, salah satunya
Seperti gambar diatas. Penggunaannya dengan cara memberi beban
± 60 kg di atas tutupnya.









Akibat pengepresan. Irisan agar-agar menjadi lebih pipih, kemudian
Dijemur sampai kering. Agar-agar yang kering ditandai dengan mudah
Terlepasnya dari kain belacu.

Proses pengolahan agar-agar tepung
Penyaringan dan penggilingan
Agar-agar yang telah masak disaring dengan filter pressfiltrat. Cairan yang keluar ditampung dan didinginkan selama 7 jam. Agar-agar beku dihancurkan dan dipres dengan kain. Hasilnya berupa lembaran-lembaran yang kemudian diangin-anginkan. Lembaran-lembaran kering dipotong kira-kira 3 x 5 mm, kemudian dimasukkan dalam alat penggiling atau grinder. Hasil penggilingan adalah agar-agar tepung.

Pengepakan
Agar-agar tepung dimasukkan dalam kertas glasin yang dilapisi lilin, atau dapat juga dimasukkan dalam plastik kemudian dibungkus dengan kertas. Untuk jelasnya berikut disajikan skema pembuatan agar-agar, baik tepung maupun batangan
Standar mutu
Agar-agar yang diperdagangkan harus memenuhi standar industri Indonesia. Tabel 7 memperlihatkan standar mutu agar-agar.

TABEL 7. STANDAR MUTU AGAR-AGAR
Spesifik
Standar mutu
Kadar air
Kadar abu
Kadar karbohidrat sebagai galakton
Logam berbahaya, arsen
Zat warna tambahan
15 – 12 %
maksimal 4 %
minimal 30 %
negative
yang diinginkan untuk makanan dan minuman

C.  Pengolahan Karaginan
Pengolahan karaginan masih jarang dilakukan. Padahal prosesnya hampir sama dengan pengolahan agar-agar. Kalau pada waktu ekstraksi untuk mendapatkan agar-agar memakal asam, maka untuk mendapatkan karaginan memakal basa. Bila penanganan pascapanen telah sempurna. proses selanjutnya dapat dilakukan secara sederhana untuk skala rumah tangga dan dapat juga dilakukan untuk skala industri.

Produksi karaginan untuk skala rumah tangga
  1. Rumput laut direndam dalam air tawar selama 12 - 24 jam, kemudian dibilas dan ditiriskan.
  2. Setelah bersih rumput laut direbus dalam air dengan perbandingan rumput laut dengan air sebesar 1 : 15. suhu 120°C selama 15 menit Perebusan memakai pressure cooker. Selanjutnya dilakukan perebusan lagi tanpa tekanan pada suhu 100°C selama 2 - 3 jam.
  3. Rumput laut yang lunak dihancurkan dengan blender dan ditambahkan air panas (90°C). Perbandingannya 1 : 30. Hasilnya disaring dengan kain kasa halus.
  4. Filtrat diendapkan dengan menambahkan metil alkohol dengan perbandingan 2,5 : 1, bisa juga dengan menambahan alkohol 90 %, atau membekukannya pada suhu -10°C - 6°C selama 24 - 48 jam.
  5. Endapan yang bercampur alkohol disaring dengan kain kasa. Hasil saringan ini masih berupa karaginan basah. Filtrat yang beku perlu dicairkan dahulu untuk selanjutnya disaring lagi.
  6. Karaginan  basah  dikeringkan  selama  3 - 4  hari.  Tepung karaginan dapat diperoleh setelah proses penggilingan. Berikut skema pembuatan karaginan untuk skala rumah tangga.



Produksi karaginan untuk skala industri
  1. Rumput laut  dicuci  dengan  air  tawar  kemudian  dikeringkan sampai kadar air menjadi 15 - 25%.
  2. Rumput laut kering diekstraksi dengan ditambah air panas dan kalsium hidroksida atau natrium hidrosikda. Selama ekstraksi terjadi penghancuran dan hasilnya berupa pasta. Penghancuran ini bertujuan untuk memperluas permukaan rumput laut sehingga proses pelarutan karaginan akan lebih mudah.
  3. Pasta selanjutnya dimasukkan ke tangki atau bejana dan dipanaskan selama 24 jam pada suhu 90 - 95 °C.
  4. Setelah itu dipindahkan ke tangki lain atau bejana dan   dipanaskan selama 24 jam pada suhu 90°  - 95°C.
  5. Setelah mendidih disaring dengan filter aid atau tanah diatomea. Hasilnya disaring lagi dengan filter pres.
  6. Filtrat yang dihasilkan dipompa ke dalam tangki yang berisi isopropil alkohol dan akan didapatkan serat karaginan.
  7. Serat karaginan dipress, kemudian dicuci dengan alkohol segar dan dipress lagi.
  8. Lembaran karaginan yang didapat dikeringkan dengan rotary dryer. Untuk mendapatkan tepung karaginan lembaran tersebut digiling. Berikut skema pembuatan karaginan untuk skala industri

Standar mutu
Indonesia belum mempunyai standar mutu karaginan. Standar mutu yang dikenal adalah EEC Stabilizer Directive dan FAO/WHO Specification. Tepung karaginan mempunyai standar 99% lolos saringan 60 mesh, tepung yang terendap alkohol 0,7 dan kadar air 15% pada RH 50 dan 25% pada RH 70.

D.  Pengolahan Algin
Pengolahan algin belum ada di Indonesia. Namun, berikut ini disajikan produksi pengolahan algin yang bahan bakunya menggunakan ganggang jenis Macrocystis pyrifera.
  1. Rumput laut dicuci dan dilarutkan dalam alkali (umumnya natrium karbonat). Tujuannya untuk memisahkan selulosa dengan larutan natrium alginat.
  2. Larutan natrium alginat ditambahkan asam sulfat atau asam klorida dengan hasil algin dalam bentuk endapan asam alginate atau garam kalsium. Dari endapan garam kalsium, bisa diperoleh asam alginat dengan pencucian asam.
  3. Asam-asam alginat ini kemudian diberi larutan basa dan diperoleh hasil akhir berupa garam algin dan air.
  4. Hasil ini selanjutnya dikeringkan, digiling, dianalisa dan dicampur dengan bahan kimia lain agar didapat jenis dan mutu algin.

Standar mutu
Standar mutu secara umum dari algin adalan t»er-pH 3,3 - 10, viskositas 10 - 5000 cps per 1 % larutan air, kadar air 5 - 20%, dan ukuran partikel 10 - 200 mesh. Ada penilaian lain bahwa mutunya tergantung pada penggunaarinya. Algin yang akan digunakan untuk campuran makanan hams beba&dari selulosa dan berwarna putih terang. Algin dalam proses farmasi juga harus bebas dari selulosa dan berwarna putih bersih. Dalam industri yang. lain, algin dapat mengandung sedikit selulosa dan berwama cokelat sampai putih. Berikut disajikan skema pembuatan algin.
Penjemuran pertama diatas para-para setelah rumput laut dicuci bersih
(Foto : Dok. Trubus).

Penjemuran pertama bias dilakukan langsung diatas pematang,
Tetapi kurang baik karena bias menjadi kotor (Foto : Dok. Trubus).
Setelah penjemuran pertama, rumput laut dicuci kembali agar
Kotoran yang menempel terlepas (Foto : Dok, Trubus).

Setelah dicuci, rumput laut dijemur ulang sampai kering diatas Para-para.
agar keringnya merata, penjemuran ini dibolak-balik (Foto : Agus R).

Rumput laut kering dan karaginan yang dibuat oleh sub balai Penelitian
Perikanan laut slipi. (A) rumput laut kering Eucheuma sp, (B)
Hasil setengah jadi atau ATC (Alkali Treated Carrageenopthyte), (C).
Hasil jadi (karaginan).






Rumput laut jenis Gracilaria sp dari alam (A) dan hasil budidaya (B)
Koleksi sub balai penelitian perikanan laut slipi. Jenis ini merupakan
Bahan pembuatan agar-agar.

Agar-agar kertas/lembaran hasil percobaab sub balai penelitian
Perikanan laut slipi.

Rumput laut kering dikemas dalam kantung plastic 1 kg












E.  Rumput Laut Sebagai Industri Rumah Tangga
Macam-macam pengolahan rumput laut kadang masih dianggap sukar bila dikerjakan dalam skala kecil atau sebagai industri rumah tangga. Selain pengolahan di atas, ternyata masih ada pengolahan lain yang amat sederhana sehingga dapat dikerjakan oleh siapa saja. Cara pengolahan itu dilakukan oleh Ny. Emmy Muhammad yang beralamat di Jl. Masjid 1/41, Karet Tengsin, Jakarta Pusat.
Nyonya Emmy mengolah rumput laut menjadi tiga produk, yaitu cendol, manisan, dan puding. Salah satu keistimewaan hasil olahan tersebut terletak pada bentuk rumput laut yang masih seperti aslinya. Selain itu, tentu saja rasanya enak. Ketiga produk ini tidak hanya dikonsumsi sendiri, tetapi telah menjadi salah satu sumber penghasilan keluarga. Semula hanya dikerjakan bersama keluarga, sekarang telah mempunyai karyawan, sesuai dengan peningkatan produksi.
Bahan yang dipakai dalam pembuatan ini adalah Eucheuma cottonii yang telah dikeringkan. Pengeringan bahan tersebut telah dikerjakan oleh petani rumput laut. Caranya, rumput laut yang baru saja dipetik dicuci dengan air tawar sambil dibersihkan dari segala kotoran, baik pasir, kerang, karang, ataupun jenis rumput laut yang lain. Setelah itu baru dikeringkan. Pengeringan ini dilakukan sampai benar-benar kering. Apabila rumput laut dalam keadaan kering dapat disimpan sampai berbulan-bulan bahkan sampai satu tahun.
Pengolahan rumput laut menjadi cendol, manisan, dan pudding mempunyai langkah dasar yang sama. Langkah-langkah itu adalah sebagai berikut.
  1. Rumput laut kering direndam dalam air tawar selama 2 – 3 hari. Lamanya perendaman ini tergantung dari umur rumput laut. Rumput laut yang tua direndam lebih lama dibandingkan yang muda. Namun, rumput laut yang tua hasil akhirnya lebih baik karena tidak terlalu lembek atau terlalu halus.
  2. Air diganti tiap pagi dan sore hari. Pada waktu mengganti air, rumput laut sekaligus dicuci dari kotoran-kotoran yang mungkin masih ada. Perendaman dihentikan bila rumput laut telah dapat diputus dengan kuku jari.
  3. Rumput laut ditiriskan.
  4. Setelah itu dipotong-potong  ±  2 cm.
Langkah selanjutnya tergantung dari produk yang akan dihasilkan, apakah akan dibuat cendol, manisan, atau puding.

Pembuatan cendol
  1. Rumput laut yang telah dipotong, disiram dengan air hangat ± 15 menit. Penyiraman tidak harus memakai air hangat yang baru, air nangat bekas pun dapat dipakai kembah asal masih hangat.
  2. Rumput laut ditiriskan.
  3. Apabila menghendaki rumput laut warna hijau atau merah dapat dicampur dengan pasta pandan. Akan tetapi, bila menggunakan warna putih tidak perlu diberi campuran seperti itu Setelah tiris dapat segera dicampur dengan santan dan air gula merah.

Pembuatan manisan
  1. Setelah dipotong, rumput laut dimasukkan ke dalam larutan gula. Perbandingan jumlah gula dan rumput laut basah adalah 1:1.
  2. Perendaman di dalam larutan gula kira-kira 5 - 10 menit Setelah itu, ditiriskan.
  3. Seperti pembuatan cendol, bila ingin warna selain putih dapat diberi pasta pandan. Pemberian ini dapat juga dilakukan sebelum direndam dalam larutan gula. Namun, larutan gula akan menjadi berwarna sehingga hanya dapat dipakai untuk rumput laut yang sewarna. Pemberian warna hams merata agar menarik konsumen bila hendak diperdagangkan.
  4. Setelah tins, manisan siap dihidangkan.

Pembuatan pudding
  1. Rumput laut yang telah dipotong, direbus dengan air dan susu cair.Banyaknya susu kira-kira satu kaleng untuk 1 kg rumput laut basah, atau sesuai dengan selera.
  2. Agar rasa puding lebih nikmat dapat juga ditambahkan sedikit gula, vanili, dan garam. Pasta pandan diberikan bila ingin warna selain putih.
  3. Setelah mendidih, segera diangkat dan dituang dalam cetakan-cetakan.
Rumput laut direndam dalam air tawar 2 – 3 hari. Saat perendaman
Juga dilakukan pencucian. Setelah itu, ditiriskan dan dipotong-potong
± 2 cm.

Apabila menginginkan warna selain putih, rumput laut dapat
Dicampur dengan pasta pandan.

Rumput laut kemudian direndam dalam air gula. Pewarnaan dapat juga
Dilakukan setelah perendaman dalam air gula.
Setelah direndam 5 – 10 menit, rumput laut ditiriskan

Setelah diiris, rumput laut dapat dikonsumsi. Apabila akan
Diperdagangkan Rumput laut dimasukan ke dalam wadah plastic.

Untuk menjaga kerapatan. Lebih aman jika diisolasi pada tepi tutupnya.










Pengepakan
Pengolahan di atas masih kurang lengkap jika akan dipasarkan. Harus disediakan tempat atau wadah untuk menyajikannya. Wadah yang dipakai sebaiknya yang terbuat dari plastik, karena para konsumen dapat melihat langsung isi di dalamnya. Perlu diingat, bahwa daya tarik olahan ini terletak pada bentuk rumput laut yang seperti aslinya. Ukuran wadah dapat bermacam-macam sesuai dengan harga yang akan diberikan. Setelah manisan dan puding dimasukkan dalam wadah plastik, segera ditutup dan diplester sehingga benar-benar rapat. Dalam kemasan seperti itu, serta disimpan dalam lemari pendingin, manisan dapat bertahan sekitar satu bulan. Dengan perlakuan yang sama, puding dapat bertahan sekitar satu minggu. Cendol juga dimasukkan dalam wadah plastik, tetapi disertai dengan santan dan air gula jawa sebagai pelengkapnya.

Analisis Usaha Manisan Rumput Laut
Usaha membuat manisan rumput laut dapat dilakukan sebagai usaha dengan skala kecil yang dapat dilakukan oleh sebuah keluarga. Seandainya pemasaran dapat berjalan dengan baik, maka usaha ini dapat menjadi usaha berskala besar. Akibatnya, kebutuhan faktor-faktor produksi pun meningkat.
Sebagai contoh, di bawah ini diberikan analisis usaha manisan rumput laut. Dilihat dari keuntungan yang diperoleh, memang tidak terlalu besar. Namun perlu diingat, bahwa usaha ini masih dalam skala kecil. Bila nantinya usaha ini berkembang dan jumlah produksi bertambah, tidak dapat dipungkiri keuntungan pun akan bertambah. Akan lebih baik bila keuntungan dilihat dari nilai ROI-nya karena ROI merupakan keuntungan dari sejumlah modal dan dinyatakan dalam persen.

Analisis usaha manisan rumput laut
Biaya produksi
-         Rumput laut kering 50 kg @Rp 2.500,00                                     Rp   125.000,00
-         Gula pasir 350 kg @ Rp 1.300,00                                               Rp    455.000,00
-         Pasta pandan 50 bh @ Rp 400,00                                              Rp      20.000,00
-         Wadah plastik 2.000 bh @ Rp 150,00                                         Rp    300.000,00
-         Plester 50 bh @ Rp 1.000,00                                                      Rp      50.000,00
-         Label 2.000 bh @ Rp 25.00                                                        Rp      50.000,00
-         Tranportasi                                                                                Rp      30.000,00
-         Tenaga kerja 20 org @ Rp 3.000,00                                            Rp      60.000,00
                                                                                                            Rp   1.090.000,00
Penjualan
2.000 wadah @ Rp 700,00                                                                     Rp    1.400.000,00
Keuntungan                                                                                           Rp.      310.000,00

               Laba usaha
ROI  :
                      Modal produksi

  :        310.0000          = 0,28 x 100 % - 28 %
                           1.090.000
Catatan :
Analisis ini belum termasuk biaya air, bila air didapat dengan cara membayar.












V
PEMASARAN

A.  Peluang Bisnis
Selama periode tahun 1985 - 1989 volume ekspor rumput laut kering Indonesia mengalami kenaikan. Kenaikan ekspor ini berakibat persaingan pasar semakin tajam. Negara pengekspor lainnya akan berusaha meningkatkan volume produksi untuk diekspor, yang bukan saja hanya rumput laut kering, tetapi juga sampai ke bentuk siap pakai. Berikut ini disajikan tabel ekspor rumput laut Indonesia periode 1985 - 1989.

TABEL 8. EKSPOR RUMPUT LAUT INDONESIA TAHUN 1985-1987
Tahun
Volume (kg)
Nilai (US$)
1985
1986
1987
1988
1989
5.445.678
7.110.779
9.881.982
10.834.943
11.423.514
1.412.816
2. 154.298
2.698.228
3.781.658
5.704.167

Tabel 8 menunjukkan kenaikan harga atau nilai ekspor per kg walaupun hanya pada periode tahun 1986 mengalami penurunan. Dengan melihat kenaikan harga komoditi ekspor inilah sehingga banyak petani tergiur untuk melaksanakan budidaya rumput laut. Sehingga volume ekspor pun semakin meningkat. Gambaran ini jelas memperlihatkan ekspor rumput laut untuk masa yang akan datang berprospek cerah. Hal ini tidak lepas pula dari campur tangan pemerintah dalam hal teknik budidaya, pengolahan, maupun modal.
Harga rumput laut kering tergantung dari spesies, kualitas, biaya panen, permintaan, dan harga bahan substitusi. Di Ball, setiap kepala keluarga menangani lahan seluas 10 are, yang dipanen dua minggu sekali. Hasil panen itu dibeli oleh pedagang pengumpul dengan harga Rp 825,00/kg rumput laut basah. Penghasilan rata-rata per kepala keluarga sebesar Rp 300.000,00/bulan. Rumput laut memang menjanjikan tambahan pendapatan yang cukup tinggi bagi petani, nelayan, dan pengusaha bila melakukannya dengan sungguh-sungguh.
Saat ini, rumput laut semakin banyak peminatnya karena budidaya mudah, penanganan pascapanen sederhana, pemakaian modal kecil, perairan Indonesia yang berpotensi bagi budidaya rumput laut sangat luas. Selain itu, semakin berkembang pemakaian zat phycocoloid (hasil ekstraksi rumput laut) dalam obat-obatan, makanan, dan industri-industri lainnya. Zat phycocoloid termasuk dalam polysacharida. Oleh karena penggunaannya banyak dan luas, maka pasarannya pun semakin besar dan kuat. Semakin banyak bangsa yang maju semakin besar pula perkembangan ekonomi masyarakatnya, sehingga permintaan polisacharida pun semakin berkembang.
Setiap tahun, permintaan dunia terhadap jenis rumput laut yang mengandung karaginan rata-rata mencapai 18.000-20.000 ton. Dari jumlah ini, 4.000 ton berasal dari jenis Eucheuma. Indonesia mampu memasok permintaan dunia sebanyak 2.000 ton lebih jenis Eucheuma setiap tahun. Rumput laut Indonesia yang bernilai ekonomis, di samping jenis Eucheuma adalah jenis-jenis Gelidium, Gracilaria, dan Hypnea. Lain dengan jenis Eucheuma dan Gelidium yang seluruhnya diekspor dalam bentuk rumput laut kering, jenis Gracilaria dan Hypnea selain diekspor juga dikonsumsi di dalam negeri sebagai bahan baku pembuatan agar-agar.
Jepang, Singapore, Hongkong, Denmark, dan Francis merupakan adalah negara-negara pembeli rumput laut Indonesia terbesar. Singapore dan Hongkong hanya membeli rumput laut dari Indonesia. Kemudian mereka mengekspor kembali rumput laut Indonesia itu ke USA, Francis, dan Denmark. Tabel 9 menyajikan rata-rata ekspor rumput laut Indonesia setiap tahun pada periode tahun 1985 - 1989.

B.  Jalur Pemasaran
Pola mata rantai pemasaran rumput laut untuk berbagai daerah di Indonesia berbeda satu dengan lainnya. Namun, umumnya penjualan dari nelayan/petani dilakukan secara barter atau ijon. Cara ini sudah menjadi tradisi turun temurun di beberapa daerah di Indonesia. Caranya ialah pedagang besar memberi pinjaman modal pada pedagang pengumpul. Kemudian para nelayan/petani rumput laut mendapat pinjaman uang atau kebutuhan sehari-hari dari pedagang pengumpul. Pinjaman ini akan dibayarkan petani dalam bentuk rumput laut panen.
Pemasaran di daerah Jakarta dan Jawa Barat dilakukan dengan sistem tender. Pemenang tender (konsesi) menjual rumput laut kepada eksportir. Kadang kala pihak eksportir sendiri menjadi perusahaan konsesi. Jawa Barat dan Lampung menjual rumput laut jenis Gelidium langsung kepada perusahaan yang mengolahnya menjadi tepung agar-agar. Lain lagi dengan jalur pemasaran di Bali, yaitu rumput laut dari petani dibeli oleh pengumpul lokal, kemudian mereka menjual kembali kepada pedagang antar pulau. Selanjutnya pedagang antarpulau menjual rumput laut kepada eksportir.
Jalur pemasaran di daerah-daerah Indonesia Timur memakai pola yang hampir sama. Petani menjual rumput laut kepada pedagang setempat, kemudian menjualnya kembali ke pedagang pengumpul di kecamatan. Biasanya pedagang pengumpul mengadakan penanganan secara sederhana, seperti pengeringan dan penyortiran. Setelah rumput laut kering, mereka menjualnya ke eksportir. Namun, sekarang ada pedagang pengumpul yang menggunakan perahu layar/motor sendiri langsung mendatangi produsen di sentra-sentra produksi. Dan, menjualnya ke eksportir di Ujung Pandang. Dengan cara ini jalur pemasaran dapat diperpendek dan biaya transportasi dapat dikurangi.




Berikut diuraikan sedikit mengenai pelaku dalam sistem tata niaga rumput laut.
Pedagang pengumpul     
Kelompok pedagang ini melakukan aktivitasnya di sekitar sentra produksi yang biasanya adalah penduduk desa penghasil. Kegiatan dilakukan dalam bentuk usaha perorangan secara kecil-kecilan. Secara umum kegiatan kelompok ini adalah mengumpul, menyimpan, membiayai (pinjaman kepada patani/nelayan dan sewa gudang), dan membungkus. Bila mereka membeli rumput laut dalam keadaan basah, maka mereka terlebih dahulu harus melakukan pembersihan dan pengeringan sehingga dapat laku di pasaran.

Pedagang perantara
Pedagang perantara biasanya adalah pegawai perusahaan ekspor yang diutus ke sentra produksi untuk membeli rumput laut. Adajuga yang bukan pegawai perusahaan ekspor, melainkan orang yang diberi modal oleh perusahaan ekspor untuk melakukan pembelian di sentra produksi. Di samping melakukan pembelian, pedagang perantara ini juga melakukan pemindahan barang dari sentra produksi ke pelabuhan ekspor atau ke daerah konsumen di berbagai kota.
Eksportir
Biasanya petani atau nelayan tidak dapat memenuhi persyaratan mutu ekspor rumput laut yang diminta karena keterbatasan dana dan pengetahuan tentang komoditi ini. Tidak heran kalau komoditi rumput laut harus diolah dulu agar sesuai dengan permintaan luar negeri. Kegiatan ini dilakukan oleh eksportir. Secara singkat, beberapa kegiatan yang dilakukan eksportir adalah pembelian dari pedagang perantara, sortasi, pembersihan kembali, pengeringan, dan pembungkusan.

C.  Daerah Pemasaran
Pemasaran rumput laut di Indonesia dilakukan pada sentra produksi, pengekspor, industri pengolahan dan konsumen. Berdasarkan data daerah penghasil rumput laut, maka daerah pemasaran terpusat di sentra-sentra produksi rumput laut.

Rumput laut hasil rendaman siap untuk diolah (atas) menjadi cendol,
Manisan, dan pudding (bawah).


Nori merupakan produk olahan rumput laut jenis Phorphyra yeaoensis
Yang terdapat di Jepang, mengandung asam glutamate, glicine, alamin, dan
Zat-zat yang mudah menguap. Nori dapat ditemukan dalam bentuk potongan
Potongan atau berupa lembaran tipis.

Agar-agar tepung banyak peminatnya dan mudah ditemukan dipasaran
karena praktis diolah. agar-agar batangan yang kurang diminati
karena tidak praktis, masih tetap diproduksi walaupun dalam jumlah sedikit.

Daerah potensial utama untuk tiga jenis rumput laut di bawah ini adalah sebagai berikut.
  1. Gracilaria banyak tumbuh di pantai barat dan selatan Pulau Jawa, Kepulauan Karimun, dan Jawa Timur.
  2. Gelidium banyak tumbuh di Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Jawa Barat, dan Bali.
  3. Eucheumaspinosum banyak tumbuh di Pantai Karimun Jawa, Nusa kambangan, Bali, Lombok, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Irian, NTT, dan NTB.
Secara ringkas daerah dan jenis rumput laut yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel 10.

TABEL 9. DAERAH DAN JENIS RUMPUT LAUT YANG DIHASILKAN.
Daerah
Jenis yang di hasilkan
Bengkulu
Lampung
Riau
Jawa barat
Jawa tengah
Yogyakarta
Jawa timur
Bali
Nusa tenggara barat
Nusa tenggara timur
Sulawesi tengah
Sulawesi tenggara
Sulawesi selatan
Maluku
Irian jaya
Gelidium sp.
Gelidum sp.
Gelidium sp, gracilaria sp. Dan eucheuma sp.
Gelidium sp, gracilaria sp, dan hypnea sp.
Gelidium sp, dan gracilaria sp
Gelidium sp
Gelidium sp, gracilaria sp, dan hypnea sp.
Gelidium sp, gelidiella sp, hypnea sp, gracilaria sp, dan eucheuma sp.
Gelidium sp, dan gracilaria sp.
Gelidium sp, gelidiella sp, gracilaria sp, dan eucheuma sp.
Gelidium sp, dan eucheuma sp.
Gelidium sp, dan eucheuma sp.
Eucheuma sp.
Eucheuma sp, gelidium sp, gracilaria sp, dan hypnea sp.
Eucheuma sp.


Dari jenis rumput laut di atas, Eucheuma dan Gelidiumlah yang diekspor dalam bentuk mmput laut kering. Daerah pemasaran rumput laut dalam negeri dapat diketahmdari data daerah yang berpelabuhan ekspor. Jumlah dan nilai ekspornya dapat dilihat pada Tabel 10.
Kemajuan dalam persaingan pasar internasional rumput laut, ditentukan oleh penguasaan bioteknologi budidaya dan pengolahannya menjadi produk akhir. Agar-agar merupakan salah satu hasil pengolahan rumput laut, yang pemasarannya cukup potensial. Indonesia baru dapat mengolah rumput laut sampai tingkat agar-agar. Sedangkan untuk menghasUkan karaginan dan alginat secara modern masih memerlukan waktu. Saat ini Indonesia sedang mengusahakan untuk dapat mengolah serta mengekspor produk setengah jadi berupa Alkali Treated Carrageenophyte (ATC).
Pengolahan agar-agar kertas secara tradisional umumnya masih memprihatinkan karena terbatasnya modal dan tingkat pengetahuan pengolahan dan pemasarannya. Berdasarkan data usaha pengolahan rumput laut, maka daerah pemasaran rumput laut dalam negeri terpusat pada daerah yang ada industri pengolahannya. Pengolahan agar-agar kertas banyak dilakukan petani atau nelayan di daerah Pameungpeuk, Jawa Barat.
Sedangkan produksi agar-agar skala besar dilakukan di Kudus, Jawa Tengah, dan skala kecil di Surabaya, Jakarta, dan Ujung Pandang. Pemasaran hasil olahan dalam negeri berupa agar-agar terpusat di Jawa, Sumatera dan Kalimantan, sedangkan hasil olahan luar negeri terpusat di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Hal ini dimaksudkan agar kebutuhan dalam negeri dapat terpenuhi. Secara singkat, semakin banyak kebutuhan rumput laut olahan di dalam negeri konsumennya pun semakin banyak tersebar di wilayah Indonesia.































VI
ANALISIS USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT

Orang yang membuka usaha baru pasti mempunyai tujuan. Walaupun bermacam-macam tujuan, hanya ada satu tujuan yang benar-benar ingin dicapai, yaitu keuntungan. Semakin banyak keuntungan yang diperoleh akan semakin berkembang usahanya.
Kita dapat mengetahui seberapa jauh keuntungan yang akan atau telah dicapai dengan membuat suatu analisa usaha. Hasil analisa itu dapat juga mengetahui kelayakan usaha kita. Analisa yang umum dipakai adalah Break-event Point, Return on Invorment, dan Benefit Cost Ratio.
Bila kita mendapat kerugian, kita dapat menempuh cara menekan biaya produksi atau menaikan harga jual. Dari kedua cara itu, yang paling baik adalah menekan biaya produksi. Seandainya bila kita memilih menaikkan harga jual kemungkinan pembeli akan lari dan mencari pedagang lain.
Biaya produksi mencakup dua macam, yaitu biaya tetap dari biaya variabel (tidak tetap). Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi, misalnya bibit, bambu, tali plastik, pisau, dan lain-lain. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang penggunaannya habis atau dianggap habis dalam satu masa produksi, misalnya tenaga kerja. Biaya tetap dapat menjadi biaya tidak tetap bila usaha itu berjalan dalam jangka waktu yang lama. Perubahan ini disebabkan oleh adanya penyusutan. Bila biaya produksi ingin dikurangi, bagian yang dapat ditekan adalah penggunaan alat dan tenaga kerja.
Penggunaan tenaga kerja berhubungan dengan luas lahan yang akan dipakai. Dalam budidaya rumput laut, satu keluarga yang terdiri dari bapak, ibu, dan dua anak dapat mengolah lahan seluas ¼ ha (2.500 m2) dengan metode lepas dasar. Jadi, kalau akan membuka usaha rumput laut minimal harus mempunyai lahan ¼ ha. Secararingkas analisa budidaya disajikan dalam bentuk table berikut ini.

ANALISIS USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT
A.     Modal tetap :
-         Bibit, 20.000 kg x Rp 50,00                                                              Rp. 1.000.000,00
-         Bambu, 8.000 batanq x Rp 200,00                                                    Rp. 1.600.000,00
-         Tali platik (4 mm), 1.000 kg x Rp 4.000,00                                         Rp. 4.000.000,00
-         Tali plastik (8 mm), 100 kg x Rp 4.000,00                                          Rp. 400.000,00
-         Tali rafia, 300 kg x Rp 1.000,00                                                        Rp. 300.000,00
-         Palu kayu-besi, 2 buah x Rp 5.000,00                                               Rp. 3.000,00
-         Linggis, 1 buah                                                                               Rp. 500,00
-         Pisau, 1 buah                                                                                  Rp. 75.000,00
-         Sepatu bot, 15 pasang x Rp 5.000,00                                               Rp. 50.000,00
-         Masker selam, 2 buah x Rp 25.000,00                                              Rp. 15.000,00
-         Keranjang, 15 buah x Rp 1.000,00                                                    Rp. 6.000,00
-         Serok jaring, 2 buah x Rp 3.000,00                                                   Rp. 40.000,00
-         Karung, 100 buah x Rp 400,00                                                         Rp. 4.000.00
-         Kapak, 1 buah                                                                                 Rp. 5.000,00
-         Gergaji kayu, 1 buah                                                                        Rp. 100.000,00
-         Jaring, 50 m x Rp 2.000,00                                                              Rp. 10.000,00
-         Pengurusan ijin                                                                                Rp. 50.000,00
Rp. 7.658.500,00
B.  Modal kerja :
-         Tenaga kerja tetap, 15 orang laki-laki x Rp 30.000,00 x 12 bulan        Rp. 5.400.000,00
Total seluruh pengeluaran                                                                      Rp. 13.058.500,00

C.  Pendapatan :
-         Pendapatan setahun 48.000 kg x Rp 400,00                                      Rp. 19.200.000,00
-         Keuntungan sebelum pajak : Rp 19.200.000,00 - Rp 13.058.500,00   Rp. 6.141.500,00

Catatan :
-         Luas lahan 1 ha.
-         Ijin diperlukan sesuai peraturan pemerintah daerah setempat.
-         Jenis yang dibudidayakan Eucheuma cottonii.
-         Bibit dapat dipakai berulang-ulang, jadi dimasukkan dalam modal tetap.
-         Pemanenan dilakukan 6 kali setahun.
-         Alat-alat bisa digunakan selama 2 tahun.
Sumber : Info Agribisnis -. Trubus, 1988.

A.  Analisis Break-event Point (BEP)
Break-event Point adalah suatu keadaan di mana modal telah kembali semua atau pengeluaran sama dengan pendapatan. Pada saat BEP dicapai, kita tidak untung dan tidak rugi.
Break-event Point dapat dihitung dengan mengetahui biaya tetap, biaya produksi atau modal, dan hasil penjualan. Hasil dari perhitungan dapat dalam bentuk satuan atau unit dengan rumus :

Biaya tetap
BEP =
Harga jual per unit – biaya variable per unit

Atau                                                     Biaya tetap
BEP =
                                                Biaya variable per unit
   1  -
                                                Harga jual per unit

Bila biaya variabel per unit sulit dihitung, maka perhitungan BEP dapat memakai rumus :
    Biaya tetap
BEP =
                                      Biaya produksi
                   1 -
                                      Hasil penjualan

Hasilnya dalam bentuk rupiah, juga dalam bentuk unit bila hasilnya dibagi dengan harga penjualan per unit.
Hasil perhitungan merupakan batas minimum unit penjualan atau hasil penjualan. Dari hasil itu, kita dapat memperhitungkan apakah perlu harga penjualan diturunkan atau dinaikkan, dengan catatan masih memperoleh keuntungan. Untuk kasus di atas, BEP-nya adalah
                                    7.658.500
BEP =     ———————————- = 13.058.500
                                    5.400.00

Artinya, pada tingkat harga Rp 272,05/kg (13.058.500/48.000) modalnya sudah kembali dalam setahun. Atau, dengan harga Rp 400.00 per kg modal sudah kembali pada tingkat produksi 32,646 kg kering (13.058.500/400).

B.  Analisis Return on Invesment (ROI)
Return on Invesment adalah nilai keuntungan yang diperoleh dari sejumlah modal. Nilai ini dapat digunakan untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal. Nilai ROI dapat diperoleh dari rumus :
                                  Laba usaha
ROI =   —————————————
                               Modal produksi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai ROI, dua di antaranya yang penting  yaitu kemampuan pengusaha untuk menghasilkan laba, dan kemampuan pengusaha mengembalikan modal atau cepat tidaknya perputaran modal (penjualan/modal produksi ). Besarnya nilai ROI untuk kasus di atas adalah
                          
                              6.141.500
ROI =  ———————————  = 0,47 = 47 %
                            13.058.500

Artinya setiap modal sebasar Rp 100,00 diperoleh keuntungan sebesar Rp 47,00.

C.  Analisis Benefit Cost Ratio (B/C)
Benefit Cost Ratio merupakan analisa yang paling sederhana karena masih dalam keadaan nilai kotor. Dengan hasil ini, kita dapat melihat kelayakan suatu usaha. Bila nilainya 1 (satu), berarti usaha itu belum mendapatkan keuntungan dan perlu adanya pembenahan. Rumus untuk mendapatkan nilai B/C adalah
                                    Hasil penjualan
B/C =
                                    Modal produksi
Besarnya nilai B/C untuk contoh di atas adalah
                                          19.200.000
B/C =    ——————————————  = 1,47
                                          13.058.500

Artinya dengan modal Rp 13.058.500,00, kita memperoleh hasil penjualan sebesar 1,47 kali jumlah modal.


















DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, Eddy dan Evi Liviawaty, Budidaya Rumput Laut dan Cara Pengolahannya (Jakarta : Bhratara, 1989).

Anonim, Rumput Laut (Jakarta : Pusat Pengembangan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 1987).

Departemen Pertanian, Peluang Penanaman Modal Dibidang Pertanian (Jakarta : 1988).

Hambali, Eriiza, etal., Pengantar Pengemasan, Jurusan Teknologi Industri Pertanian (Bogor, Laboratorium Pengemasan, Fakultas Teknologi Pertanian IPB, 1990).

Informasi dan Komunikasi Perikanan, "Perkembangan Ekspor Impor Hasil Perikanan Periode Januari-Maret 1990", Buletin Warta Mina, No 41, hal. 22 - 28, 1990.

Kadi, A. dan Wanda S.A., Rumput Laut (Algae), Jenis, Reproduksi, Produksi, Budidaya dan Pascapanen, Proyek Studi Potensi Sumber Daya Alam Indonesia (Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Oceanologi, LIPI, 1988).

Lembaga Penelitian Ekonomi Regional, Penelitian Pemasaran Komoditi Ekspor Rumput Laut dan Pala Fuli di Sumbar, (Padang : Kantor Wilayah, Departemen Perdagangan Propinsi Sumbar, 1985).

Puslitbang Perikanan, Balitbang Pertanian, Dep. Pertanian, "Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut", Seri Pengembangan Hasil Penelitian Perikanan, No. PHP/KAN/PT 13, 1990.

Pusat Pengembangan Pemasaran Hasil Pertanian Badan Pengembangan Ekspor Nasional, Buku Panduan Ekspor Rumput Laut, (Jakarta: 1990).

Sadhori, Naryo, Budidaya Rumput Laut, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989).

Soesanto, V., Mengenal Bahan Makanan Dari Laut (Jakarta : Dep. Perikanan / Pengolahan Laut, 1965).

Sujatmaka, "Menghasilkan Rumput Laut Kualitas Ekspor", Info Agribisnis, No. 230, hal 18 - 19, 1988.

_____, "Hasil Tambak Meningkat Berkat Rumput Laut", Info Agribisnis, No. 251, hal 6 - 7, 1990.

Surjadi, Harry, "Menjadi Jutawan Dengan Rumput Laut", Info Agribisnis, No. 228, hal 2 - 5, 1988.

Suryowidodo, C.Wahyu, "Pembuatan Tepung Agar-agar Rumput Laut", Info Agribisnis, No. 248, hal 16 - 17, 1990.

Sutika, I Ketut, "Rumput Laut dan Pariwisata Beri Kehidupan Baru di Nusa Penida", Pedoman Rakyat, hal. V, 21 Januari 1991.

Wahyono, Untung, Potensi Sumberdaya dan Produksi Rumput Laut Indonesia (Jakarta : Direktorat Bina Produksi, Direktorak Jenderal Perikanan, 1991).
Whistler, Roy L. (Ed), Industrial Gums, Polysaccharides & their Derivatives (New York: Academic Press, 1973).

Winarno, F.G. Teknologi Pengolahan Rumput Laut (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1990).


















































KATA PENGANTAR

Rumput laut merupakan salah satu komoditi hasil laut yang penting. Di samping banyak kegunaannya, rumput laut juga sebagai penghasil devisa negara dengan nilai ekspor yang terus meningkat setiap tahun. Mengingat ke dua hal itu dan besarnya potensi wilayah perairan di Indonesia untuk pengembangan budidaya rumput laut, maka pemerintah Indonesia berupaya untuk meningkatkan keterampilan petani dalam hal- teknik budidaya pengolahan, dan pemasaran rumput laut. Upaya ini dilakukan pemerintah melalui Dirjen Perikanan dan beberapa instansi terkait yang bekerja sama dengan pihak-pihak swasta. Caranya ialah dengan memberikan informasi dan pembinaan langsung pada petani atau nelayan.
Berdasarkan kenyataan di atas, maka disusunlah buku Rumput Laut ini. Buku ini berisi informasi dalam rangka upaya menghasilkan, mengolah, memasarkan, dan memperoleh manfaat dari pengusahaan rumput laut. Diakui buku ini masm jauh dari sempurna sehingga penulis siap menerima saran atau kritikan demi perbaikan di masa mendatang.
Namun demikian, sangat diharapkan kehadiran buku ini dapat berguna bagi petani/nelayan, pengusaha, dan siap saja yang tertarik dengan komoditi rumput laut.


Jakarta, April 1991
Penulis

Hety Indriani
   Ami Sumiarsih


















PENGANTAR .......................................................
I.          PENDAHULUAN  ..........................................
II.       MENGENAL RUMPUT LAUT ........................
       A. Kandungan dan Manfaatnya ........................
       B. Jenis-jenis yang Ekonomis ..........................
       C. Ekologi dan Penyebaran Rumput Laut ..........
III.    BUDIDAYA .................................................
       A. Pemilihan Lokasi ......................................
       B. Pengadaan dan Pemilihan Bibit ...................
       C. Penanaman ..............................................
       D. Pemeliharaan ...........................................
       E. Pemanenan ...............................................
IV.   PASCA PANEN ...........................................
       A. Pengolahan Menjadi Bahan Baku ................
       B. Pengolahan Agar-agar ................................
       C. Pengolahan Karaginan ...............................
       D. Pengolahan Algin .....................................
       E. Rumput Laut sebagai Industri Rumah Tangga
V.    PEMASARAN ..............................................
       A. Peluang Bisnis ..........................................
     • B. Jalur Pemasaran .......................................
       C. Daerah Pemasaran .....................................
VI.   ANALISIS USAHA BUDIDAYA
      RUMPUT LAUT .............................
      A. Analisis Break-event Point (BEP) ....
      B. Analisis Return on Invesment (ROI)
      C. Analisis Benefit Cost Ratio (B/C) ...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar